Sore hari menjelang malam, saya keluar rumah hendak membeli makan malam. Jalan kaki santai melewati medan yang terus menurun. Tempat tinggal saya memang berada relatif di ketinggian, sementara warung makan ada di tempat yang lebih rendah.
Di kejauhan terlihat jelas Pulau Buton. Hal ini tidaklah mengherankan, karena Pulau Muna tempat saya saat ini tepat berdampingan dengan Pulau Buton. Terhubung oleh selat lautan. Jika berada di tepi pantai Pulau Muna, terlihat Pulau Buton hanya dekat saja.Â
Serasa berenang pun kita akan sampai di sana. Apalagi di titik tertentu Pulau Muna, terdapat jarak yang sangat dekat dengan Pulau Buton. Masyarakat berharap, suatu saat akan ada jembatan yang makin merekatkan Pulau Muna dengan Pulau Buton.
Berjalan kaki sambil berpikir ke sana ke mari, tak terasa saya pun tiba di warung nasi langganan. Warung yang dikelola oleh asli penduduk Pulau Muna. Akan tetapi saya melihat ada yang berbeda di depan warung. Banyak sekali durian yang terlihat telah matang. Empat atau lima buah durian diikat dalam satu kesatuan. Baunya begitu harum menggiurkan, menggugah selera.
"Mas beli dong duriannya!" Seru ibu pemilik warung. "Berapa harganya Bu?" Tanya saya basa-basi. Sebenarnya saya tidak beminat membeli, karena malas membuka duriannya. "Murah Mas, 50 ribu saja. Manis-manis duriannya. Bagus semua kok," si ibu membujuk saya demikian rupa.
"Aduh ibu, saya malas buka duriannya. Saya tahunya tinggal makan saja." Saya coba memberi alasan agar tidak membeli. "Tenang Mas, saya bukakan duriannya", ibu warung begitu bersemangat. "Ya sudah Bu, tolong bungkus ya!" Saya menyerah melihat kegigihan usahanya.
Mulailah si ibu bekerja membuka durian lalu mengambil isinya dan meletakkan ke dalam kantong plasti. Semerbak bau durian pun makin marak menari-nari bersama udara yang masuk ke rongga hidung. Terbayang nikmatnya kala daging durian yang lembut masuk ke mulut, digigit dan membaluri lidah. Saya menelan air liur.
"Ini duriannya dari mana Bu? Apa ada kebun durian di Muna?" Tanya saya penasaran. "Ini durian dari kebun kolaka Mas. Dibawa lewat Kendari," jawab si ibu. "Pakai kendaraan apa bawanya Bu?" Tanya saya lebih lanjut. "Ada yang kapal laut. Ada juga pake truk!" Jelas si ibu. "Lama kah sampainya? Tidak busuk atau rusak duriannya di jalan?" Saya semakin tertarik untuk bertanya.Â
"Ah, tidak Mas. Sekarang jalanan sudah bagus-bagus, jadinya cepat sampai. Apalagi sekarang juga sudah banyak kapal dari Kendari (ibu Kota Sulawesi Tenggara) ke Muna, 3 kali sehari. Juga ada Kapal Fery penyeberangan yang bisa angkut banyak truk dan mobil tiap hari." Si ibu menjelaskan dengan antusias.
Penjelasan si ibu demikian lancarnya meskipun sambil membuka durian. Tak terbersit rasa takut ataupun terlalu berhati-hati saat melakukannya.Â
Benar-benar keahlian yang luar biasa. Bila saya yang membuka durian itu sendirian, pastilah sudah mendapatkan beberapa luka tertusuk duri-duri dari buah durian.
Insfrastruktur sangat memberikan kemudahan dalam kehidupan rakyat, dan otomatis juga sangat membantu dalam kegiatan perekonomian di berbagai tempat. Â
Hanya dengan insfrastruktur yang baik, perjalanan ratusan bahkan ribuan kilometer bisa dilalui dengan cepat, aman dan nyaman. Berkat insfrastruktur yang baik, segala barang yang berada di dalam maupun luar pulau pun bisa diakses dengan cepat, aman, dan nyaman.
Pulau Muna jika dilihat dari peta, bisa saja disimpulkan sebagai daerah yang terisolir atau kurang maju karena lokasinya yang jauh dan terpisah dari daratan utama Pulau Sulawesi.Â
Akan tetapi berkat insfrastruktur yang relatif baik dan maju, tidak banyak perbedaan berarti antara Pulau Muna dengan ibu kota Kendari terkait ketersediaan barang-barang kebutuhan masyarakat.Â
Harga-harga khususnya kebutuhan pokok mayoritas relatif sama, meskipun ada beberapa barang-barang khusus seperti elektronik yang harganya lebih tinggi.
Pulau Muna memiliki insfratruktur perhubungan yang relatif lengkap. Jalanan yang relatif bagus dan terus dikembangkan. Pelabuhan yang tiap hari sibuk melayani kapal laut pengangkut orang dan barang-barang. Juga terdapat bandara yang setiap hari melayani penerbangan langsung Muna-Makassar pulang-pergi.
Seperti yang sedang saya alami saat ini. Di Pulau Muna bisa dengan santai dan nyaman melihat, membeli dan menikmati buah durian yang lezat. Buah durian tersebut berasal dari Kabupaten Kolaka yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Kendari.Â
Belum lagi dari Kendari ke Pulau Muna yang terpisah dari daratan besar Pulau Sulawesi, berjarak 3 jam perjalanan dengan Kapal Cepat atau 7 jam perjalanan dengan Kapal Pelni.
Berkat insfrastruktur yang baik, di Pulau Muna pun bisa merasakan buah durian yang lezat sampai puas seolah sedang terjadi panen durian di Pulau Muna. Salam Satu Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H