Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koruptor Bukanlah Robin Hood

17 Mei 2013   08:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:27 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13687533852122752020

Kasus-kasus korupsi datang silih berganti dan tidak henti-hentinya di negeri ini. Belum tuntas kasus A, muncul kasus B, C, D bahkan kasus A bisa membuka kasus X, Y, Z dan seterusnya, seperti efek domino. Mungkin karena efek domino tersebut aparat penegak hukum khususnya KPK kewalahan dalam menanganinya. Selain kasus-kasus yang semakin banyak, pengungkapannya juga cukup sulit karena pihak-pihak yang terlibat tidak ingin terkena efek dominonya sehingga berusaha berkelit, melarikan diri, menyembunyikan barang bukti bahkan menghilangkan barang bukti.

Disadari atau tidak kita sering menempatkan para koruptor sebagai panutan bahkan pahlawan. Koruptor dengan jabatan, harta dan pengaruhnya berusaha menutupi kejahatannya dengan kebaikan-kebaikan bahkan dengan dalil-dalil agama. Kita terbuai dengan kisah Robin Hood yang dermawan, membagikan harta hasil perampokan dan pencurian kepada orang-orang miskin. Kita lupa bahwa Robin Hood merampok dan mencuri harta pejabat-pejabat korup yang merugikan dan tidak peduli pada rakyatnya. Robin Hood juga membagikan semua hasil kejahatannya kepada rakyat, mengembalikan apa yang telah dikorupsi para pejabat.

Banyak pihak memberitakan kebaikan-kebaikan para koruptor, rajin menyumbang sana sini, derma sana sini, baik dan royal dengan lingkungan sekitar. Para Koruptor dianggap sebagai Robin Hood. Masyarakat tidak sadar bahwa uang Rp100juta yang disumbangkan merupakan bagian dari Rp1.000juta yang dikorupsi bahkan bisa lebih. Dari Rp1M yang didermakan adalah 1/10 dari yang dicuri para koruptor sejumlah 10M.

Masyarakat kita tidak sadar bahwa para koruptor sebenarnya sedang mencuri milik mereka dan apa yang nantinya menjadi milik mereka. Uang milyaran yang dikorupsi seharusnya bisa untuk membangun sekolah dan memberikan pendidikan berkualitas yang murah. Ratusan milyar bahkan trilyun tersebut seharusnya digunakan membangun rumah sakit dengan fasilitas lengkap yang bisa melayani dengan murah. Korupsi membuat jalan-jalan dan jembatan yang dibangun cepat rusak karena tidak sesuai standar kualitas yang seharusnya. Banyak lagi kerugian yang akan kita rasakan akibat ulah para koruptor.

Ulah para koruptor mungkin saja tidak secara langsung merugikan masyarakat, apalagi mereka sering memberikan manfaat langsung kepada masyarakat melalui kebaikan-kebaikannya. Tapi bisa jadi ditempat lain yang jauh dari lingkungan koruptor ada masyarakat yang dirugikan secara langsung seperti rusak hutannya, jembatan yang tak kunjung dibangun dan sebagainya.

Yang paling pasti sesungguhnya para Koruptor sedang menghancurkan masa depan anak cucu kita, masa depan generasi penerus bahkan masa depan bangsa. Para Koruptor bukanlah Robin Hood, mereka adalah parasit yang dari luar tampak memberikan keindahan bagi pohon induknya. Para koruptor adalah musang berbulu ayam, serigala berbulu domba, pagar makan tanaman. Mari kita tempatkan para koruptor di tempat seharusnya, tempat yang hina karena mereka sampah masyarakat yang sesungguhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun