Salah satu insfrastruktur yang sering dicibir beberapa kalangan adalah Tol Laut. Entah karena kurang paham atau sebab lainnya, banyak pihak yang meremehkan hingga mentertawakan Tol Laut. Bahkan ada yang memahami Tol Laut sebagai jalanan tol seperti biasanya yang dibangun di atas laut. Padahal Tol Laut merupakan sistem perhubungan dan transportasi laut yang memberikan kepastian kelancaran arus barang dengan biaya yang terjangkau, lebih murah dan minim atau bahkan bebas hambatan seperti birokrasi yang berbelit, persyaratan yang rumit, dan pungutan liar.
Kebetulan Pulau Muna juga merupakan bagian dari sistem Tol Laut yang memungkinkan perpindahan arus barang dengan relatif cepat dan murah. Sebagai contoh, sebelum ada Tol Laut biaya transportasi barang-barang Pulau Muna-Makassar mencapai belasan juta rupiah, namun dengan adanya tol laut hanya menelan biaya enam juta rupiah saja. Di Pelabuhan Kota Raha Pulau Muna juga sudah tersedia gudang penampungan barang untuk memudahkan dan mempercepat kegiatan bongkar muat barang-barang yang menggunakan Tol Laut
Selain Tol Laut, di Pulau Muna juga memiliki sarana perhubungan yang relatif banyak pilihan. Ada Kapal Cepat 3 jam dari/ke Kendari sebanyak 2 kali sehari. Ada Kapal Malam yang jauh lebih besar dari/ke Kendari sekali setiap hari dengan waktu tempuh 6-7 jam. Ada juga kapal penyeberangan antar pulau setiap hari yang melayani pengguna transportasi darat baik mobil hingga truk-truk besar. Bahkan sejak tahun 2017, sudah beroperasi Bandara Sugimanuru yang melayani penerbangan pergi-pulang Muna-Makassar setiap hari Â
Perkembangan insfrastruktur dan sarana perhubungan di Pulau Muna semakin maju berkat sinergi dan upaya keras dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Hal ini berdampak sangat signifikan pada kemudahan perekonomian di Pulau Muna. Salah satunya adalah perbedaan harga yang tidak terlalu jauh atau jomplang dengan daerah-daerah di Pulau Jawa seperti Jakarta. Bahkan saat ini, pada umumnya bisa dikatakan tidak ada perbedaan harga antara Pulau Muna dengan Kota Kendari Ibukota Prov. Sulawesi Tenggara yang jaraknya relatif jauh.
Distribusi barang dan berbagai produk secara massal dan masif yang lancar jaya jelas menjadi faktor utama dalam menentukan harga barang di tingkat konsumen. Apalagi dengan diberantasnya mafia dan pungli yang menjadi penyebab ekonomi biaya tinggi, membuat pelaku usaha menjadi aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Hasilnya, perekonomian berjalan optimal, efektif, efisien. Produsen senang, distributor senang, penjual senang, konsumen senang, dan semua senang! :)
Tapi tentu saja ada yang tidak senang dengan situasi yang baik seperti ini. Mereka adalah para mafia, pelaku pungli dan pemburu rente yang selama ini mendapatkan keuntungan berlipat dari ekonomi biaya tinggi. Berkat ulah mereka maka harga-harga meninggi dan sulit dikendalikan. Hal ini menyebabkan inflasi menjadi susah dikendalikan.
Mereka tentu saja sangat berharap agar kondisi masa lalu yang menguntungkan kembali terjadi. Mereka tak peduli jika rakyat banyak yang menjadi korbannya tercekik harga-harga yang tinggi. Tentu mereka tidak akan diam saja dan berusaha melakukan apa saja dengan berbagai cara, agar bisa kembali mendapatkan keuntungan yang berlipat diatas kesulitan masyarakat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H