Mohon tunggu...
Amir Idris
Amir Idris Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia biasa

Hidupilah hobimu sebelum hobi menghidupimu | Bukan expertise. GPP (Ganti Pola Pikir) adalah sebuah mini seri “ringan” yang ditulis untuk mengupas sedikit banyak cara pandang orang awam atas isu di masyarakat (akupun termasuk dalam kategori masyarakat awam).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Kekerasan Seksual Menyelinap ke Tempat yang Kita Kira adalah Tempat Teraman

22 April 2024   23:45 Diperbarui: 22 April 2024   23:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekerasan terhadap perempuan dan anak telah menjadi masalah yang meresahkan di Indonesia. Mulai dari kekerasan fisik hingga kekerasan seksual, semuanya terjadi di sekitar kita. Bahkan, mungkin kita sendiri pernah menjadi korban, atau bahkan pelaku, dari tindakan kekerasan ini.

Lantas, apakah ada tempat yang aman dari segala tindak kekerasan yang ada?

Jikalau kamu berpikir bahwa rumah adalah tempat yang paling aman, ada baiknya kamu perlu berpikir ulang. Meskipun mungkin rumah kita terasa aman, rumah orang lain tidak selalu demikian. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) per tanggal 22 April 2024 menunjukkan bahwa 3683 dari 6016 kasus kekerasan terjadi di lingkungan rumah. Yang lebih menyedihkan, 797 di antaranya dilakukan oleh orang tua korban dan 924 lainnya dilakukan oleh suami/istri korban.

Sekolah, yang seharusnya menjadi tempat teraman kedua setelah rumah, juga tidak luput dari kekerasan. Ada 421 kasus kekerasan yang dilaporkan terjadi di sekolah. Ini belum termasuk laporan dari siswa yang sering mengalami bullying atau tekanan mental dari teman-teman mereka yang seringkali dianggap sebagai hal yang lumrah oleh sekolah. Bahkan di beberapa kesempatan, ada oknum yang sengaja menutup-nutupi tindak kekerasan yang ada di sekolah dengan alasan takut mencemarkan nama baik sekolah.

Jadi, kepada siapa lagi para perempuan dan anak bisa berlindung dari kekerasan?

Jawabannya ya, hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Tidak berharap atau bergantung kepada orang lain meskipun orang itu adalah pacar atau teman dekat yang sangat dipercaya. Hal ini dikarenakan menurut data dari sumber yang sama, pacar dan teman merupakan pelaku kekerasan terbanyak, mencapai 1070 kasus.

Oleh karena itu, penting bagi perempuan dan anak di sekitar kita untuk mempelajari setidaknya satu atau dua teknik bela diri untuk melindungi diri mereka sendiri. Selain itu, pemahaman tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak harus disosialisasikan secara luas agar tidak ada lagi tindakan yang melampaui batas. Bahkan dalam skenario terburuk, dengan pengetahuan yang cukup, akan ada lebih banyak orang yang peduli untuk membantu korban dan mengurangi dampak dari segala tindak kekerasan yang mungkin terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun