Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

ATM BRI: Uang Keluar Namun Tidak Terdebet

12 September 2014   12:52 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu penulis mengambil uang di ATM BRI yang lokasinya di dalam kompleks kantor. Maklumlah masih tanggal muda, dimana transfer gaji sudah masuk. Saatnya untuk membayar berbagai tagihan dan keperluan bulan ini. Namanya juga PNS, apa yang masuk harus di keluarkan secepatnya. Kalau tidak, jumlah uang di rekening bertambah banyak dan membengkak, bisa-bisa dicurigai oleh PPATK sebagai PNS pemilik rekening gendut. Padahal itu hanya bisa terjadi bila penulis tidak melakukan pengeluaran apapun selama bertahun-tahun bahkan sampai mencapai usia pensiun (nasib, hehehe...).

Syukurlah, saat tiba di ATM, sedang tidak ada antrian. Namun ada seorang wanita yang sedang menggunakan ATM. Dari luar ATM, penulis perhatikan wanita tersebut tampak santai beraktivitas. ATM terlihat sudah tidak dipakai karena posisi sang wanita bergeser di depan meja kecil di samping atm. Agak lama wanita itu di dalam bilik ATM, tampak sibuk melakukan sesuatu dengan tasnya dan ternyata sambil menelpon. Penulis berusaha sabar walau sudah menunggu sekitar lima belas menit. Akhirnya wanita itu keluar dari ATM sambil terus menelpon.

Penulis segera masuk ke bilik ATM. Seperti biasa, perilaku standar saat di ATM: masukkan kartu, ketik nomor PIN dengan menutupinya dengan tangan lain agar tidak terlihat/terekam orang lain atau cctv, dan cek saldo. Cek saldo sepertinya sudah jadi protap di ATM, padahal sih jumlah uangnya hanya segitu-gitu saja, tidak pernah tembus 2 digit. Tapi sepertinya lebih banyak disebabkan kekhawatiran, jangan-jangan uang yang cuma sedikit itu berkurang secara mencurigakan karena berbagai sebab. Bisa berantakan semua rencana pengeluaran bulan ini.

[caption id="attachment_358647" align="aligncenter" width="358" caption="Struk dari ATM BRI yang menyatakan uang tidak keluar dan rekening tidak didebet. Suatu kemajuan dari ATM BRI. Eits, tapi masih banyak yang harus diperbaiki lho :)"][/caption]

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu, masuk ke menu Penarikan Uang. Pencet angka satu juta yang merupakan kebutuhan saat itu (kalau ambil kebanyakan bisa cepat habis hehehe...). Mesin ATM menderu pertanda akan mengeluarkan uang. Penulis bersiap mengambil. Agak deg-deg-an juga, takut kenapa-kenapa seperti yang beberapa kali dialami, yaitu uang tidak keluar namun rekening sudah terdebet atau berkurang. Bakalan repot mengurusnya dan memakan waktu lumayan lama. Tiba-tiba keluar bunyi beeb dan layar ATM mengeluarkan tulisan: “ATM TIDAK DAPAT MEMBERIKAN SEJUMLAH UANG YG. ANDA MINTA REK. ANDA TDK AKAN DIDEBET”.

Duh Gusti... ternyata terjadi lagi. Namun kali ini ada keterangan yang menghibur, rekening tidak didebet atau tidak berkurang. Meskipun begitu, penulis tetap memperhatikan tempat uang keluar di mesin ATM. Ternyata ada uang yang keluar. Setelah penulis ambil jumlahnya Rp300.000,-. Kecurigaan pun muncul. Jangan-jangan saldo berkurang. Penulis segera melakukan cek pulsa baik melalui ATM maupun SMS Banking di ponsel. Syukurlah jumlahnya tetap sama. Artinya, keterangan tidak akan didebet tadi benar adanya, no tipu-tipu. Lha, terus... uang yang tadi keluar Rp300.000,- gimana?

[caption id="attachment_358648" align="aligncenter" width="310" caption="Uang Rp300.000,- yg ditemukan/keluar dari ATM. Nomor serinya berurutan."]

14104758321952647032
14104758321952647032
[/caption]

Jangan-jangan itu uang dari wanita yang menggunakan ATM sebelumnya. Tapi wanita itu cukup lama dan santai di ATM (tidak terburu-buru). Penulis juga sangat yakin saat masuk ke ATM tadi tidak ada uang tersebut.

“Sudahlah, rejeki tuh. Ambil saja uang itu. Toh tidak ada yang tahu!” Seolah ada yang mengeluarkan kalimat tersebut entah dari mana datangnya. Penulis pun celingak-celinguk memandang ke berbagai arah, sambil tetap memegang erat uang. “Hmmm... itu bukan uang kamu. Lagian tuh ada CCTV. Nanti kalau ada apa-apa, gampang mencarimu. Belum lagi CCTV dari yang Maha Kuasa yang lebih canggih lagi”. Kalimat terakhir menyadarkan penulis. Akhirnya diputuskan untuk mengembalikan uang tersebut ke Kantor Cabang BRI. Terpaksa harus meninggalkan kantor untuk beberapa jam ke depan.

Sampai di Kantor Cabang BRI penulis mendapat nomor antrian yang cukup jauh dari nomor antrian yang sedang di layani, jaraknya sekitar 15 nomor. Saat itu sudah jam 12.31 siang, perut sudah merasa lapar karena memang sudah waktunya diisi. Penulis pun memilih makan terlebih dahulu di warung terdekat. Setelah mempercepat makan, penulis segera kembali, sekitar jam satu siang. Takut nomor antrian terlewati. Ternyata salah perhitungan. Sebagian petugas customer service sedang beristirahat. Petugas yang ada pun masih melayani orang yang sama sebelum penulis pergi. Apa boleh buat, harus sabar menunggu hingga nomor antrian dipanggil.

[caption id="attachment_358649" align="aligncenter" width="533" caption="Lumayan, antriannya lama. Resiko perjuangan :)"]

1410475912558431820
1410475912558431820
[/caption]

Lewat jam dua, semua petugas telah menempati posisinya. Jadi bisa terlihat siapa saja yang berpeluang melayani penulis. Ada satu petugas pria dan lima lainnya wanita muda yang cantik-cantik. Penulis berdoa semoga bisa dilayani oleh petugas wanitanya (muncul tanduk hehehe...). Ternyata memang bukan rejeki, yang memanggil nomor antrian penulis adalah petugas pria satu-satunya. Dengan lemas dan gontai penulis maju memenuhi panggilan.

Penulis menceritakan permasalahan yang dihadapi. Bahwa ingin mengembalikan Uang Rp300.000,- yang keluar dari ATM, karena saldo rekening memang benar tidak terdebet. Petugas meminta identitas, nomor rekening, kartu ATM dan menanyakan lokasi ATM tempat kejadian perkara, untuk dilakukan pengecekan. Setelah beberapa menit ditinggalkan, petugas datang kembali dan mengkonfirmasikan kebenaran informasi penulis. Namun petugas belum bisa memastikan apakah uang tersebut adalah berasal dari ATM atau milik pengguna sebelumnya yang tertinggal.

Akhirnya penulis dipersilahkan mengisi berita acara pelaporan masalah, menulis singkat kronologis kejadian dan mencantumkan nomor ponsel. Setelah itu, petugas menyatakan laporan penulis akan ditindaklanjuti. “Apakah masih ada yang bisa saya bantu?” tanya petugas tersebut yang menandakan urusan saya sudah selesai. Penulis menjawab tidak ada dan segera pulang setelah mengucapkan terima kasih.

Dalam perjalanan menuju tempat parkir, penulis melihat jam tangan dan ternyata sudah pukul tiga sore lewat beberapa menit. Rupanya tiga jam lebih penulis meninggalkan kantor untuk mengurusi pengembalian uang tersebut. Apa mau dikata, karena memang demikianlah prosesnya. Tiba-tiba penulis ingat, belum menandatangani berita acara pelaporan tadi. Ah biar sajalah, malas untuk kembali. Yang penting perasaan ini sudah lega dan plong. Penulis memacu motor kembali ke kantor.

Makassar, 120914 (foto-foto adalah dokumen pribadi).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun