Mohon tunggu...
Amira Larasati
Amira Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - amatiran

mencoba meluapkan emosi dan pikiran melalui karya tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Sebuah Sesi Tarot

31 Juli 2021   22:37 Diperbarui: 31 Juli 2021   23:05 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku selalu harus berjuang untuk terus menjalani hidup dan mencoba menghiraukan bisikan-bisikan jahat yang berhuni di dalam kepalaku. Dari umur yang sangat muda, aku mempunyai anxiety yang sangat kronis sehingga menghambat diriku untuk menjalani hidup yang tenang tanpa harus memikirkan kapan aku akan berbuat salah selanjutnya. 

Namun, satu pertanyaan yang selalu mewabah di kepalaku adalah asal dari anxiety yang terus-menerus menyetir hidup aku. Mengapa aku selalu menganggap bahwa diriku akan selalu mengambil keputusan yang salah? Pas banget, semesta mengenalkan aku dengan seorang tarot reader yang kebetulan satu prodi dengan diriku. Maka, aku akhirnya memberanikan diri untuk japri dia dan meminta sebuah sesi reading dengan niat menghilangkan dan mencari akar-akar dari perasaan anxiety yang selalu menghantuiku sejak kecil.

Setelah melontarkan beberapa pertanyaan mengenai apa yang bakal terjadi selama sesi reading, aku akhirnya membuat booking untuk Senin, 25 Juli 2021. Jujur, aku tegang banget karena gak tahu apa yang bakal aku terima dari sesi tarot dan hanya berdoa agar diberi reading yang memuaskan. Lalu, akhirnya waktu tiba untuk memulai sesi tarot. Aku ingat sekali jam dindingku memperlihatkan pukul 8.37 malam, dan aku diminta untuk memilih beberapa kartu. Dan akhirnya, berkat tarot reading yang aku lakukan secara spontan, aku dapat mengetahui akar dari semua anxiety aku.

 Menurut tarot reader,  anxiety aku berasal dari kebebasan untuk memilih yang aku diberi oleh orang-orang di lingkunganku, namun aku selalu dikritik dengan keras ketika aku memilih sesuatu dan disodorkan pertanyaan "Kenapa malah milih itu?". Pertanyaan tersebut terlekat di pikiranku, sehingga aku akhirnya memandang diri dengan sangat rendah. Aku menganggap bahwa aku tidak pernah bisa memilih dengan benar dan akan selalu berbuat salah selama hidup, sehingga sekarang aku menghindari mengambil keputusan karena ketakutan dan membiarkan hidup berlayar bebas tanpa tujuan. 

Aku tertohok ketika mendengar semua itu dan beberapa air mata menetes di pipiku. Lega? tentu. Bingung? Sudah pasti. Tahu apa yang harus dilakukan? Tidak sama sekali. Aku menyadari kalau semua hal yang telah terjadi padaku sejak usia dini telah menumpuk dan mulai membludak di umurku yang sekarang.  Semua rasa ketakutan, rasa tidak akan pernah cukup dan rasa kurang adalah sebuah manifestasi dari semua kritik yang telah dilontarkan diriku yang akhirnya menyebabkan diriku untuk bersikap sadis kepada diri sendiri. Ini membuat aku menganggap bahwa setiap hari adalah countdown sampai kapan aku akan membuat kesalahan lagi dan runtuh.Namun, aku diajarin oleh tarot reader bagaimana cara aku akhirnya bisa membebaskan diri dari semua perasaan anxiety ini. 

Pertama, aku harus perlahan mencabuti semua pisau yang telah aku tancapkan ke badan aku dan mulai belajar untuk memaafkan diri sendiri atas semua hal yang aku anggap buruk di mataku. Salah satu cara untuk bisa memaafkan diri sendiri adalah dengan menyadari kalau membuat kesalahan adalah sebuah sifat manusia, dan tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan. Kita mempunyai ruang untuk membuat kesalah, dan yang penting adalah niat untuk menjadi orang lebih baik dari kita di masa lalu. 

Maka, dari semua hal yang aku telah tulis diatas, aku ingin mengingatkan semua pembacaku untuk membuka hati agar bisa memaafkan diri sendiri. Mau kamu melakukan kesalahaan yang kecil atau besar, aku ingin kamu memaafkan dirimu dan minta maaf telah berlaku keji dengan diri sendiri. Terus ingatkan dirimu kalau melakukan kesalahan adalah hal yang sangat lazim, dan kita tidak mungkin bisa hidup tanpa membuat sebuah kesalahan atau mengambil keputusan yang salah. Selain itu, aku juga sangat ingin kalian mengucapkan terima kasih dengan dirimu sendiri karena sudah bisa berjuang selama ini, walaupun semesta terkadang memperlakukan kita seperti kotoran banteng. Terima kasih, telah hidup selama ini, melalui semua penderitaan yang dilontarkan kepada kamu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun