Beberapa hari terakhir saya terusik dengan pertanyaan sahabat saya dalam sesi curhat acak di sebuah bbm
Â
dia bertanyaÂ
"Apakah aku akan bahagia?"Â
Pertanyaan yang aku jawab spontan sedetik setelah membaca pesan tersebut : tentu saja. Kamu anak baik, kamu taat pada orang tua dan Tuhanmu.Â
Pertanyaan selanjutnya yang sulit dijawab adalah : Lalu kenapa saya tak kunjung merasa bahagia?
Â
Saya terdiam.
Pertanyaan itu berbalik kearah saya.
Mungkin kalo saat ini orang bertanya pada saya, apakah saya bahagia, saya akan menjawab : saya biasa saja.
Â
Emangnya bahagia itu apa?
Â
Bahagia
Â
Kebanyakan orang mendefinisikan bahagia berbanding lurus dengan jumlah uang yang mereka miliki
Â
Sebagian kecil lagi bilang, bahagia adalah ketika bisa malas malasan seharian tetapi dapat uang. Yang lagi lagi merujuk ke materi.
Â
Semua orang punya definisi kebahagiaan masing masing.
Bagi saya, kebahagiaan yang kebanyakn manusia cari adalah predikat kebahagiaan yang ditempelkan oleh orang lain
Â
Pengakuan diri dalam kehidupan sosial
Â
Diakui bahwa karirmu melesat, bahwa kamu punya keluarga yang baik, cantik dan terjaga, istri yang cantik dan dipuja semua orang, sehat.
Â
Bahagia bagi kebanyakan orang adalah ketika hidupmu merupakan hidup yang semua orang impikan.
Hidup yang siapapun mau menukarkan posisinya untuk jadi kamu
Â
Dan kamu akan bahagia, ketika kamu menyadarinya.
Â
Bahagia yang tergantung orang lain
Bahagia karena orang lain berpikir hidup kita pasti bahagia dengan apa yang kita miliki saat ini
Â
Bahagia ketika mendapat pujian "Ih gila ya... mobilmu bagus. Pasti gajimu gede"
"Ya ampun anakmu lucunyaaaa. ya iyalah istrimu cantik!"
Â
Bahagia karena pengakuan
Â
Apakah jika tidak ada yang memuji kendaraan sederhanamu, lantas gajimu tidak pantas dibanggakan? dan kamu tidak bahagia karena nya?
Apakah jika istrimu tidak cantik, kamu tidak bahagia? Padahal cukuplah istrimu cantik hanya dipandangan matamu untuk membuatmu bahagia setiap hari.Â
Benarkah?
Banyak orang berlomba untuk menunjukkan dirinya bahagia.
Update status, upload foto, lengkap dengan caption yang menggambarkan kebahagiaan, membuat dunia sosmed makin laris.
Â
Mereka ingin menunjukkan dirinya baik baik saja. Bahagia. Pengakuan orang. Peduli opini orang. Ingin dikatai orang bahwa ia bahagia.
Â
Manusia seharusnya bahagia setiap hari tanpa syarat
Â
Bagaimana tidak?
Bahkan setiap bangun tidurpun, kita harus bahagia sudah dihidupkan kembali dalam keadaan mati suri kita.
Diberi kesempatan untuk berbuat baik sekali lagi, kesempatan untuk berubah, kesempatan untuk tertawa bersama orang yang kita sayangi, menjadi manusia yang bermanfaat, berkarya.
Â
Bahagia adalah bagaimana kita mensyukurinya
Bukan karena pandangan orang lainÂ
Bukan karena definisi bahagia kita tidak sama dengan definisi bahagia orang kebanyakan
Â
Saya?
Saya sangat patut bahagia karena memiliki Ibu yang luar biasa hebat dan lembut.Â
Ayah yang selalu berada dibelakang saya dan siap mendukung saya kapanpun saya jatuh.
Kakak laki laki yang melindungi saya dan amat menyayangi saya
Saya?
Saya sehat, saya bisa bekerja sendiri, saya punya rumah yang hangat dan empuk setiap malam untuk tidur.Â
Saya tidur dengan perut kenyang
Meskipun masih banyak hal yang belum tercapai, termasuk urusan yang saya harapkan bisa terwujud segera,... saya harus masih sangat bersyukur masih diberi banyak nikmat yang kadang saya lupakan.Â
Â
Saya masih punya sejuta alasan untuk bahagia. Tidak mengingkari nikmatnya
Â
Kebahagiaan adalah yang kamu ciptakan sendiri. How you see things.
Â
Maka nikmat mana yang Engkau dustakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H