Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perjalanan Dinas

11 Januari 2016   09:28 Diperbarui: 11 Januari 2016   09:52 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pak, nanti kita makan siang dulu ya?” Ajak Pak Agus seorang rekan kerja yang juga merupakan bendahara instansi pemerintah. “Waduh Pak, mohon maaf saya gak bisa. Saya merasa lelah sekali dalam perjalanan ini. Maunya buru-buru sampai di hotel biar bisa tidur dan istirahat memulihkan tenaga” Rudi menolak dengan argumen yang masuk akal sehingga tidak bisa dibantah oleh Agus.

Rudi memang baru saja menempuh perjalanan darat selama sekitar 8 jam. Berangkat jam 4 pagi dan tiba di kota tujuan menjelang pukul 2 siang. Begitu sudah dekat dengan hotel, ponselnya dihubungi oleh rekan kerja dari kantor yang hendak didatanginya terkait tugas dinas. Sampai di hotel, Rudi segera masuk ke kamar yang dipesannya, meletakkan barang bawaannya lalu rebah di tempat tidur tanpa melepas sepatu dan mengganti baju. Sekitar 5 menit kemudian Rudi segera bangkit dan keluar dari hotel.

Rudi menuju sebuah rumah makan padang yang letaknya tidak jauh dari hotel untuk makan siang. Perutnya begitu keroncongan. Mungkin pengaruh perjalanan jauh. Adapun tadi ia sengaja menolak ajakan makan siang karena merasa tidak pantas menerimanya. Dalam perjalanan dinas ini ia sudah dibekali dengan uang yang cukup untuk membiayai semua keperluan baik transport, biaya hotel dan makan. Kantor yang didatanginya tidak perlu mengeluarkan biaya apapun terkait kedatangannya seperti untuk keperluan makan, jalan-jalan, oleh-oleh dan yang lainnya.

Sudah menjadi kebiasaan di birokrasi bahwa bila ada kunjungan dinas khususnya bila berasal dari instansi vertikal yang lebih tinggi, maka kantor yang didatangi akan memberikan pelayanan yang baik dengan menyediakan akomodasi seperti keperluan makan, transportasi, rekreasi dan oleh-oleh. Di masa-masa sebelumnya malah tiket dan biaya hotel juga dibayari oleh kantor yang didatangi. Rudi tidak ingin hal tersebut terjadi pada perjalanan dinas yang dilaksanakannya. Untunglah ia hanya seorang diri yang melaksanakan perjalanan dinas sehingga memiliki kendali penuh untuk tidak melaksanakan hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya.

---

Suara adzan magrib membangunkan tidur Rudi. Ia segera menuju masjid terdekat. Selesai sholat magrib Rudi segera menuju rumah makan untuk makan malam. Biaya makan malamnya sebesar dua puluh ribu rupiah, sama dengan biaya makan siang tadi. Bila ditotal dengan biaya makan selama perjalanan tadi, Rudi telah mengeluarkan biaya untuk keperluan makan tidak sampai seratus ribu rupiah. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dari uang harian perjalanan dinas yang diterimanya sebesar 400 ribu rupiah per hari. Perjalanan dinas kali ini sebanyak tiga hari sehingga Rudi mendapatkan uang harian sebesar Rp1.200.000,-. Uang yang cukup membuat tebal dompetnya.

Sedang asyik duduk-duduk di lobi hotel menikmati suasana di kota yang dikunjunginya, ponsel Rudi berdering. Rupanya Pak Agus menelpon mengabarkan akan datang sekitar jam setengah delapan malam atau setengah jam lagi untuk menjemputnya makan malam lalu mengantarnya berkeliling melihat suasana kota di malam hari. Rudi kembali meminta maaf karena tidak bisa memenuhi ajakan tersebut karena memang telah makan malam. Rudi menyebutkan tempat makan malamnya yang juga diketahui oleh Pak Agus. Dengan suara yang agak mengantuk Ia juga mengatakan masih lelah dan berencana hendak langsung tidur saja agar esok pagi bisa fit untuk melaksanakan tugas di kantor Pak Agus. Ada nada kecewa dari suara Pak Agus di akhir telponnya, namun Rudi mengatakan yang sebenarnya sehingga bisa dengan tegas menolak ajakan tersebut.

Menjelang jam sebelas malam, taksi yang ditumpangi Rudi tiba di hotel. Rudi baru saja dari berjalan-jalan melihat-lihat suasana kota yang baru didatanginya tersebut. Cukup banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang didapatkan Rudi.

Sesaat setelah selesai menolak ajakan makan malam dan jalan-jalan dari Pak Agus tadi, Rudi bergegas keluar hotel untuk menuju tempat-tempat menarik yang ingin dikunjunginya. Tempat-tempat tersebut diketahuinya dari internet dan juga informasi dari petugas hotel. Rudi terpaksa membuat alibi untuk menolak ajakan Pak Agus. Ia sangat sadar bila memenuhi ajakan tersebut, maka otomatis Pak Agus akan menggunakan uang kantor untuk keperluan makan malam, jalan-jalan bahkan mungkin juga membeli oleh-oleh. Hal yang tidak diinginkannya terjadi.

Rudi tidak ingin merepotkan siapapun terkait kedatangannya ke kota tersebut. Apalagi ia tahu persis bahwa pihak yang melayani dan menjamunya dengan baik dan ramah pastilah akan menggunakan uang negara yang dialokasikan untuk kantor yang didatanginya. Sesuatu yang sangat bertentangan dengan nuraninya sebagai orang yang memahami ajaran agama yang dianutnya. Rudi sadar sepenuhnya bahwa hal tersebut tidak baik, karena untuk semua keperluannya selama tugas dalam perjalanan dinas telah diberikan uang yang sangat cukup bahkan ada lebihnya bila digunakan dengan baik dan bijak.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun