Mohon tunggu...
Amirah Syahirah
Amirah Syahirah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Neokonservatisme dan Perdamaian Dunia

8 April 2022   22:57 Diperbarui: 8 April 2022   22:57 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan Bush yang tiba-tiba menunjukkan sikap Neocons-nya ditandai dengan berubahnya kebijakan luar negeri AS dari segala aspek, baik militer, politik, diplomasi, hingga ekonomi, yang disebut-sebut sebagai upaya penyebarluasan paham demokrasi mereka kepada global. Kebijakan yang ia terbitkan ini disebut-sebut sebagai upaya memberantas terorisme. 

Ia bahkan secara terang-terangan menyebutkan dalam pidato kenegaraannya bahwa Irak, Iran, dan Korea Utara sebagai negara-negara poros kejahatan. AS dinilai terlalu terobsesi dan obsesi tersebut menjadi obsesi yang tidak sehat, yaitu merasa bahwa AS merupakan satu-satunya negara yang layak menjadi negara super power. Obsesi ini yang menjadi pengaruh atas berubahnya kebijakan luar negeri AS dan merasa yakin bahwa dengan menjalankan demokrasi dengan cara AS, dapat membantu mengurangi pergerakan ekstrimis serta melahirkan perdamaian dunia.

Dikenal dengan negara yang memiliki militer terkuat membuat AS terkesan semena-mena dalam menggunakan kekuatannya ini. Ditambah lagi hak veto yang mereka miliki di kursi PBB membuat banyak negara sulit untuk mengalahkan sikap yang ditunjukkan AS ini. Salah satu contoh nyata intervensi menggunakan kekuatan militer yang pernah dilakukan AS adalah penyerangan pangkalan udara Shayrat di bawah kekuasaan Presiden Assad sebagai pembalasan atas penggunaan senjata kimia di Khan Sheikhoun. 

Tidak hanya itu, sikap ini ditunjukkan pula ketika tindakan AS dalam mengintervensi Afganistan yang didasarkan kebijakan Bush untuk 'menghukum' para teroris pasca 9/11 adalah contoh lain. Tindakan ini mendapat tidak sedikit kritik karena dianggap tidak sah dalam membalas serangan 9/11 yang telah terjadi. Proses mendemokratisasikan negara-negara menggunakan kekuatan militer ini dinilai tidak akan cukup efektif dan hanya akan memakan banyak korban sipil. Penggunaan militer mengakibatkan suburnya gejala fundamentalisme. Obsesi yang berlebihan pada kekuatan militernya ini dinilai tidak mempertimbangkan keamanan negara serta hak asasi dari para warga sipil.

Ketiga, dibandingkan menjaga perdamaian global, AS dan Neocons-nya ini lebih cenderung akan mengancam perdamaian global. Bush bersama sikap Neocons-nya ini lebih cenderung mengarah kepada memerangi terorisme. Adopsi doktrin preemption yang secara sepihak memberikan hak kepada AS untuk dapat mengambil tindakan lebih dulu menyerang musuh sebelum diserang, atau dalam kata lain melawan negara manapun yang dianggap dapat mengancam kepentingan AS. 

Pada zaman serba maju seperti sekarang, Neocons tetap mempertahankan eksistensinya. Walau tidak ditunjukkan secara gamblang, namun sikap AS seperti masih menunjukkan pengaruh dari Neokonservatisme. AS kerap kali dinilai merusak perdamaian dunia dan terlalu 'narsis' terhadap kekuatan militer yang mereka miliki. Contoh nyata pertama adalah pernyataan pada 2018 silam dari Korea Utara yang menuding AS terus menggunakan "ancaman dan tekanan militer" kepada mereka. AS dinilai sengaja melakukan provokasi kepada Korea Utara ketika situasi di Semenanjung Korea sedang bergerak menuju perdamaian dan rekonsiliasi berkat pertemuan utara-selatan dan Deklarasi Panmunjeom.

AS juga merusak suasana dengan cara mengarahkan mesin-mesin militer mereka ke Semenanjung Korea. Selanjutnya pada berita yang terbit pada 2020 silam, China juga menuding bahwa AS merupakan perusak perdamaian dunia. Pihak militer China mengumpulkan bukti-bukti bahwa AS-lah yang menjadi pusat bagi terjadinya kerusuhan regional, pelanggaran tatanan internasional, serta perusak perdamaian dunia. 

Dilansir dari Associated Press, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Republik Rakyat China, Kolonel Wu Qian, berpendapat bahwa kehadiran dan tindakan militer AS di Irak, Suriah, serta Libya telah menyebabkan lebih dari 800.000 kematian dan membuat jutaan orang mengungsi. Tuduhan ini menjadi salah satu alasan mengapa hubungan China dan AS telah mencapai titik terendah dalam beberapa dekade terakhir, terutama ditengah sikap agresif AS atas perdagangan, teknologi, masalah Taiwan, Hongkong, hak asasi manusia, serta masalah Laut China Selatan.

Kedua contoh masalah tersebut merupakan sedikit dari banyaknya alasan mengapa AS dan sikap Neocons-nya lebih tepat dianggap menjadi ancaman dunia dibandingkan menjadi 'polisi dunia' yang menegakkan perdamaian. Baru-baru ini pun China kembali mengecam aliansi baru AS dengan Australia dan menganggap bahwa hal tersebut sangat merusak perdamaian kawasan.[9] Contoh-contoh kasus yang diambil merupakan contoh masalah yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Tidak terhitung sudah berapa banyak masalah yang AS galakkan sejak sikap Neocons-nya mengganas pada masa pemerintahan Bush lalu. Hal ini menjadikan bukti nyata bahwasannya Neokonservatisme telah banyak mempengaruhi sikap AS dan cenderung menjadi ancaman bagi perdamaian dunia.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Neokonservatisme dapat menjadi ancaman bagi perdamaian dunia. Alasannya adalah pertama, Amerika Serikat dan Neocons-nya cenderung bersikap uniteralis dan agresif. Ditambah lagi dengan adanya slogan 'polisi dunia' dan preemption, AS merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan perdamaian dunia. Padahal, hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk mencari kepentingan pribadi. Kedua, obsesi yang berlebihan pada kekuatan militernya. Alasan ini mendukung pernyataan pertama. Sikap ini ditunjukkan salah satunya ketika tindakan AS dalam mengintervensi Afganistan yang didasarkan kebijakan Bush untuk 'menghukum' para teroris pasca 9/11.

Maka dari itu, diperlukan penguatan militer dari tiap-tiap negara untuk meminimalisir adanya intervensi, konflik, hingga perang yang dilakukan oleh AS kepada negara lain. Hal ini didasarkan pada situasi balance of power, dimana perang memiliki peluang kecil untuk terjadi apabila tiap-tiap negara memiliki kekuatan yang sama. Walau hal ini sulit untuk dilaksanakan, setidaknya tiap-tiap negara memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan AS, sehingga peluang untuk 'terkena' dampak dari sikap Neocons-nya AS ini lebih kecil terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun