Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Antara yang Bertato dan Merokok dengan yang Tidak

3 November 2014   15:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:48 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka yang merokok dan/atau bertato adalah tidak baik?

Saya berani memastikan bahwa hal tersebut belum tentu atau tidak menjamin. Saya pernah punya pengalaman berkesan terkait interaksi dengan orang yang bertato sekaligus merokok. Saat itu saya dan istri hendak naik ke dalam angkutan kota untuk menuju klinik dokter dalam rangka pemeriksaan rutin kehamilan. Begitu berada di dalam angkot, kami terkejut karena melihat dipojokan ada seorang laki-laki bertampang sangar, telinganya bertindik dan kedua lengan bertato sedang asyik merokok. Kami awalnya ingin segera turun dari kendaraan, namun tidak jadi karena melihat laki-laki sangar tersebut segera membuang jauh-jauh rokoknya yang masih panjang ke luar jendela. Saya segera mengucapkan terimakasih dengan bersungguh-sungguh. Sang lelaki sangat itu tersenyum kecil dan mengangguk menerima ucapan terima kasih saya.

Namun demikian, banyak juga para perokok yang merupakan pribadi yang tidak baik, setidaknya dengan tidak mempedulikan lingkungannya saat merokok. Cuek saja walau ada larangan merokok, tidak peduli dalam ruangan tertutup dan ber-AC, tidah tersentuh hatinya tatkala ada anak-anak, ibu hamil ataupun orang lain yang telah mengipas-ngipaskan untuk mengusir asap rokok. Pengalaman seperti ini tidak terhitung lagi, entah di kantor yang seharusnya tempat orang-orang terpelajar, di sekolah, di angkutan umum, di rumah ibadah hingga di fasilitas kesehatan seperti pos yandu, puskesmas dan rumah sakit. Anehnya lagi banyak dari mereka yang merokok tersebut tampak atribut-atribut yang di masyarakat dianggap sebagai orang-orang baik dan sholeh. Mereka menggunakan topi haji, baju koko, jidatnya hitam layaknya ustads-ustads di televisi, ada yang bersorban, ada yang menggunakan seragam entah PNS, Polisi ataupun Tentara. Secara logika, orang-orang dengan tampilan-tampilan dan atribut-atribut tersebut harusnya adalah mereka yang peka hati nuraninya, punya rasa malu tinggi, taat pada hukum dan peraturan. Tapi faktanya bertolak belakang seratus delapan puluh derajat.

Jadi, baiknya kita coba resapi ajaran-ajaran mulia di masyarakat baik dari budaya, adat istiadat ataupun ajaran agama seperti: jangan hanya melihat dari penampilannya, semua manusia adalah sama derajatnya kecuali dilihat dari kebaikannya dan lain sebagainya yang memiliki pesan moral yang kurang lebih sama. Jadi, apakah mereka yang merokok dan/atau bertato itu buruk secara profesional maupun bermasyarakat? Apakah mereka yang berpenampilan rapi, wangi, menggunakan atribut-atribut agama, tidak bertato, tidak merokok adalah orang-orang baik secara profesional maupun bermasyarakat. Normalnya kita semua sudah tahu jawabnya. Lain hal bila memang tidak normal. Salam :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun