Saya tidak habis pikir, mengapa begitu liar imajinasi yang tersebar di masyarakat yang seolah-olah diyakini sebagai kebenaran. Berbagai teori konspirasi begitu subur yang dipercayai sebagai kebenaran.
Padahal jika mau sedikit bersusah payah mengecek informasi diterima, mengadunya dengan informasi lain, dan hanya mengacu informasi dari media yang kredibel, tentu saja dengan mudah dapat diketahui bahwa berbagai informasi tersebut adalah hoaks, kabar bohong, fitnah, dan sejenisnya.Â
Sepertinya memang benar jika saat ini adalah eranya Post Truth. Banyak yang tidak peduli pada informasi yang benar, yang dipedulikan dan dipercaya adalah informasi yang dianggapnya benar saja. Aktor intelektual yang sengaja membuat dan menyebarkan hoaks telah berhasil mempengaruhi crock brain dari banyak masyarakat di Indonesia.
Akibatnya, berbagai upaya untuk memerangi dan melawan informasi hoaks dengan menyajikan informasi kredibel dan benar menjadi relatif kurang berhasil.Â
Dibutuhkan kerja keras semua pihak untuk melawan informasi hoaks yang begitu mudah diterima oleh masyarakat. Apalagi jika dalam kenyataannya justru yang membuat dan menyebarkan berita hoaks juga banyak berasal dari kalangan yang berpendidikan tinggi.
Saya sendiri merasa hampir putus asa untuk ikut-ikutan melawan informasi hoaks di masyarakat. Sekarang saya lebih fokus untuk melindungi keluarga sendiri agar tidak mudah percaya dengan informasi hoaks yang banyak bertebaran di masyarakat. Dengan memperluas wawasan, banyak membaca buku terkait ilmu pengetahuan, mengetahui ciri-ciri informasi hoaks dan bagaimana cara mengecek kebenarannya.Â
Hormat dan Salut saya bagi mereka yang tetap semangat serta aktif bekerja keras melawan informasi hoaks tanpa mengharapkan keuntungan ataupun imbalan apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H