[caption caption="Terlihat dua orang sedang sibuk memindahkan dokumen skripsi dan thesis."][/caption]Setelah sholat maghrib saya dikagetkan dengan suatu kiriman di beranda facebook saya. Tautan dengan judul skripsi "Foto: Skripsi dan Thesis dibuang", foto diambil dari salah satu perpustakaan di Makassar. Itu benar-benar mengagetkan. Bahkan saya sempat meneguk dua kali coklat panas yang sedang saya nikmati. Entah ini hanya sebatas untuk menajemen konflik bagi mereka atau memang sebuah kesalahan pembuat berita semata. Tapi dampaknya ternyata begitu besar. Yang saya sayangkan hanya, beberapa individu yang kurang mengerti bagaiamana sebuah lembaga perpustakaan ini dijalankan dan dioperasikan secara menyeluruh.
Sebagai seorang yang sedang menempuh akademis ilmu perpustakaan, perkenankan saya sedikit angkat bicara mengenai masalah ini. Apalagi dari beberapa komentar ternyata terdapat orang yang terlibat langsung disana. Dan memberikan penjelasan yang kurang memuaskan bagi yang merasa tindakan ini seperti tidak manusiawi.
Yang pertama, jelas saya meminta maaf apabila dengan tindakan ini anda merasa seperti jerih payah anda atau kawan anda dalam membuat skripsi dan thesis tidak dihargai. Tapi tolong jangan melihatnya dari hal pembuangannya saja sebelum anda sekalian mengerti prosesnya. Ini dikarenakan sudah overload dan tidak memungkinkannya ruangan penyimpanan di perpustakaan. Skripsi yang mungkin dijual ini adalah bentuk dari usaha ilmu kami yang diharapkan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik, bukan berarti menghina karya saudara sekalian. Karya dan ide-ide kalian masih akan tertata rapi di perpustakaan kami. Tentunya dalam bentuk baru yang lebih menarik.
Di ilmu kami, kami mengenal adanya automasi perpustakaan dan digitalisasi koleksi. Dua hal ini manfaatnya sangat besar bagi dunia pendidikan dan bagi ilmu informasi sendiri. Mengingat semakin cepat dan banyaknya informasi yang ada dan yang masyarakat butuhkan. Lha terus gimana? Kita sendiri memandang perpustakaan sebagai sebuah gedung atau ruangan, yang megah dan di dalamnya banyak sekali terdapat buku-buku, sampai-sampai kita ini selalu betah berada bersama tumpukan buku. Dua hal diatas merubah pandangan ini. Bahwa perpustakaan tak harus melulu berdiri megah dan besar. Demi kelangsingan penyimpanan informasi di perpustakaan. Dari sini akhirnya muncul perpustakaan digital dan perpustakaan hibrida. Ada baiknya silahkan saudara bisa cari referensi jenis perpustakaan yang saya sebutkan tadi, karena bisa sehari semalam kalau saya jelaskan lebih lanjut.
Kembali ke topik. Sebelum dibuangnya koleksi sebagai salah satu dari hasil akhir, tentu kami mengenal sebuah proses menuju alih media koleksi ini. Diawali dengan input data, scanning perhalaman, dan sebagainya, dan sebagainya. Koleksi yang tadinya tercetak beralih menjadi koleksi digital. Kalian pasti pengen kan? Skripsi dan Thesis kalian ini dapat dinikmati semua kalangan tanpa harus berkunjung ke kampus kalian? Dinikmati dengan tiduran di kamar, menonton film, di cafe dengan ditemani pacar. Dengan ini, skripsi dan thesis kalian justru lebih aman. Aman dari penyobekan, aman dari tumpahan kopi, aman dari kutu buku, dan aman dari kehilangan.
Setiap tindakan tentunya ada pengorbanan. Tapi kenapa tidak dilakukan apabila manfaat yang didapatkan lebih banyak daripada apa yang dikorbankan. Ini demi kemajuan informasi di Indonesia. Perlu saudara sekalian ketahui, proses ini tidak hanya ada di Indonesia. Karena ini adalah ilmu kami yang telah diterapkan di semua negara demi kepentingan bersama dalam dunia informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H