Mohon tunggu...
Amira Yuniar
Amira Yuniar Mohon Tunggu... Lainnya - Sebagai Sarana Pengumpulan Tugas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

1 Oktober 2020   13:02 Diperbarui: 1 Oktober 2020   13:09 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padananya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neiser dalam Jahja, 2013:56). Selanjutnya kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana (Pudjiati & Masykouri, 2011:6).

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Istilah Maslihah (2005) bahwa kognitif sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti sesuatu. Artinya mengerti menunjukkan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai gambaran yang jelas terhadap hal tersebut. Perkembangan kognitif sendiri mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu (Maslihah, 2005).

Seperti yang kita tahu anak usia dini ialah anak yang brumur 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Biasanya dimasa-masa ini perkembangan kognitf anak berkembang pesat dengan menunjukan perkembangan dari cara anak berpikir, kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat digunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.

Kalau kalian bertanya-tanya kapan sih perkembangan kognitif ini terjadi pada anak?. Maka jawabannya adalah Ahli psikologi kognitif meyakini bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia dilahirkan, yang tampak dalam bentuk motorik (gerakan) dan sensorik (menerima rangsangan). Berdasarkan hasil penelitian, para ahli psikologi kognitif menyimpulkan bahwa aktivitas ranah kognitif manusia pada prinsipnya sudah berlangsung sejak masih bayi, yaitu rentang kehidupan antara 0 -- 2 tahun. Kemudian akan brerlanjut ke tahap pre-operasional (usia 2 -- 7 tahun), tahap concrete-operasional (usia 7 -- 11 tahun), dan formal-operasioanal (usia 11 -- 15 tahun). Dari sini kita dapat simpulkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan.

Aspek utama dalam pengembangan kognitif pada anak yang merupakan perwujudan dari  kemampuan primer meliputi adanya kemampuan berbahasa yang baik dan benar, kemampuan mengingat sesuatu dengan cepat, kemampuan menalar atau berpikir logis, kemampuan tilikan ruang, kemampuan bilangan, kemampuan untuk menggunakan kata-kata dan kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat. Kemampuan-kemampuan ini yang juga bisa mengantarkan anak bertumbuh lebih baik lagi.

Setelah aspek-aspek tersebut merasa dicukupi oleh anak maka hal selanjutnya yang terjadi ialah anak menunjukan ciri-ciri berperilaku kognitif yang meliputi. Anak sudah bisa berpikir lancar yaitu menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan dan arus pemikiran yang lancar, Anak mampu berpikir luwes yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam mampu mengubah cara atau pendekatan dengan arah pemikiran yang berbeda-beda di setiap masing-masing individu, Anak mampu berpikir orisioal yaitu memberikan jawaban yang tak lazim atau lain dari yang lain yang jarang diberikan dari kebanyakan orang, dan yang terakhir Anak mampu bepikir terperinci yaitu mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, merinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan yang ada.

Ada beberapa istilah perkembangan kognitif menurut Piaget meliputi:

Sensory-motor schema (skema sensori-motor), yaitu sebuah atau serangkaian perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan (barang, orang, keadaan, kejadian).

Cognitive schema (skema kognitif), ialah perilaku tertutup berupa tatanan langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi memahami hal yang tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang direspon.

Object permanance (ketetapan benda), yaitu anggapan bahwa sebuah benda akan ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi.

Assimilation (asimilasi), yaitu proses aktif dalam menggunakan skema untuk merespon lingkungan.

Accomodation (akomodasi), yaitu penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan lingkungan.

Equilibrium (ekuilibrium), yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspon sebagai hasil ketetapan akomodasi.

 Secara umum memang perkembangan kognitif ini untuk memepelajari hal-hal yang berkaitan dengan proses perkembangan anak.

Dari sini kita dapat menarik garis-garis besar bagaimana proses perkembangan kognitif, dalam perkembangan ini orang tua dan guru atau lingkungan memiliki keikut sertaan dalam menjalan kan ini. Orang tua harus tau bagaimana cara-cara agar pemahaman ini tidak sia-sia dengan orang tua memberikan game yang disukai anak dengan cara pengaplikasian yang beragam agar anak tidak bosan dan tentu saja game tesebut harus bermanfaat untuk mengembangkan perkembangan kognitif anak, contoh game yang bisa digunakan menyusun puzzle pada permainan ini anak mampu melatih konsentrasi otak atau stimulasi otak.

Dengan perkembangan zaman seperti sekarang game semakin beragam ada permainan online yaitu permainan yang ada pada objek digital seperti play station, ninentendo maupun permainan yang ada di handphone dan adapun yang offline meliputi permainan-permainan trandisional dan sebagian juga sudah ada yang dimodifikasi contohnya seperti lego dan contoh-contoh permainan tradisional meliputi bermain congklak, puzzle dan masih banyak yang lain untuk mengasah dan memperdalam agar anak memiliki kemampuan kognitif yang jauh lebih baik lagi.

Adapun permainan-permainan lain yang mungkin bisa melatih kemampuan bebahasa anak agar memiliki kosa kata yang banyak, melatih kemampuan logika anak, kemampuan membaca dan sebagainya. Namun yang dapat kita ketahui sekarang permainan banyak menimbulkan sisi positifnya dan ada juga yang menunjukan sisi negativnya. Adapun dampak negatifnya seperti.

Anak semakin malas belajar hal ini menyebabkan prestasi anak  disekolah bisa menurun  dan juga bisa membuat anak menjadi sosok yang individualis karena waktunya terbuang untuk bermain game sendiri. Maka dari itu orang tua wajib mengawasi juga kegiatan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun