Mohon tunggu...
Muhammad Amir Syaifudin Idris
Muhammad Amir Syaifudin Idris Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia biasa

Hidupilah hobimu sebelum hobi menghidupimu | Bukan expertise. GPP (Ganti Pola Pikir) adalah sebuah mini seri “ringan” yang ditulis untuk mengupas sedikit banyak cara pandang orang awam atas isu di masyarakat (akupun termasuk dalam kategori masyarakat awam).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ternyata Gagal Move On Tak Selalu Tentang Seksualitas, GPP3

28 Juni 2024   19:00 Diperbarui: 28 Juni 2024   19:37 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini, aku selalu berpikir bahwa orang yang gagal move on adalah orang yang paling banyak memberi, yang sampai-sampai memberikan ‘dirinya sendiri’ secara cuma-cuma. Aku memiliki kesimpulan itu karena sejak kecil hingga akhir-akhir ini, aku selalu mengira bahwa pihak yang bisa gagal move on hanyalah perempuan. Perempuan yang saking tulusnya dalam mencintai laki-lakinya, sampai memberikan ‘her first time’ kepada (mantan) pujaan hati. Sedangkan para lelaki, mereka hanya mencintai sebatas karena butuh semata. Kalaupun ada yang ‘sebodoh’ itu dalam mencinta, laki-laki akan selalu bisa mengaku bahwa dirinya masih perjaka. Sementara perempuan tidak.

Namun, sejak akhir 2019, aku menyadari bahwa banyak laki-laki yang juga gagal move on dari mantan pasangannya, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, mereka masih mengingat jelas kenangan indahnya bersama sang (mantan) pujaan hati. Tak seperti para wanita yang lebih frontal dan terbuka akan apa yang mereka rasakan, para lelaki ini pintar sekali menyembunyikan perasaannya, bahkan seolah-olah mereka tidak menganggap cinta itu penting bagi hidup mereka. Hal ini mendorong sebuah pertanyaan mendasar muncul di kepalaku: Jadi, sebenarnya apa yang membuat seseorang begitu tergila-gila dengan masa lalunya? Jika hanya karena seksualitas semata, kenapa banyak laki-laki yang juga terjebak dalam siklus ‘nerakanya dunia’ ini?

Karena kebingungan ini, pada pertengahan 2020, aku mencoba mencari tahu alasan utama kenapa seseorang gagal move on. Teman dan kerabatku yang aku tahu termasuk dalam golongan ini mulai kudekati agar dapat kutanyai satu per satu. Namun, jawaban yang kudapatkan kala itu tak dapat kumengerti dengan logikaku yang baru tumbuh saat itu. Kebanyakan dari mereka menjawab bahwa mereka sendiri pun tak mengerti alasan kenapa mereka gagal move on. Sedangkan sebagian kecil lainnya menjawab bahwa mantan pasangannya adalah orang pertama yang bergandengan tangan dengannya, yang pertama main keluar sampai jam setengah sebelas malam dengannya, dan sejenisnya. Memang, jawaban-jawaban ini logis, tapi aku merasa ini bukanlah jawaban yang aku cari.

Sampai suatu hari, secara ironis, aku sendiri yang malah bergabung dengan golongan ‘sesat’ ini. Setelah merasakannya sendiri, perlahan aku mulai memahami bahwa manusia-manusia bingungan yang dahulu kutanyai, yang tidak paham dengan dirinya sendiri, ternyata bukan tidak paham melainkan tidak mau menerima kenyataan bahwa mereka telah memberikan hal terpenting dalam dirinya kepada orang yang salah. Ini bukan tentang keperawanan, bahkan tak ada hubungannya sama sekali dengan hal-hal berbau seksualitas. Ini jauh lebih penting daripada itu. Ini adalah mimpi dan gagasan akan masa depan mereka dengan (mantan) pasangannya.

Layaknya investasi bodong, para manusia gagal move on ini telah menggadaikan masa depan dan tujuan hidup mereka kepada orang yang salah. Yang membuat mereka hidup tanpa jiwa, tanpa arah dan tujuan, bahkan tidak mengenal kanan-kiri-atas-bawah. Mereka buta arah.

Pada akhirnya, aku baru memahami bahwa hal yang paling berharga dari seorang manusia bukanlah keperawanannya, hartanya, jabatannya, atau hal duniawi lainnya. Ibuku yang sudah tidak perawan (ibu siapa pula yang masih perawan?) bisa tetap menjalani hidupnya dengan baik. Pak Tarno yang tidak sesering dulu tampil di acara TV juga tetap bisa melanjutkan hidupnya. Bahkan para mantan pejabat publik yang korup itu, mereka yang telah kehilangan jabatannya pun tetap bisa hidup enak, kan?

Hal ini membuatku mau tidak mau, suka tidak suka, harus mengakui bahwa yang membuat manusia tetap menjadi seorang manusia yang hidup adalah harapan dan tujuan akan masa depannya. Klise, memang, tapi begitulah nyatanya.

Maka dari itu, jika kamu tak yakin dengan pasanganmu saat ini, jangan pernah sekalipun membayangkan kalian akan bersama di masa depan. It’s for your own sake.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun