Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Intoleransi di Masjid Kantor Pemerintah

12 Agustus 2016   09:49 Diperbarui: 12 Agustus 2016   21:19 3344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toleransi (Sumber: supeksa.wordpress.com)

Kasus 1. Seorang ustad berceramah di sebuah masjid yang berada di kantor pemerintah yang materinya menjelek-jelekkan gerakan Islam Nusantara. Baginya Islam Nusantara akan merugikan umat Islam bahkan dituduh sebagai sebuah gerakan konspirasi untuk menghancurkan umat Islam di Indonesia. Padahal bagi yang mau mencari tahu ataupun melek informasi yang berimbang, Islam Nusantara adalah Islam yang sudah sejak dulu ada di Indonesia yang mengimplementasikan ajaran Islam yang rahmatan lil alaamin dengan saling menghormati dan bertoleransi pada umat agama yang berbeda untuk menciptakan kedamaian di Indonesia.

Kasus 2. Di sebuah masjid pemerintah, seorang ustad nyaris dihakimi oleh beberapa jamaah yang marah karena menuduhnya sedang menyebarkan ajaran mahzab syiah. Jamaah tersebut meyakini bahwa ajaran syiah adalah sesat. Yang menganut ajaran syiah dianggap bukan bagian dari umat Islam bahkan dianggap menodai agama Islam sehingga harus diperangi. Padahal Ulama-ulama Islam tingkat dunia telah menyatakan bahwa syiah adalah salah satu mahzab dalam Islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa syiah adalah sesat dan bukan bagian dari Islam.

Kasus 3. Masih di sebuah masjid pemerintah juga, seorang ustad tengah menjelaskan terkait kudeta yang terjadi di Turki yang berusaha menggulingkan Presiden Erdogan. Dikatakan bahwa yang berusaha melakukan kudeta tersebut adalah berasal dari kalangan yang anti Islam. Erdogan dianggap sebagai representasi kalangan yang menerapkan ajaran Islam di Negara Turki. Yang lucu dari ceramah ini adalah apa urgensinya terhadap umat Islam di Indonesia? Apalagi sudah jadi rahasia umum bahwa banyak warga negara Indonesia pengagum presiden negara asing Turki tersebut yang justru sering menghina Presiden NKRI khususnya di media sosial.

Bahkan sampai ada yang menginginkan kudeta juga terjadi di Indonesia untuk menjatuhkan Presiden Joko Widodo. Salah satu tuduhan yang sering mereka lontarkan adalah bahwa Presiden Jokowi dianggap tidak memihak pada umat Islam atau anti Islam sehingga tidak pantas memimpin Indonesia yang penduduknya mayoritas umat Islam. Sungguh sebuah halusinasi karena Presiden Jokowi justru dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia yang otomatis adalah mayoritas umat Islam juga.

Ilustrasi dimodifikasi dari sumber: imamashiddiqy.blogspot.co.id
Ilustrasi dimodifikasi dari sumber: imamashiddiqy.blogspot.co.id
Ketiga kasus diatas adalah contoh nyata bagaimana masjid digunakan sebagai tempat untuk memasyarakatkan intoleransi dengan mencatut ajaran Islam. Ironisnya hal ini justru terjadi di masjid yang berada di lingkungan kantor pemerintah. Ini merupakan satu pertanda bahwa di kantor pemerintah cukup banyak terdapat birokrasi yang mendukung intoleransi. Sungguh suatu hal yang sangat berbahaya. Seharusnya birokrasi justru menjadi contoh yang baik bagaimana bertoleransi pada paham/umat agama lain yang berbeda.

Mental intoleran adalah bibit dari radikalisme, ekstrimisme bahkan terorisme. Sungguh menyedihkan jika hal ini justru terjadi di dalam birokrasi pemerintah. Dan yang lebih penting lagi, hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan dan keutuhan NKRI. Kita tentu masih ingat dengan pemberitaan beberapa waktu lalu terkait seorang pejabat pemerintah di Kota Batam yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Hal ini jelas menimbulkan pertanyaan besar, ada berapa banyak birokrasi pemerintah yang merupakan pendukung ataupun simpatisan ISIS yang sangat jelas merupakan ancaman bagi kedamaian di NKRI?

Sepertinya sudah seharusnya jajaran pemerintah baik di pusat maupun di daerah melakukan instropeksi ke dalam birokrasi masing-masing. Apakah ada birokrasi yang telah terjangkiti bibit-bibit radikalisme yang ditandai dengan sikap intoleran bahkan provokasi terhadap yang berbeda agama. Ada baiknya jajaran pimpinan dan pihak berwenang untuk mencari tahu sudah seberapa besar pengaruh intoleransi dan radikalisme yang menyebar di jajaran birokrasi. Bila terus dibiarkan, dikhawatirkan akan makin menyebar dan membesar yang akhirnya akan merusak rasa Nasionalisme di jajaran birokrasi NKRI yang akan sangat mungkin berusaha menghancurkan negara ini dari dalam.

Sebagai penutup, ada anekdot terkait pengelolaan masjid di Indonesia. Bila pengurus masjid dikuasai oleh kalangan NU, paling-paling cuma sandal yang hilang. Bila pengurus masjid dikuasai oleh kalangan Muhammadiyah, maka qunutnya yang hilang. Akan tetapi bila pengurus masjid dikuasai oleh kalangan tertentu yang intoleran, maka yang hilang adalah masjidnya. Yang terakhir ini karena mereka tidak akan membiarkan umat Islam yang berbeda pemahaman untuk aktif dan melaksanakan kegiatan di dalam masjid. Hanya pemahaman mereka saja yang boleh berkembang dan mempengaruhi masyarakat sekitar. Bayangkan bila birokrasi banyak terdapat kalangan intoleran bahkan bila mayoritas adalah kalangan yang intoleran, tentu NKRI akan hancur dan tinggal kenangan.

Yang menjadi musuh kita bukanlah mereka yang berbeda agama. Musuh kita bersama adalah mereka yang berusaha membuat umat beragama yang berbeda saling bermusuhan dengan menyebarkan dan melaksanakan intoleransi di negara kita tercinta, Indonesia. Mari kita Selamatkan dan Pertahankan NKRI dari pengaruh intoleransi, ekstrimis dan radikalis.  

Ilustrasi toleransi (Sumber: supeksa.wordpress.com)
Ilustrasi toleransi (Sumber: supeksa.wordpress.com)
   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun