Beberapa hari lalu anak saya curhat terkait sekolahnya nanti. Hari Senin besok tanggal 18 Juli 2016 adalah hari pertamanya di sekolah kelas tiga SD. Saya merasakan kegalauannya dari cara dan nada bicaranya.
“Ayah, kata temanku, Guru kelas tiga nanti orangnya suka marah-marah”
“Marah-marah bagaimana maksudnya?”
“Marah-marah kalau ada yang salah. Misalnya ada anak yang minumannya tumpah di meja, marah-marah. Pokoknya sering marah-marah”
“Itu kan kata temanmu, belum tentu demikian yang sebenarnya. Mungkin saja temanmu itu pernah nakal jadi dimarahi guru. Air tumpah di meja kan bisa bikin buku basah dan jadi rusak, mungkin dimarahi karena itu. Jadi kamu kalau mau minum ya harus pelan-pelan jangan sampai tumpah. Atau minumnya di luar kelas saja. Guru marah itu maksudnya biar murid-murid jadi makin baik dan pintar. Yang penting kamu di sekolah jadi anak yang baik dan tertib. Kalau dimarahi guru karena salah, kamu harus minta maaf dan berusaha tidak mengulanginya lagi. Kan kamu ke sekolah untuk belajar, bukan untuk nakal. Jadi ke sekolah harus selalu semangat. Oke?”
Anak saya memberikan senyum manisnya mendengar nasehat dan semangat dari saya. Saya pun merasakan semangat dan kelegaan sang anak. Segera saya peluk dan mengacak-acak rambutnya.
---
Hari pertama ke sekolah nanti, saya tidak bisa mengantar anak ke sekolahnya. Jam setengah enam pagi saya harus sudah berangkat ke kantor, karena diperlukan sekitar 2 jam perjalanan dari rumah ke kantor. Jelas tidak memungkinkan untuk mengantar anak ke sekolah yang mulai masuk jam 7 pagi. Sang Ibu yang akan mengantarnya ke sekolah.
Namun demikian saya tetap mengantarkan sang anak di hari pertama sekolahnya meskipun tidak secara fisik. Saya mengantarnya ke sekoah melalui cara yang lain. Yaitu dengan menanamkan semangat belajar, memberi nasehat untuk menjadi murid yang tertib, baik kepada teman-temannya dan hormat kepada Guru.
Mengantarkan anak ke sekolah bahkan sudah saya dan istri lakukan jauh hari sebelumnya. Kami menemani dalam mempersiapkan segala keperluan sekolahnya, yaitu sama-sama belanja peralatan sekolah seperti tas, sepatu dan alat-alat tulis . Mereka memilih sendiri apa yang disukainya, misalnya pensil dan pena aneka warna dan gambar, penajam pensil model rumah atau robot, buku tulis dengan cover karakter animasi kesukaannya, hingga tas dan sepatu yang sesuai dengan keinginan masing-masing.
Hal ini kami lakukan agar anak-anak antusias dengan hal-hal terkait sekolahnya. Tentu saja dengan pengawasan dan persetujuan kami dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti fungsionalitas dan ketersediaan dana. Kegiatan ini kami lakukan setiap tahunnya menjelang hari pertama ke sekolah. Banyak manfaat yang kami dapatkan dari kegiatan ini, yaitu makin dekat dan memahami anak-anak, mengajarkan mereka bertanggungjawab mempersiapkan keperluan sekolahnya, dan membuat anak-anak antusias dan bersemangat untuk sekolah dan belajar dengan sebaik-baiknya.