Mohon tunggu...
Amir Santoso
Amir Santoso Mohon Tunggu... Freelancer - SEO Specialist | SEO Content Writer

Penyuka binatang yang juga gemar memainkan gitar di waktu senggang serta sesekali menikmati kegiatan berkemah bersama teman-teman.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Spoiler Blade Runner 2049: Pencarian Jati Diri di Dunia Pasca-Apokaliptik

24 Januari 2025   01:15 Diperbarui: 24 Januari 2025   01:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K yang mengunjungi Dr. Ana Stelline (Sumber: Cuplikan gambar dari trailer Blade Runner 2049 di Rotten Tomatoes )

Gue juga teringat pada teman gue, yang baru-baru ini merasa dia nggak berguna. Dia merasa seperti entitas yang gak dipedulikan, gak punya tempat, dan gak punya tujuan. Dia sempat cerita kalau dia merasa gak penting, sama seperti K yang merasa kehidupannya gak berarti. Tapi yang gue rasa, dia punya hak untuk memilih, untuk bebas. Dia punya hak untuk merdeka, dan dia punya hak untuk mengubah hidupnya. Teman gue ini sempat ngomong kalau dia pengen naik gunung, untuk mencari kedamaian dan melarikan diri dari rutinitas yang ngebelenggu. Mungkin itu kedengeran kayak pelarian, tapi kadang kita butuh itu, kita butuh mencari ruang untuk menemukan kembali siapa kita, tanpa tekanan dunia luar yang terus-menerus menghantui.

Film ini juga ngajarin gue tentang pentingnya kebebasan untuk menentukan pilihan kita sendiri. Kalau kita terus terjebak di dunia yang penuh dengan tekanan dan ekspektasi orang lain, kita bisa kehilangan diri kita. K bisa menemukan sedikit kebebasan saat dia mulai memilih jalannya sendiri. Sama kayak teman gue yang pengen pergi ke gunung, untuk menemukan kedamaian dan kebebasan. Bahkan dalam dunia yang serba digital ini, kita masih punya pilihan-pilihan untuk mencari tempat yang bisa memberi kita makna.

Gue ngerasa ini jadi cerita tentang pencarian diri, tentang perjuangan untuk merasa hidup, dan tentang mendapatkan kebebasan itu sendiri. Seperti kata Albert Camus, filsuf yang terkenal dengan pandangan absurditasnya, "In the midst of winter, I found there was, within me, an invincible summer." Meskipun dunia sekitar kita penuh dengan kebingungan dan kekacauan, kita masih bisa menemukan makna dan tujuan dalam diri kita sendiri. K mungkin bukan manusia, tapi pencarian makna hidup yang dia lakukan itu manusiawi banget. Ini film yang ngajarin kita buat gak takut mencari kebebasan kita sendiri, walaupun perjalanan itu susah dan penuh dengan keraguan.

Jadi, Blade Runner 2049 itu bukan cuma soal teknologi dan masa depan, tapi lebih ke perjalanan batin manusia yang bisa banget kita relate. K berjuang untuk menentukan siapa dia, dan itu adalah perjuangan yang bisa kita alami juga dalam hidup kita sehari-hari. Film ini ngingetin kita buat terus bertanya pada diri kita sendiri, "Siapa gue?" dan, yang lebih penting, "Apa yang gue cari di hidup ini?" Karena kadang, jawabannya bukan sesuatu yang langsung ketemu, tapi justru ada dalam perjalanan kita untuk mencarinya.

K dan Joi dalam pencarian jati dirinya (Sumber: Cuplikan gambar dari trailer Blade Runner 2049 di Rotten Tomatoes )
K dan Joi dalam pencarian jati dirinya (Sumber: Cuplikan gambar dari trailer Blade Runner 2049 di Rotten Tomatoes )

Setelah itu, cerita semakin dalam dan semakin menantang. K mulai menemukan lebih banyak petunjuk tentang masa lalunya, yang ternyata bukan hanya tentang dia sebagai individu, tetapi juga tentang sesuatu yang lebih besar. Ada satu momen di mana dia akhirnya bertemu dengan Dr. Ana Stelline (Carla Juri), seorang ilmuwan yang bertugas menciptakan kenangan buatan untuk replikant. Dan di sini, kita mendapatkan twist yang cukup besar, yaitu kenyataan bahwa kenangan yang K anggap sebagai miliknya ternyata adalah hasil dari rekayasa, kenangan buatan yang sengaja disisipkan ke dalam dirinya.

Tapi, yang lebih mengejutkan lagi adalah pengakuan bahwa K mungkin bukan orang yang spesial dalam sejarah replikant. Ternyata, petunjuk tentang "anak yang lahir" yang selama ini dia kejar ternyata bukan miliknya, dan inilah saat yang membuat dia benar-benar ragu tentang siapa dirinya. Ternyata, K bukan orang yang dipilih untuk membawa harapan baru bagi dunia, seperti yang dia kira sebelumnya. Kenangan itu, yang selama ini dia pikir asli, hanyalah sebuah ilusi.

K yang mengunjungi Dr. Ana Stelline (Sumber: Cuplikan gambar dari trailer Blade Runner 2049 di Rotten Tomatoes )
K yang mengunjungi Dr. Ana Stelline (Sumber: Cuplikan gambar dari trailer Blade Runner 2049 di Rotten Tomatoes )

Pernah gak sih lo ngerasa selama ini lo jalanin hidup dengan tujuan yang lo pikir bener, tapi kemudian lo dapet kenyataan kalau itu semua mungkin nggak seharusnya lo pilih? Gue pernah ngerasain itu. Kadang, kita terlalu yakin dengan keputusan kita, terlalu percaya bahwa kita punya misi besar di dunia ini, sampai akhirnya kita terbangun dari ilusi itu dan ngerasa kosong. Dan dalam kasus K, rasa kosong itu semakin dalam ketika dia tahu kalau dia cuma bagian dari eksperimen, bukan sosok yang bisa merubah dunia seperti yang dia bayangkan.

Di sini, gue pikir, kita bisa nyambung dengan filosofi Sren Kierkegaard yang bilang, "Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards." Artinya, kita baru bisa memahami hidup kita dengan jelas setelah kita lewatkan, setelah kita merenung. Dan buat K, dia baru sadar kalau sepanjang hidupnya, dia udah berjalan di jalur yang salah. Dia percaya bahwa dirinya adalah seseorang yang spesial, tapi kenyataannya dia cuma bagian dari eksperimen yang lebih besar, dan itu yang membuat dia merasa kehilangan arah. Ketika dia sadar kalau dia bukan orang yang terpilih, saat itulah dia memulai pencarian yang lebih penting: bukan lagi soal siapa dirinya, tapi apa yang bisa dia lakukan dengan hidup yang dia miliki sekarang.

Namun, meskipun dia tahu bahwa dirinya bukan orang yang punya tujuan besar, K tetap memilih untuk berjuang demi kebebasan. Di sini, kita bisa liat bahwa meskipun dunia penuh dengan ketidakpastian, pilihan kita tetap penting. Kita bisa merubah takdir kita, meskipun kita sering merasa seperti hidup kita udah diatur oleh kekuatan yang lebih besar dari diri kita. Dan ini yang ngebawa kita ke satu filosofi Jean-Paul Sartre lagi yang bilang, "Man is condemned to be free." Artinya, kebebasan itu adalah kutukan. Kita bebas untuk memilih, tapi seringkali kebebasan itu datang dengan beban yang berat. K bebas untuk membuat pilihan, meskipun pilihan itu gak pernah mudah dan penuh dengan konsekuensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun