Dulu, sejak SMA. Saya selalu bisa mengatasi perasaan saya. Bisa berpikir logis, bahwa urusan cinta tidak boleh dan tidak akan bisa mengganggu kehidupan pribadi yang bebas dan bahagia. Hanya orang orang bodoh yang terjebak seperti itu. Bahkan, saya mencibir orang orang yang terjebak sengsara dalam kisah cintanya. Buat apa sih sengsara, hidup masih terlalu indah untuk bersama sama dengan orang yang membuat mu sedih berkepanjangan. Ternyata memang tidak semudah itu. saya pun sekarang masuk dalam golongan orang orang yang dulu saya katai bodoh. Lesson learn
Saya juga jadi sadar. Orang orang yang menyukai saya, juga sengsara habis habisan, tapi mereka mempertahankan untuk mengejar saya. Oke, maksudnya bukan saya ge er. Tapi. Memang harus ada perjuangan di suatu yang berharga. Tidak selalu mudah. Terimakasih yang sudah menganggap saya berharga di jaman itu. But sometimes, you have to choose between turning the page and closing the book.
By the way.
Ketika patah hati, saya memang sering menghibur diri dengan kata kata bijak. Tapi, ada dua kata bijak yang menurut saya sangat berlawanan.
Yang pertama : It’s worth fighting for , something that worth having
Dimana klo konteksnya cinta, maka cinta yang sejati adalah cinta yang susah banget didapat. Dengan perjuangan
Yang kedua : With the right person, you don’t have to work so hard to be happy, it just happens effortlessly
Arti yang kedua adalah, cinta adalah ketika kita ga usah susah susah untuk menciptakan kebahagiaan, kebahagiaan datang karena tingkah lakunya, perkataannya, ide ide dan pemikirannya. Sangat mudah.
See? Jadi mana yang benar? Ya saya sendiri ga tau sih.  Seketika saya ingat sama salah seorang yang pernah suka sama saya dulu. Dia bilang : Kenapa ya susah sekali mendapatkan hatimu? Yang saya tahu, cinta orang orang sukses dengan pernikahannya, tidak sulit dan tidak menyakitkan.
Dulu saya tidak terlalu mengerti. Sekarang setengahnya setuju :D
Mungkin cinta yang benar memang ada proses pembelajaran, tapi tidak perlu menyakitkan. Dewasa tanpa perlu menyakiti.