Disclaimer: Ini merupakan pemikiran pribadi penulis dan tulisan ini tidak terafiliasi dengan pihak manapun. Pertanyaan-pertanyaan serta opini yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah sepenuhnya dari sudut pandang penulis, tanpa pengaruh atau keterlibatan dari pihak eksternal.
Apakah mungkin jikalau selama ini, perkataan dari para individu yang mengklaim bahwa Indonesia merupakan negara yang mampu untuk bersaing secara setara dan atau mengungguli negara-negara maju di benua eropa dan amerika adalah sebuah kebenaran?
Pertanyaan di atas merupakan sebuah pertanyaan yang seketika terlintas di dalam benak penulis ketika melihat bagaimana kesuksesan Timnas Sepakbola Indonesia yang berhasil mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi hingga menyentuh babak semi-final di Piala Asia U-23 Tahun 2024 yang diselenggarakan di Qatar.
Perlu diketahui, Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI saat ini baru saja dilantik pada tahun 2023 yang lalu. Sementara itu, Shin Tae-Yong juga belum terlalu lama dalam mendapatkan mandat untuk melatih Timnas Indonesia, yaitu sejak awal tahun 2019, yang karena terhalang pandemi Covid-19, menjadikannya baru bisa melatih secara efektif pada tahun 2022.
Akan tetapi, meskipun baru terhitung sebentar, ditambah dengan adanya pandemi yang membuat hampir segalanya dimulai dari awal lagi, kedua tokoh tersebut telah berhasil berkontribusi banyak dalam memanajemen, mengelola, dan mengembangkan Tim Nasional Sepakbola Indonesia dengan baik. Bahkan, progres yang ditampilkan saat ini pun rasanya terbilang mustahil untuk bisa dilakukan dalam jangka waktu yang sesingkat ini.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk merasa curiga bahwa jangan-jangan isu tentang mafia dalam sepakbola di Indonesia memanglah nyata dan memiliki ruang lingkup yang sebesar serta sebebas itu untuk bergerak. Karena bagaimana mungkin, timnas yang progres nya selalu stagnan ini bisa tiba-tiba melesat naik hanya dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun sahaja? Padahal, pihak federasi selama ini terus mengusahakan yang terbaik, katanya, agar timnas bisa menjuarai Piala AFF di kategori timnas senior.
Sebagai pertimbangan, jikalau kita mengingat kembali ke masa Timnas Garuda pra-pandemi, timnas telah beberapa kali ditukangi oleh orang-orang berkualitas, seperti Alfred Riedl dan Luis Mila. Namun, apa mau dikata? Prestasi timnas pada saat itu tidak sebanding dengan yang telah diraih saat ini sehingga muncul pertanyaan lanjutan, apakah kemunduran prestasi Timnas Indonesia pada rentang waktu 2010-2019 merupakan akibat dari kurang kompetennya para petinggi PSSI? Atau kepesatan dalam perkembangan timnas saat ini justru diakibatkan oleh menurunnya kualitas tim sepakbola di negara-negara Asia karena pandemi semata?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H