Mohon tunggu...
Amir Santoso
Amir Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Freelancer sebagai admin purchasing di perusahaan

suka memainkan music, travelling, nulis, camping, dan gitar.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Nostalgia Audio Lawas: Ngulik Lagi Zaman Piringan Hitam, Kaset, dan CD

9 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 13 Mei 2024   05:45 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalian masih inget nggak sih jaman-jaman kita kalo dengerin music pakai walkman? Sebelum adanya music digital, music direkam dalam bentuk fisik seperti piringan hitam, kaset, dan CD. 

Inget kan antri di store music buat dapetin album fisik dari band favorit kita? Ada yang rela antri buat beli album dari band Linkin Park, ada juga yang rela antri buat beli album dari Radiohead, dan ada yang rela antri panjang demi band  legenda grunge Nirvana. Yuk, kita kulik era di mana sebelum adanya audio digital yang kita kenal sampai sekarang.

Piringan Hitam: Getar Suara yang Autentik

Piringan hitam itu ibarat espresso yang nge-hit, suaranya yang autentik bikin kita ketagihan. Dari artwork cover yang bisa jadi masterpiece di dinding, sampai sensasi dengerin crackle dari jarum yang menyentuh piringan, semua itu bagian dari magic yang timeless. 

Gak ada yang bisa ngalahin momen saat kita menemukan album langka di toko loak, atau saat kita berbagi rasa takjub dengan teman saat mendengarkan album baru di ruang kamar yang dipenuhi poster band favorit.

Kaset: Ikon Mobilitas Musik

Kaset itu simbol dari musik yang mobile. Dari era Walkman sampai boombox, kaset ini udah kayak temen setia yang bisa dibawa kemana aja. Ritual rebobin pita pake pensil, itu loh yang bikin kita merasa lebih involved sama musik yang kita denger. Siapa yang bisa lupa saat kita menukar mixtape dengan gebetan, atau saat kita merekam lagu dari radio untuk ditambahkan ke koleksi pribadi?

CD: Revolusi Suara yang Crystal Clear

CD itu kayak upgrade besar dari kualitas suara yang kita nikmatin. Gak cuma praktis, tapi juga menawarkan clarity suara yang bikin kita bisa menikmati setiap detail musik dengan sempurna. Rasanya masih terasa, excitement saat membuka plastik CD baru, memasukkannya ke player, dan booklet yang kita baca berulang-ulang sambil larut dalam setiap lirik dan melodi.


Beberapa Tempat yang Ngejual Audio Fisik

Record Store Day: Ini dia festival tahunan yang jadi kiblat para kolektor dan enthusiast musik analog. Di Jakarta, biasanya digelar di Pasaraya Blok M, tempat dimana kamu bisa dapetin rilisan eksklusif dan vibe musikal yang seru banget.

Disctarra: Surganya CD, DVD, Blu-ray, dan VCD original. Mau online atau offline, mereka punya koleksi yang gak main-main dan tersebar di seluruh Indonesia.

Omuniuum: Di Bandung, ada tempat keren ini yang jadi titik temu komunitas musik dan buku. Suasana cozy-nya bikin betah.

Hey Folks Music Store: Di Jakarta Selatan, toko ini menawarkan aneka pilihan vinyl yang bisa bikin kolektor dan pecinta musik mupeng.

Playlist Record Store: Ada di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung, toko ini jadi destinasi wajib buat yang cari koleksi musik yang curated abis.

Lian Records: Toko rekaman yang udah melegenda, terkenal dengan koleksi musik Indonesia dari berbagai zaman.

Pasar Santa: Di sini tempat ajang berburu audio lawas, bisa dijadikan spot nongkrong karena interiornya yang klasik bertema vintage yang bikin candu.

Jadi, guys, meski jaman udah maju dan musik digital jadi mainstream, tetep aja ada tempat spesial buat piringan hitam, kaset, dan CD di hati kita. Mereka itu lebih dari sekadar media penyimpanan musik, mereka adalah bagian dari sejarah dan cara kita menikmati musik yang gak tergantikan. Sekarang sambungkan earphonemu ke audio player kamu dan mainkan lagu kesukaan kamu. Rasakan sensasi old school dan audio analognya. Play and repeat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun