Mohon tunggu...
Amira Yuniar Rachmawati
Amira Yuniar Rachmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun Angkatan 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Identitas Gender pada Anak Usia Dini

3 Oktober 2021   16:53 Diperbarui: 3 Oktober 2021   17:28 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa yang pertama terlintas di kepala anda jika mendengar kata gender? Gender sendiri memiliki arti pembedaan peran, atribut, sifat, sikap, dan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. 

Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat dan perilaku yang tertanam melalui proses sosialisasi yang berkaitan dengan gender perempuan dan laki-laki.

Konsep gender berasal dari negara-negara barat, jadi beberapa jenis kelamin yang diasumsikan secara sosial. Apakah propaganda nilai-nilai barat? sengaja menyebarkan perubahan masyarakat, khususnya di Timur. Konsep gender adalah sebuah gerakan ini berbahaya karena bisa mendistorsi ajaran agama dan budaya, karena konsep gender terhadap kemanusiaan.

Salah satu nilai yang tertanam keluarga adalah gender bagi anak. Keluarga adalah promotor sosialisasi ajari anak laki-laki dulu patuhi sifat laki-laki, dan anak perempuan itu feminim. 

Peran orang tua dalam pembangunan gender merupakan awal yang penting bagi masyarakat karena merupakan wilayah terkecil dan paling intim dalam hubungan interpersonal. 

Peran ini akan menjadi model yang akan membentuk karakter seseorang terhadap jenis kelaminnya. Perilaku orang tua terhadap anaknya akan menjadi konstruksi identitas yang terekam pada diri anak.

Setelah dinyatakan laki-laki atau perempuan saat melahirkan, setiap orang, termasuk orang tua, saudara kandung, bahkan orang lain, memperlakukan bayi dengan berbeda. 

Baik ayah maupun ibu memainkan peran psikologis yang penting dalam perkembangan jenis kelamin anak. Ibu biasanya bertanggung jawab untuk mengasuh dan merawat mereka secara fisik, sementara ayah bertanggung jawab untuk berinteraksi sambil bermain dan memastikan bahwa anak-anak mereka mematuhi norma-norma budaya saat ini. 

Peran yang harus dimainkan pria adalah untuk mencari nafkah (berorientasi tugas), perempuan harus memainkan peran ekspresif, yaitu berorientasi pada emosi manusia dan hubungannya dengan orang lain (berorientasi pada orang).

Penggunaan strategi dan media/materi pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran anak PAUD akan membantu anak memahami konsep-konsep pembelajaran yang perlu dikembangkan dan dioptimalkan untuk mereka, dan tentunya mengidentifikasi secara benar dan tepat peran gendernya. 

Kegiatan belajar bermain dengan teman merupakan strategi pembelajaran yang berkontribusi pada proses konstruktif pengetahuan siswa tentang identitas dan peran gender mereka, seperti memilih permainan, alat permainan dan memilih teman bermain sebagai pengalaman unik bagi mereka Memperkaya pemahaman mereka tentang identitas gender dan peran dan bagaimana mereka memahami proses interaksi sosial peran gender dari konsep identitas dan peran gender.

Ketika anak dalam masa pengenalan gender dan perannya, tugas utama orang tua adalah memperkenalkan hal-hal yang mendukung pembentukan identitas gender sesuai dengan jenis kelamin anak, seperti nama, mainan, pakaian, gaya rambut, warna, dll. 

Orang tua ingin menunjukkan identitas anak sesuai jenis kelamin anak, seperti memberikan baju dan perlengkapan anak perempuan berwarna pink, dan anak laki-laki biasanya bermain game seperti robot dan senjata. 

Melalui upaya ini, mereka telah membentuk peran perempuan yang berbeda dengan laki-laki, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara sosiologis dan psikologis. Jadi selain pengenalan objek, juga sangat penting untuk mengenalkan peran dan perilaku sesuai gender.

Menurut Maccoby dan Jacklin, tiga teori dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan antara perlakuan orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuan :

1. Teori Imitasi

Untuk identifikasi awal anak dan anggota keluarga sesama jenis akan meniru perilaku sesama jenis dengan meniru perilaku orang dewasa. Anak-anak akan mengidentifikasi dengan orang tua mereka yang berjenis kelamin sama.

Teori ini juga didukung oleh teori gender. Analisis psikologis yang dikemukakan oleh Freud percaya bahwa anak-anak prasekolah akan memiliki ketertarikan seksual kepada orang tua lawan jenis. 

Pada usia 5-6, anak-anak menghentikan atraksi ini karena, kecemasan timbul dalam dirinya, maka anak akan mengidentifikasikan dirinya dengan dirinya dan secara tidak sadar menerima sifat-sifat orang tuanya ini.

2. Self Socialization

Dalam teori ini, anak akan mencoba mengembangkan konsepnya sendiri (laki-laki atau perempuan) dan memahami apa yang harus dilakukan untuk jenis kelamin yang relevan.

3. Teori Reinfocement

Tekankan penggunaan sanksi berupa punishment atau hukuman hadiah. Hal ini akan mendorong anak untuk bertindak sesuai dengan jenis kelaminnya. Sanksi yang dikenakan oleh anggota keluarga atau orang dewasa lainnya. Dorong anak melalui sanksi. Bertindak sesuai dengan jenis kelamin mereka.

Pembelajaran yang tepat dapat memberikan kontribusi yang besar dalam mempengaruhi pembentukan konsep dasar awal perkembangan kepribadian anak dan optimalisasi potensi setiap siswa. 

Salah satu keberhasilan proses pembelajaran adalah siswa merasa senang, dan pendidik membiarkan mereka mempromosikan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa.

Dalam proses penyelenggaraan sekolah, membangun identitas dan konsep peran gender yang baik dan tepat pada anak usia dini sebenarnya bukanlah tugas yang mudah bagi setiap siswa di bidang PAUD. 

Karena sebagian besar aktivitas anak dilakukan di rumah, terkadang karena kurangnya pengaruh dan pemahaman pendidik, serta kurangnya koordinasi dan alasan lainnya, hal-hal yang disampaikan kepada anak terkadang tidak dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Antara pendidik dan orang tua, sebagai pendidik utama anak didik, rumah mereka.

Berbagai faktor lain yang terlibat dalam proses perkembangan anak harus sepenuhnya dipahami dan dipertimbangkan sebelum diterapkan atau digunakan untuk melaksanakan pembelajaran anak di sekolah.

Memberi siswa pengaruh kesempatan untuk membangun konsep identitas dan pengetahuan peran gender terkait sehingga pengembangan kepribadian dan optimalisasi kemampuan kualitas dapat berjalan dengan baik dan tepat. 

Oleh karena itu, pendidik perlu memberikan bantuan belajar yang tepat, efektif dan efisien kepada anak terutama dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di PAUD.

Demikian atas pemaparan mengenai Perkembangan Identitas Gender pada Anak Usia Dini (AUD). Semoga menjadi ilmu baru bagi pembaca dan berkah bagi saya selaku penulis. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun