Mohon tunggu...
Mohammad Amir
Mohammad Amir Mohon Tunggu... -

Jamaah Maiyah.Kuliah di Universitas Maiyah Nusantara.Sedang menekuni pekerjaan sebagai karyawan di pabrik ban Dunlop

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Berjuta Nyawa

30 Agustus 2016   08:15 Diperbarui: 30 Agustus 2016   08:21 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia adalah makhluk yang dipercaya dan diamanati Tuhan sebagai Khalifah di muka bumi ini.Manusia harus menggunakan segala yang ia punya untuk memakmurkan dunia ini.Dan ia dibekali 2 hal yang berlawanan yaitu nafsu dan akal yang tentunya nafsu cenderung ke binatang dan akal cenderung ke malaikat.Manusia bisa lebih rendah dan hina dari binatang tetapi ia bisa lebih tinggi lebih mulia daripada malaikat.Semua lagi-lagi harus kembali ke 2 hal itu,mana yang lebih dominan di kehidupan manusia tersebut.

Jika tujuannnya adalah dunia,dari jaman dahulu sampai sekarang manusia hanya mengejar 3 titik yakni harta,tahta dan wanita (bagi pria dan bagi wanita sebaliknya yakni mengejar pria).Semua nyaris menuju ke titik itu.apapun daya kekuatan dan usahanya.Tergantung nilai dan ukuran dari 3 titik itu karena semua itu nyaris relatif.Harta yang cenderung kekayaan,ukurannyapun tidak jelas.

Sejauh mana orang itu disebut kaya.Ada orang yang punya 100ribu merasa kaya dan ada orang yang merasa punya 1 milyar merasa miskin.Jika dari hal ini maka kekayaan tidak bisa kita pandang lewat nominal karena hitungannya relatif.Tetapi jika kita pandang kekayaan lewat sikap maka kekayaan bisa dijangkau.Sejauh orang itu merasa cukup atas apa yang ia punya maka orang itu sudah kaya meskipun tidak punya uang banyak.

Tahta adalah kedudukan yang diidamkan, entah itu apa wujudnya.Dan lagi-lagi kita tidak bisa pandang lewat tahta itu sendiri yakni jika tahta itu bisa memberi manfaat bagi orang banyak dan bisa mendekatkan dirinya kepada Tuhan maka tahta itu bagus untuknya begitu juga dengan memiliki wanita dan harta.Intinya jika itu membuat ia dekat dengan Tuhan maka itu bagus untuknya.Tetapi kebanyakan manusia jika memiliki 3 titik ini yakni harta,tahta dan wanita kebanyakan manusia lupa kepada Tuhan dan sibuk dengan 3 hal itu.Menjauh dari Tuhan dan menikmati dengan serakah 3 titik itu.

Dan lagi-lagi kita harus jujur pada diri kita masing-masing bahwa kebahagiaan menikmati 3 titik itu sangatlah sebentar.Jika disamaratakan paling-paling manusia menikmati hanya sebatas umur 60 tahun.Dan bisa dipastikan manusia akan mati.Hidupnya sangat sebentar.kemana langkah yang akan ia ambil akan menentukan nasib ke depan kelak yakni menghadapi dunia akherat.Langkah baik atau langkah buruk??

Apakah manusia bisa abadi di dunia yang fana’ ini? Jawabnya bisa tetapi bukan jasad manusia itu yang abadi akan tetapi ilmu dan budi pekertinya yang akan abadi sampai hari kiamat.Orang yang hidupnya sibuk mencari dunia dan melupakan mencari ilmu maka ia akan tamat sebagai pencari dunia.Dan jika manusia mencari ilmu kemudian ilmu itu ia sebarkan ke banyak orang,orangpun mengamalkan ilmu itu.Sehingga umat atau masyarakat tersebut jadi baik budi pekertinya serta lebih bertaqwa kepada Tuhan.Maka orang yang seperti ini bak memiliki banyak nyawa.sekalipun ia mati,ia seperti hidup terus karena pengaruhnya dan ajarannya langgeng dipraktekan dan diteladani oleh banyak orang.

Kita bisa tengok atau lebih bagus berziarah ke makam para wali-wali dan ulama, khususnya walisongo.Jasadnya memang sudah tiada secara kehidupan dunia tetapi pengaruhnya dan ajarannya masih langgeng sampai sekarang.Bahkan luar biasanya,meskipun mereka meninggal mereka masih bisa memberi kemaslahatan bagi umat.Lihat saja banyak orang yang berjualan mencari nafkah entah itu jualan soufenir dan lain-lain di dekat kompleks makam.Manusia seperti itulah yang mempunyai beribu bahkan berjuta nyawa.

Mereka meninggal tetapi masih bisa memberi kemanfaatan bagi umat.Sekarang bandingan dengan makam para bajingan,perampok dan penjahat lainnya.Apakah masih bisa memberi manfaat bagi orang banyak? Bahkan mungkin orang tidak sudi melihat makam mereka.Pertanyaannya,apakah kita bisa seperti para wali atau tidak usah muluk-muluk,bisakah kita mencontoh akhlak para wali itu?

Bisakah kita membuat masyarakat menangis karena meninggalnya kita dan kita tertawa di alam kubur atau sebaliknya kita menangis karena tumpukan dosa-dosa yang besar dan masyarakat tertawa akan meninggalnya kita.Kemanakah jalan yang akan dipilih? Jalan baik atau jalan buruk ?

Kita harus memilih jalan baik,terus menerus mencari ilmu yang bermanfaat kemudian kita sebarkan ke masyarakat atau teman atau tetangga atau siapapun.Karena dakwah tidak mengenal batasan strata sosial,ia bisa saja menjurus ke segala penjuru lapisan masyarakat.Dan kita harus meningkatkan amal kita terlebih di 3 amal khusus yang nilainya abadi sampai kiamat yakni ilmu yang bermanfaat,anak sholeh yang mendo’akan orangtua dan amal jariyah.amal ini akan mengalir pahalanya meskipun kita sudah meninggal dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun