Kini Rudi terbaring di tempat tidurnya siap menempuh alam mimpi. Penat dan lelah akibat pengaruh perjalanan jauh dan juga setelah beberapa jam berkeliling kota. Ia membayangkan hari esok dimana akan melaksanakan tugasnya. Namun bukan itu saja yang harus dipikirkan oleh Rudi.
Esok hari Rudi harus kembali menyusun siasat untuk menolak jamuan dari kantor yang didatanginya. Masih akan ada ajakan makan siang dan makan malam di restoran yang cukup mahal serta jalan-jalan dan yang lainnya sebagai wujud keramahtamahan rekan-rekan kantor daerah yang didatanginya. Rudi bukannya tidak suka dengan keramahan tersebut. Namun Ia harus tegas menolak ajakan tersebut karena memang demikianlah seharusnya yang dilakukan seorang abdi negara.
Rudi bertekad, bagaimanapun caranya dan apapun resikonya, ia tetap akan menolak semua ajakan tersebut. Rudi akan tetap berusaha menolaknya secara halus. Meskipun begitu, Rudi sangat sadar pihak lain mungkin saja akan tersinggung dengan penolakannya sehingga ia bisa dianggap sombong, sok suci atau bahkan tidak sopan. Apa boleh buat bila memang hal tersebut harus terjadi.
Rudi menghembuskan nafas panjang menandai ia sudah memiliki rencana untuk keesokan harinya. Ia memejamkam mata dan sesaat kemudian terlelap dalam mimpi yang indah. Dalam mimpi tersebut Rudi melihat istrinya tersenyum mendukung keputusannya, juga ada anak-anaknya yang memandangnya dengan bangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H