Kewirausahaan merupakan semangat, sikap, perilaku kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan.
Kewirausahaan merupakan suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kewirausahaan telah dipercaya sebagai tonggak kekuatan utama dalam membantu pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan usaha baru dan lapangan kerja baru . Pertumbuhan tingkat kewirausahaan mampu menghasilkan lapangan kerja, menghadirkan inovasi, dan meningkatkan efisiensi di berbagai sektor ekonomi.
Kewirausahaan dapat didorong melalui pembelajaran kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahaan merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk menambah wawasan tentang kewirausahaan dan menumbuhkan jiwa dan perilaku berwirausaha.
Pembelajaran kewirausahaan adalah proses edukatif yang bertujuan membentuk jiwa wirausaha pada diri mahasiswa sehingga yang bersangkutan menjadi individu yang kreatif, inovatif dan produktif.
Pembelajaran kewirausahaan bertujuan meningkatkan kesadaran bahwa kewirausahaan sebagai pilihan karir dan meningkatkan pemahaman proses pendirian dan pengelolaan usaha/bisnis baru. Pembelajaran kewirausahaan berkontribusi dalam membantu mengembangkan sikap, kemampuan, dan keterampilan kewirausahaan.
Konsep pembelajaran kewirausahaan bermula di Amerika Serikat pada tahun 1947, ketika Myles Mace mengembangkan pembelajaraan kewirausahaan di Harvard Business School.
Semakin berkembang sejak akhir tahun 1960-an, pembelajaran kewirausahaan telah menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan yang terus meningkat. Memperkenalkan konsep dasar kewirausahaan dan pendekatan kewirausahaan di perguruan tinggi dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap kewirausahaan serta kesadaran mereka dalam memilih pekerjaan setelah lulus nanti.
Efektivitas suatu pembelajaran merupakan suatau hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau suatu hasil belajar yang diinginkan.
Senada dengan Wragg, Nieveen berpendapat bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang secara operasional memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui, mengukur dn menganalisis efektivitas pembelajaran kewirausahaan yang dapat meningkatkan keterampilan berwirausaha mahasiswa melalui “ triangle model”. Hasil kajian dapat diajdikan masukan bagi para pengambil kebijakan yang terkait dengan pembelajaran kewiraushaan
Model Pengukuran Efektifitas Pembelajaran Kewirausahaan
Efektivitas pembelajaran kewirausahaan dapat diukur dengan tiga indikator, ketiga indikator tersebut yaitu kompetensi kewirausahaan, hambatan kewirausahaan dan niat kewirausahaan.
Pembelajaran kewirausahaan dianggap bisa meningkatkan kompetensi kewirausahaan, dan mengurangi hambatan kewirausahaan serta dapat mengubah niat berwirausaha.
Model pengukuran untuk efektifitas pembelajaran kewirausahaan ditunjukan pada Gambar 2.1 model itu diberi nama Triangle Measurement Model for the Entrepreneurship Education Effectiveness (TMM) atau model segitiga pengukuran efektifitas pendidikan kewirausahaan. Untuk mengukur skala efektivitas pembelajaran kewirausahaan di seluruh tiga indikator model yang diusulkan (Kompetensi Kewirausahan, Hambatan Kewirausahaan, Intensi Kewirausahaan).
Literatur studi menunjukan bahwa tentang ketiga konstruk ini relatif independen, oleh karena itu skala independen banyak digunakan dan digabungkan untuk membentuk kerangka kerja terpadu.
Berdasarkan model TMM dapat kita lihat bahwa, kewirausahaan, hambatan dan niat sebagai tiga sumbu yang dimulai dari titik awal yang sama, dengan menghubungkan tiga titik pada tiga sumbu,
Jika sudut segitiga ada di bagian sumbu kompetensi kewirausahaan (segitiga bias ke kiri dan dihubungkan dengan garis putus-putus), kami menyebutnya pendidikan kewirausahaan yang digerakkan oleh kompetensi jenis, misalnya, kewirausahaan formal kursus pendidikan yang ditawarkan oleh universitas.
Jika sudut segitiga berada pada sumbu hambatan kewirausahaan (segitiga bias ke kanan dan terhubung dengan garis putus-putus), kami menyebutnya pendidikan kewirausahaan Problem-driven, misalnya rangkaian ceramah atau workshop tentang topik kewirausahaan, inkubator, dan menciptakan ruang.
Jenis pendidikan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah khusus dalam kewirausahaan, jika sudut segitiga berada pada sumbu niat kewirausahaan (segitiga bias bagian atas dan dihubungkan dengan garis utuh), Pendidikan kewirausahaan bisa disebut Career driven, misalnya kursus yang menggabungkan karir perencanaan dan pendidikan kewirausahaan secara luas dan kursus ini fokus pada pencerahan dan kebangkitan kewiraswastaan. (Liu et al., 2020)
Pada model pengukuran efektifitas pembelajaran kewirausahaan, pembelajaran kewirausahaan dapat diukur dengan tiga variabel, variabel pertama kompetensi kewirausahaan adalah pendidikan kewirausahaan yang digerakan oleh kompetensi jenis misalkan pendidikan formal yang ditawarkan oleh universitas, variabel kedua hambatan kewirausahaan yang disebut dengan problem driven, seperti ceramah, workshop, dan lain sebagainya untuk menyelesaikan permasalahan kewirausahaan, dan yang terakhir niat kewirausahaan yang fokus pada pencerahan dan kebangkitan kewirausahaan.
Gambaran Tingkat Efektifitas Pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi
Berdasarkan hasil riset, secara keseluruhan rata-rata skor untuk variabel Kompetensi Kewirausahaan 3,84. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa telah memahami dan memiliki pengetahuan serta ketertarikan yang tinggi terkait Kompetensi diri dalam kewirausahaan.
Hasil ini diperoleh dari variabel Kompetensi dalam kewirausahaan yang meliputi 5 dimensi yaitu inovasi dan kreativitas, pengambilan resiko, kepercayaan diri, kepemimpinan dan identifikasi peluang. Ini berarti bahwa mahasiswa Universitas memiliki tingkat kompetensi kewirausahaan yang cukup.
Untuk variabel Hambatan Kewirausahaan 3,35. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa telah memahami dan memiliki pengetahuan mengenai hambatan dalam kewirausahaan.
Hasil ini diperoleh dari variabel hambatan dalam kewirausahaan yang meliputi 5 dimensi yaitu kurangnya dukungan, kurangnya pengetahuan, kurangnya kompetensi, kurangnya kepercayaan diri, dan penghindaran resiko. Ini berarti bahwa mahasiswa Universitas memiliki tingkat pengetahuan mengenai hambatan kewirausahaan yang tergolong dalam katagori sedang..
Untuk variabel Intensi Kewirausahaan 3,95. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas memiliki niat yang kuat dalam berwirausaha. Hasil ini diperoleh dari variabel Intensi dalam kewirausahaan yang meliputi 4 dimensi yaitu gendr dan usia, pekerjaan orang tua, pengalaman berwirausaha, dan bidang studi. Ini berarti rtinya mahasiswa memiliki tingkat intensi kewirausahaan yang tergolong dalam katagori Cukup.
Kompetensi kewirausahaan ditemukan berpengaruh positif terhadap efektifitas pembelajaran kewirausahaan, artinya mahasiswa yang memiliki kompetensi kewirausahaan yang tinggi dapat dan mampu mewujudkan sebuah usaha baru, dengan kata lain efektifitas pembelajaran kewirausahaan juga dapat di ukur melalui kompetensi kewirausahaan.
Hambatan kewirausahaan ditemukan tidak berpengaruh positif terhadap efektifitas pembelajaran kewirausahaan melainkan berpengaruh negatif, namun demikian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hambatan kewirausahaan yang terjadi pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, dengan demikian hambatan kewirausahaan juga menjadi variabel untuk mengukur efektifitas pembelajaran kewirausahaan.
Intensi kewirausahaan ditemukan berpengaruh positif terhadap efektifitas pembelajaran kewirausahaan, artinya mahasiwa Universitas Pendidikan Indonesia mempunyai niat yang kuat dalam berwirausaha, sehingga dengan niat yang kuat mereka mampu mewujudkan sebuah usaha baru, dan efektifitas pembelajaran kewirausaaan dapat diukur dengan intensi kewirausahaan.
Efektifitas pembelajaran kewirausahaan berpengaruh positif terhadap keterampilan berwirausaha, artinya semakin tinggi kompetensi kewirausahaan, semakin rendah hambatan kewirausahaan, dan semakin kuat niat kewirausahaan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berwirausaha mahasiswa, sehingga membuat mahasiswa semakin bisa menciptakan sebuah usaha baru dan menjadi wirausahawan.
Berdasarkan implikasi tentang pengukuran efektifitas pembelajaran kewirausahaan dalam mengembangkan keterampilan berwirausaha mahasiswa di atas, maka penting bagi perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pembelajaran kewirausahaan yang lebih menekan pada praktik dibandingkan dengan teoritis.
Kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka mendukung terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran kewirausahaan. Pada program MBKM mahasiswa yang berminat menjadi pengusaha diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan di luar kampus setara 20 sks.
Pada kegiatan tersebut, mahasiswa akan fokus dalam menjalankan kegiatan usahanya. Melalui kegiatan ini akan menambah pengalaman secara nyata kepada mahasiswa dan meningkatkan minat untuk mendirikan usaha baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H