Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minta Karcis Parkir, Petugas Parkir Gelagapan

9 Januari 2015   02:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:31 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa jadi ini cuma perasaan saya saja yang merasa aneh dengan kondisi perparkiran di kota Makassar. Mungkin karena saya tidak mengetahui peraturan perparkiran di Kota Makassar. Ataukah ini tanda-tanda bahwa parkir belum dikelola dengan optimal di Kota Anging Mammiri yang merupakan pintu gerbang kawasan Indonesia Timur ini.

Saya mengamati, di kota ini banyak tempat-tempat yang seharusnya tidak boleh parkir yang ditandai dengan adanya rambu-rambu larangan parkir, namun justru menjadi tempat parkir yang ramai. Petugas parkir baik berseragam (kalo tidak salah rompi berwarna oranye) atau tidak berseragam pun bercokol di tempat yang bisa disebut parkir liar tersebut. Selain itu, tempat-tempat yang bisa dikatakan sebagai halaman suatu kantor atau toko, juga bercokol tukang parkir baik yang berseragam atau yang tidak. Walaupun di tempat tersebut jelas-jelas ada tulisan “parkir gratis”.

Malam kemarin, kebetulan saya ada keperluan membeli barang di sebuah toko. Toko tersebut terletak dipinggir jalan utama, namun memiliki halaman yang cukup luas untuk tempat parkir pelanggannya. Jadi kendaraan pelanggan tidak ada yang diparkir dipinggir jalan yang bisa mengganggu lalu lintas. Di tempat parkir tersebut juga ada petugas parkir yang menggunakan seragam parkir. Asumsi saya itu adalah petugas resmi, namun melihat perawakannya sepertinya masih anak-anak usia SMP.

Saat hendak meninggalkan toko, petugas parkir mendatangai saya. Entah kenapa timbul pikiran iseng saya untuk meminta karcis parkir. Padahal biasanya saya tidak pernah ambil pusing mau diberi karcis parkir atau tidak oleh petugas baik yang berseragam atau tidak. Mendengar permintaan saya, petugas parkir tampak sedikit tersentak. “Karcis?” tanyanya. Saya mengiyakan. Petugas parkir lantas segera menuju sebuah pos. Tidak berapa lama kemudian ia sudah kembali memberikan karcis parkir kepada saya. Karcis parkir sekilas sudah lecek. Sempat terbersit pikiran saya jangan-jangan karcis bekas. Namun saya tidak mau pusing memperhatikan dengan seksama. Apalagi cuaca mendung yang bisa saja segera hujan, saya segera kembali lagi ke kantor.

[caption id="attachment_389519" align="aligncenter" width="355" caption="Karcis parkir yang saya dapati dari petugas parkir di halaman toko kemarin malam (dokpri)"]
[/caption]

Malam ini, tidak sengaja karcis parkir tersebut terambil saat saya merogoh kantung baju untuk mengambil kertas yang ada catatan di dalamnya. Saya pun iseng-iseng memperhatikannya sekilas. Dan ternyata terdapat tulisan “TAHUN ANGGARAN 2014”.

Cukup menarik. Beberapa pemikiran pun berkelebat dibenak saya. Mungkin saja hal ini karena karcis parkir baru yang bertuliskan “TAHUN ANGGARAN 2015” belum dicetak sehingga petugas parkir terpaksa menggunakan karcis parkir yang lama. Apa jangan-jangan karcis parkir yang diberikan kepada saya adalah bekas? Entahlah. Semua kemungkinan bisa saja terjadi.

Melihat fenomena parkir di Kota Makassar, sepertinya parkir belum dikelola dengan optimal. Padahal bila dikelola dengan optimal, sangat mungkin akan sangat signifikan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meningkatnya PAD berarti pemerintah daerah akan memiliki tambahan ruang fiskal untuk melakukan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Disisi lain, masyarakat pun tampak tidak begitu peduli dengan perparkiran yang bisa merupakan salahsatu jalan penyedia dana untuk meningkatkan pelayanan kepada dirinya sendiri. Cukup banyak yang tidak peduli telah parkir ditempat yang seharusnya atau terlarang. Juga sangat jarang saya melihat mereka yang parkir meminta karcis parkir. Mungkin karena nilai yang dibayar tidak terlalu besar. Padahal dengan meminta karcis parkir, bisa jadi akan sangat membantu pemda dalam mengelola parkir dengan lebih baik dan optimal.

Permasalahan parkir memang masih menjadi problem disetiap kota di Indonesia, termasuk di Kota Makassar. Bila bisa dikelola dengan optimal, maka akan meningkatkan penerimaan asli daerah yang relatif besar. Pengelolaannya tentus saja harus profesional, transparan dan akuntabel. Tentu saja masyarakat pengguna kendaraan juga harus ikut peduli dan mendukung pengolaan parkir ini, misalnya parkir ditempat yang ditentukan dan berusaha meminta karcis parkir sesuai ketentuan. Dana dari hasil parkir ini tentu saja dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memajukan kota dan memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat. Ini adalah tantangan bagi setiap pemerintah daerah yang telah dipercaya oleh rakyatnya untuk menjalankan pemerintahan. Semoga berhasil mengelolanya dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun