Para pemain level junior seharusnya tidak terlalu dibebankan harus juara, para pemain bermain dengan tanpa beban dan bersenang-senang bermain tropy itu ibarat bonus semata, melainkan pembinaan dan pengembangan pemain lebih penting makanya timnas-timnas tradisional di Eropa malah pada level Junior mereka tak terdengar, tapi pada level Senior mereka sudah matang. Yang perlu dipahami juga tidak seluruh pemain U-16 ini dapat mencapai level tinggi, dari 23 pemain mungkin hanya 3-5 pemain yang mampu bersaing kedepan.Â
3. Program Jangka Panjang
Banyak proyek  program jangka panjang telah dicoba PSSI, diantaranya yang penukis ingat PSSI Garuda tahun 80-an era Marzuki Nyakmat, pemusatan latihan beetahun-tahun di Brasil, PSSI Primavera era Kurniawan Julianto yang pemusatan latihan di Italia  bahkan ikut terdaftar di kompetisi Primavera Italia (liga tingkatan Juniot di Italia), selanjutnya PSSI Bareti juga di Italia, Program SAD di Uruguay dan banyak lagi penulis udah lupa. Banyak pemain yang muncul saat itu digadang-gadang akan berhasil di Timnas Senior selanjutnya seperti kita ketahui hilang ditelan masa.
Berbeda dengan di Eropa, para pemain dikembalikan ke klub karena setiap klub punya akademi sepakbola sehingga kebugaran dan program pembinaan terus berjalan.
Demikian tiga permasalahan yang dapat menghambat perkembangan para pemain muda Indonesia, mudah-mudahan dapat pencerahan dan kedepan muncul Timnas Indonesia yang bisa Tanpil pada level Asia dan Dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H