Misalnya, biarkan anak memiliki kepercayaan diri untuk menentukan apakah mereka lapar, lelah, atau mengantuk. Anak yang mampu mengontrol kebutuhan fisiknya secara mandiri merupakan modal utama mereka untuk pengendalian diri yang baik.
Tidak hanya harus memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya, di sisi lain, orang tua juga harus membiarkan anak-anaknya mempercayai orang tuanya agar tetap tenang dalam keadaan apapun. Mengutip dari Psychology Today, cara anak memercayai orang tuanya adalah dengan menjadi orang tua yang tanggap terhadap kebutuhan anaknya.
Jika orang tua selalu merespon kebutuhan anaknya, maka anak juga bisa belajar mengendalikan diri di sini. Anak akan merasa tidak perlu mengungkapkan emosi untuk apa yang diinginkannya karena sudah yakin orang tuanya akan mencapainya.
2. Sesuaikan cara melatih pengendalian diri sesuai usia anak
Anak-anak dengan usia yang berbeda tentunya memiliki cara yang berbeda untuk melatih kemampuan pengendalian diri mereka. Seperti dilansir dari artikel Kids Health berjudul "Teach Your Child to Self-Control", setiap anak memiliki usia yang berbeda untuk belajar pengendalian diri.
Sampai 2 tahun. Pada usia ini, anak mungkin "frustrasi" karena ada kesenjangan besar antara apa yang ingin mereka lakukan dan apa yang hanya bisa mereka lakukan pada usia ini. Hal ini dapat menyebabkan tantrum pecah. Cara terbaik untuk melatih pengendalian diri pada usia ini adalah mengalihkan perhatian mereka sebelum mereka kehilangan kesabaran. Setelah itu, cobalah untuk memahami konsekuensi dari kemarahan, dan kemudian sarankan agar Anda menikmati waktu Anda sendiri daripada kehilangan kesabaran.
Usia 3-5 tahun. Di usia ini, saat anak mulai menunjukkan emosinya, orang tua bisa memulainya dengan menerapkan timeout. Namun, cara yang lebih baik adalah menunggu anak-anak tenang sebelum mengajak mereka mengobrol.
Hal ini diyakini dapat melatih anak untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengontrol diri. Tidak hanya itu, pujian atas sikap baik yang ditunjukkan anak juga akan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
3. Jangan meremehkan emosi apa pun yang ditunjukkan anak Anda
Anak-anak juga manusia biasa, dengan berbagai emosi, termasuk kebahagiaan, kesedihan, bahkan kemarahan. Sayangnya, banyak orang tua memilih untuk mengabaikan emosi yang ditampilkan oleh anak-anaknya. Misalnya, ketika mereka menangis karena jatuh, kebanyakan orang tua selalu berkata, "Tidak apa-apa, kamu tidak perlu menangis lagi. Tidak sakit." Niat orang tua bisa baik, agar anak tidak terlalu lama bersedih.
Namun, cara ini justru akan menjadi bumerang di kemudian hari. Anak yang terbiasa diminta menahan emosi justru bisa membuat mereka tumbuh menjadi orang yang tidak bisa mengelola emosinya dengan baik.