[caption id="attachment_193155" align="alignright" width="300" caption="Olivia Serdeczny/Admin (KOMPAS/BUDIMAN TANUREDJO)"][/caption] “…Era surat kabar [akan] segera berakhir…” Philip Meyer dalam Vanishing Newspaper Dalam jagad kewartawanan, Olivia Serdeczny bukanlah apa apa dibandingkan Nick Davies, Joze Ruben Zamora, Chris Elliot atau Bambang Harymurti sekalipun. Olivia hanyalah seorang gadis belia usia 25 tahun (2010). Ia adalah gadis Polandia yang mempunyai proyek eksperimental. Ia membuat “surat kabar hibrida” bernama NIIU di Berlin, Jerman. Bedanya dengan surat kabar kebanyakan (konvensional) adalah NIIU bersifat individual. Kalau surat kabar pada umumnya seragam untuk satu koran, tetapi NIIU tidak demikian. Olivia memberikan kebebasan kepada pembaca untuk memilih sendiri informasi yang mereka inginkan. Dengan demikian tentu saja isi koran NIIU akan berbeda satu sama lain tergantung dari pesanan pembacanya. Satu koran NIIU terbitan hari ini yang saya beli dan baca barangkali hanya berisi informasi atau berita politik, musik, ekonomi dan sedikit berita olahraga. Sementara NIIU yang anda baca bisa jadi berisi tentang teknologi informasi, olahraga tanpa berita politik. Hal ini terjadi karena kita berbeda selera serta memesan berita yang berbeda. Untuk bisa mendapatkan NIIU kita dapat memesan melalui internet. Sementara baru bisa melayani di Jerman saja. (Namanya juga proyek ekperimental) Setelah koran dipesan, baru kru NIIU me-lay-out, mencetak kemudian mendistribusikan kepada pembacanya. NIIU “hanya” berisi 24 halaman. Dua halaman berisi informasi dari internet dan 20 halaman yang lainnya berisi berita dari surat kabar dunia dan (tentu saja) ada iklan yang disediakan ruang dua halaman. Olivia dengan NIIU-nya memang bekerjasama dengan surat kabar dunia. Surat kabar rekanan Olivia bukanlah surat kabar sembarangan. Ada 17 surat kabar dunia, diantaranya The New York Times, The Washington Times, The International Herald Tibune, Handeblat, Bild dan sebagainya. Mengapa Olivia membuat surat kabar seperti itu? NIIU sengaja diformulasikan untuk pembaca yang membutuhkan informasi dengan perspektif dan ide yang berbeda. Pembaca yang bosan dengan surat kabar belakangan ini. Karena saat ini kebanykan surat kabar hampir selalu seragam, bahkan terkadang dengan judul yang (relatif) sama. Mungkin juga Olivia adalah generasi yang ingin melawan prediksi Philip Meyer yang mengatakan dalam bukunya, Vanishing Newspaper, bahwa era surat kabar [akan] segera berakhir. Menurut Meyer surat kabar akan berakhir dengan datangnya era digital. Meskipun perkembangan surat kabar akhir-akhir ini menurun, tetapi banyak pengamat dan pelaku media meragukan surat kabar cetakan kertas akan benar-benar mati. Sebenarnya yang dibutuhkan surat kabar kedepan hanyalah inovasi, adopsi dan adaptasi terhadap teknologi. Pembaca adalah kata kunci kelangsungan surat kabar dimasa depan. “Kepuasan bakal menjadi ancaman terbesar bagi surat kabar,” begitulah Juan Senor, Wakil Presiden The International Media Consulting Group berkomentar. Lebih lanjut ia mengatakan datangnya teknologi digital bukanlah musuh surat kabar. Surat kabar akan tetap eksis kalau tetap mendedikasikan dirinya untuk kepentingan publik. Terakhir, upaya Olivia menciptakan “surat kabar hibrida” tersebut patut dihargai dan diapresiasi. Terlebih dia masih muda dan juga perempuan. Jarang-jarang perempuan tertarik dengan media, kalaupun membeli media paling banter media gosip. Kebanyakan perempuan membeli majalah yang banyak menampilkan iklan kecantikan dan penampilan. [] Sumber diolah dari Kompas dan surat kabar lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H