Tidak bisa disangkal bahwa manusia memang copy paste.Manusia yang hidup akan belajar dan mencontoh sesuatu yang dilihatnya,dipikirannya bahkan didengarnya.Semuanya nyaris ada kaitan dari unsur-unsur baru yang ditirunya.Lingkungan,pola ekspresi,pemikiran bahkan keyakinan manusia bisa dibilang hanya unsur percontohan saja.Ia mengambil sesuatu apa saja yang diyakininya kemudian ia pastekan di dalam kehidupannya.
Manusia memang pantas disebut manusia peniru karena ia ada dan hidup bermakna dari proses pembelajaran laku tiru meniru.Dan pikiran sebagai penyaring dari budaya copy paste ini,adalah lampu lalulintas yang siap menyetop atau melangkahkan kendaraan di dalam pikiran kita.Ia adalah wadah yang diciptakan Tuhan untuk keberlangsungan proses copy paste ini.
Karena kehidupan manusia yang hampir semuanya ada karena budaya copy paste,maka bisa dibilang bahwa manusia memang tidak bisa hidup sendiri.Sehingga disebutlah bahwa manusia adalah makluk sosial.Ia membutuhkan unsur-unsur lain di luar kehidupannya sendiri.Entah itu alam,pasangan,makanan,minuman dan lain sebagainya.Tidak ada satupun manusia yang bisa melakukan hal tanpa sangkut paut orang lain atau unsur lain.
Begitu besarnya pengaruh apa yang dilihat,apa yang didengar,apa yang dirasakan dan apa yang difikirkan,maka kita sebagai manusia wajib memilih dan memilah apa yang baik dan pantas untuk kita lakukan.Karena nyatanya banyak hal yang baik tetapi belum baik untuk kita lakukan.Banyak hal yang buruk tetapi malah bisa jadi baik untuk kita.
Baik dan buruk disini jangan dibilang itu bermakna dosa dan pahala ataupun mulia dan jahat tetapi keahlian kita dalam menyaring dan menerapkan mengcopy kemudian mempastekan dalam kehidupan kita itulah yang harus kita pelajari dengan serius bahkan seteliti mungkin.
Misalnya dalam suatu hal saat kita mau sholat jum’at kita mendapati suatu kejadian mencengangkan yakni tabrakan beruntun dan korbannya terluka parah.Kecerdasan kita dalam mengambil sikap dalam masalah ini akan berpengaruh dengan si korban.Memilih sholat jum’at atau menolong korban.Meninggalkan kewajiban demi melakukan kewajiban yang lebih besar.
Jika kita makhluk yang hanya terpaku pada hal halal haram saja,kita akan memilih sholat jum’at.Toh tidak menolong korban kitapun tidak dikenakan unsur pidana.Tetapi jika kita memilih menolong korban kita kehilangan kewajiban kita tetapi kita telah melakukan kewajiban besar yakni menolong orang.
Kecerdasan kita sangat dituntut untuk menilai sesuatu.Karena apa yang kita lihat,kita rasakan,kita dengar dan kita fikirkan itu semua menjadi perilaku kita.Kita harus cerdas memilih dan memilah apa yang sekiranya pas untuk kita.Apa yang tidak pas jangan kita jadikan perilaku kita.
AlQur’an dan Alhadits adalah wadah copy paste terbaik.Disana mengandung cita-cita yang luhur.Menjadi manusia yang cinta kepada Tuhan,sesama manusia dan alam semesta.Maka tidak heran jika wasiat terakhir Rosululloh adalah kita disuruh untuk menjaga dan belajar dari 2 hal itu.Rosulullohpun sudah mengaku sendiri bahwa ia diciptakan untuk sebagai rahmatan lill’alamin yakni insan yang baik pada Tuhan,sesama manusia dan alam semesta.
Kita juga dihadapkan dengan propaganda-propaganda yang begitu besar dan masif,lewat televisi lewat smartphone,lewat media-media yang lain.Kita seperti digiring untuk meniru bahkan mempraktekan doktrin-doktrin dari media itu.Dari pola perilaku,gaya hidup,cara berpakaian,cara pandang dan bahkan soal prinsip hidup kita seperti dipaksa makan sesuatu yang padahal kita tidak ada kewajiban untuk memakannya.
Kita kehilangan jiwa Alqur’an dan Alhadits dalam perilaku kita sehari-hari.Padahal lewat 2 hal itulah kita bisa menjadi manusia yang terbaik.Tetapi untuk mempelajari 2 hal itu kita tidak boleh gegabah dan sembrono.Belajar sendiri tanpa guru yang jelas.Berguru hanya kepada Syekh Google.sudah kadung menjadi prinsip manusia yang mengaku manusia modern.Seakan-akan unsur guru yang luhur dan nyata yang sanad keilmuannya bersambung ke Rosululloh tidak diperlukan lagi.Kita kehilangan pijakan dalam melangkah ke depan.Kita hanya belajar dari media internet yang nyatanya kita tidak tahu persis kebenaran sejati dari keilmuan via internet.
Kembali belajar ke ulama,kyai dan guru-guru yang sanadnya nyambung ke Rosululloh merupakan cara terbaik saat ini.Dimana keilmuan-keilmuan sudah kadung membludak tidak karuan di internet yang jelas kita tidak tahu persis tentang tujuan akhir apa keilmuan itu disebar via internet.Apakah kesombongan,apakah adu domba,apakah fitnah apakah hanya iseng semata.
Pada akhirnya kitalah motor dari diri kita sendiri.Kita yang menentukan jalan apa yang akan kita ambil dan pilih.Semoga kita bisa cerdas dalam menghadapi hal-hal yang membludak dalam keilmuan via internet supaya kita bisa mengambil yang pas untuk kita.Apa yang pas untuk kita lakukan,untuk kita gunakan dan untuk kita tiru.Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari para ulama,kyai ataupun guru yang sanadnya nyambung ke Rosululloh. Karena dari guru semacam ini kita dapat terhubung dengan Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H