Publikasi dari Bank Indonesia bulan November 2014, menyatakan perkembangan wirausaha Indonesia masih terbatas. Hal ini berdasarkan tiga hal yaitu populasi wirausaha, kesehatan wirausaha dan ranking dalam negara G20.
Dari jumlahnya, populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai 1,65% dari jumlah penduduk. Jumlah ini masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Singapura yang jumlahnya di atas 4%. Dalam hal kesehatan ekosistem kewirausahaan, menurut The Global Entrepreneurship & Development Index 2014, Indonesia peringkat ke-68 dari 121 negara. Dibandingkan negara-negara G20, The EY G20 Entrepreneurship Barometer 2013, menempatkan Indonesia dalam kuartil keempat, yaitu kelompok negara ranking terendah dalam ekosistem kewirausahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, wirausaha belumlah berperan optimal dalam mendukung perekonomian negara. Padahal kewirausahaan bisa menjadi jalan strategis dalam upaya mengatasi permasalahan pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Dengan wirausaha yang berjalan baik, masyarakat tidak lagi bergantung pada pemerintah karena dapat menyelesaikan permasalahan ekonominya melalui kreativitas dan inovasi. Wirausaha yang berjalan dengan baik juga akan menyuburkan iklim investasi sehingga menarik investor dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Apalagi Indonesia masih memiliki banyak sumber daya yang dapat dikelola oleh para wirausaha.
Menurut Jahja Setiaadmadja yang merupakan Presiden Direktur Bank BCA, ada dua akar permasalahan yang menyebabkan wirausaha belum berkembang dengan baik di Indonesia. Hal tersebut disampaikan dalam Talk Show di Café BCA yang mengusung tema “Potensi dan Tantangan Generasi Muda sebagai Pelaku Usaha”, tanggal 13 Januari 2016 yang lalu.
Masalah yang pertama, yaitu masyarakat Indonesia belum memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap profesi wirausaha. Masyarakat cenderung lebih menghargai dan menginginkan profesi lainnya yang dianggap menjanjikan masa depan seperti PNS, dokter, pengacara, insinyur, arsitek dan beberapa profesi lainnya. Akibatnya generasi muda sejak dini tidak dikondisikan untuk menjadi wirausaha. Sejak pra sekolah hingga perguruan tinggi sangat langka ada yang bercita-cita menjadi wirausaha.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan usaha berbagai pihak untuk lebih menggalakkan kewirausahaan di masyarakat khususnya kalangan generasi muda. Bahkan bila perlu dimulai sejak pendidikan usia dini dengan menanamkan kemandirian kepada anak-anak. Di usia sekolah wajib belajar 9 tahun, mulai secara bertahap diperkenalkan dengan dunia kewirausahaan. Bila memungkinkan agar lebih diperbanyak sekolah-sekolah vokasi atau kejuruan di seluruh Indonesia yang berbasis keunggulan lokal masing-masing daerah. Dengan demikian diharapkan ilmu kewirausahaan lebih mudah diaplikasikan. Selain itu juga pemerintah dan dunia usaha yang mapan harus mendukung baik secara permodalan, pendampingan maupun regulasi.
Masalah yang Kedua, yaitu adanya budaya Indonesia yang kurang tepat diterapkan dalam lingkungan wirausaha. Budaya yang dimaksud adalah budaya kekeluargaan yang bisa dikatakan penerapannya salah kaprah. Hal ini menyebabkan tercampurnya antara uang untuk keperluan pribadi dengan uang untuk keperluan wirausaha atau bisnis. Apabila ada anggota keluarga yang mulai kelihatan sukses sebagai wirausaha, maka akan menjadi tumpuan keluarga besarnya.
Hal ini berakibat uang yang seharusnya untuk kelancaran perputaran bisnis, menjadi terpakai untuk keperluan pribadi dan atau keluarga. Kegiatan usaha pun tidak bisa berkembang dengan pesat, hanya berjalan lambat dan rentan apabila mengalami permasalahan dalam operasionalnya. Saat jatuh, akan sulit untuk bangkit kembali atau harus memulai dari nol kembali.
Untuk mengatasi hal ini, maka tidak bisa tidak, yang bersangkutan harus bisa memilah mana keuntungan yang bisa dipakai untuk keperluan pribadi dan dishare kepada keluarga besar, mana yang harus tetap dijaga untuk kelancaran perputaran usaha. Apalagi bila modal usaha juga ada yang berasal dari pinjaman, bila tidak ketat dan disiplin dalam mengatur keuangan maka dikhawatirkan akan memundurkan bahkan mematikan usaha. Keluarga besar juga harus tahu diri dengan tidak serta merta membebani dan mengandalkan anggota keluarganya yang sedang merintis wirausaha. Bila perlu diberikan bantuan baik berupa dana ataupun tenaga, minimal membantu dengan doa dan memberikan semangat. Pemerintah dan pengusaha pun dapat membantu mengatasi permasalahan ini dengan memberikan pelatihan pengelolaan keuangan dan bila perlu dilakukan pendampingan agar pelaku wirausaha dapat mengatur keuangannya sebagai pengusaha kecil dan menengah yang sehat.
---
Memajukan kewirausahaan di Indonesia memerlukan dukungan dan peran serta dari semua pihak. Makin banyak masyarakat yang berwirausaha dan mampu mengembangkan usahanya maka akan berdampak signifikan terhadap kemajuan perekonomian Indonesia. Para investor makin tertarik menanamkan modalnya untuk sektor ril, pengangguran dapat diatasi yang sekaligus mengatasi kemiskinan, dan penghasilan masyarakat yang makin meningkat bahkan sejahtera membuat lebih mudah untuk memungut pajak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H