Saya melihat sebuah tautan video Youtube yang dibagi oleh istri di Facebooknya. Tautan video tidak berasal langsung dari sumbernya di youtube, namun melalui status FB orang lain. Video berupa kehancuran dan kerusakan yang luar biasa akibat perang di suatu wilayah timur tengah.
Konten videonya sih gak masalah karena dapat menjadi informasi berharga betapa perang akan menyusahkan umat manusia. Yang menjadi masalah adalah adanya caption atau kalimat pengantar dari pihak pertama yang membagi video tersebut di Facebook. Pengantarnya berupa kalimat-kalimat hujatan dan makian kepada pihak lain. Rupanya yang bersangkutan adalah orang Indonesia yang pro pada salah satu pihak yang berkonflik dan otomatis membenci pihak lainnya.
Saya katakan kepada istri untuk menghapus video yang dibaginya tersebut. Saya jelaskan bahwa bukan videonya yang bermasalah, namun kata pengantar yang berasal dari status FB orang yang dibaginya yang bermasalah. Kata pengantar tersebut bisa memprovokasi pihak lain yang tidak sependapat atau yang memihak dari kubu yang berseberangan.
Hal ini akan berakibat ia tidak disukai, dibenci bahkan dimusuhi orang lain. Apalagi istri saya sangat jelas tidak tahu menahu asal-usul konflik di timur tengah. Mencari tahu pun belum tentu bisa mengerti karena banyaknya informasi berseliweran antara fakta, hoax dan fitnah.
Bila memang ingin membagi atau menyebarkan video tersebut, maka ambil langsung dari sumbernya yaitu Youtube. Jangan dari status FB orang lain yang sudah dibumbui kalimat macam-macam, berpihak dan memprovokasi kebencian pada pihak lainnya.
Lebih bagus lagi bila dalam membagi video tersebut ditambahkan kalimat yang netral, sejuk dan menyuarakan perdamaian. Bahwa konflik dan perang akan menyusahkan semua pihak termasuk mereka yang tidak ikut-ikutan dan tidak ada sangkut pautnya. Syukurlah istri saya mengerti dan mau menghapus statusnya tersebut.
Jaman sekarang ini diperlukan kecerdasan dan kedewasaan berpikir dalam bermedia sosial. Jangan sampai mudah terprovokasi dengan info-info yang tidak jelas di media sosial yang disebarkan oleh orang-orang yang sengaja penuh kepentingan ataupun oleh orang-orang bodoh yang asal ikut menyebarkan.
Ada baiknya kita renungkan pesan dari pakar Rhenald Kasali untuk bersikap proaktif. Cari tahu, baca, belajar dan kalau tidak paham jangan segan untuk bertanya. Jangan hanya membaca judul atau petikan pesan dari media sosial, lalu bom! Meledaklah ketidaksenangan. Akhirnya tidak segan menyebarkan berita yang belum jelas atau bahkan berita bohong dan fitnah. Belum lagi jika ditambah-tambahkan dengan kalimat-kalimat yang berisi hujatan dan makian hingga menambahkan kembali informasi yang tidak benar.
Mari jaga kedamaian di Indonesia baik di dunia nyata maupun di dunia maya khususnya dalam bermedia sosial. Salam.
---
Facebook: Amirsyah Oke