Depok (09/08) – Pemerintah sudah banyak memberikan usaha dalam meningkatkan fasilitas pada penyandang difabel atau disabilitas secara fisik. Namun bagaimana dengan penyandang disabilitas intelektual?
Menurut American Psychological Association (APA), disailitas intelektual adalah gangguan perkemangan dalam kemampuan kognitif dan kemampuan adaptif yang erdampak pada keemampuan individu mempeoleh keteampilan pada kelompok seumurnya. Keadaan ini membuat penyandang disabilitas intelektual memiliki kesulitan dalam ersosialisasi dengan orang – orang di dekatnya. Terutama ketika orang – orang terdekat tersebut tidak mengerti apa yang dibutuhkan oleh penyandang tersebut dalam berkomunikasi. Karena hal tersebut, banyak penyandang disabilitas intelektual yang terisolasi dari masyarakat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi dengan disabilitas intelektual adalah untuk bersiap mendapat banyak pertanyaan dan keterusterangan mereka. Penyandang disabilitas intelektual memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi juga sangat jujur dan kurang memahami apa yang dapat dibicarakan atau ditanyakan secara eksplisit dan tidak. Sehingga penyandang disabilitas mungkin akan melontarkan pertanyaan yang “mengejutkan”. Saat merasa pertanyaan invasif maka kita dapat menolak pertanyaan tersebut.
Selain itu, saat berkomunikasi dengan penyandang disabilitas akan lebih mudah mengerti ucapan kita ketika kita berbicara dengan bahasa yang jelas dan sederhana serta lebih pelan. Penyandang disabilitas sama seperti manusia lainnya perlu diajarkan mana yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan.
Oleh karena itu, Mahasiswa Tim II KKN UNDIP Tim Kecamatan Cinere yaitu Amira (Fakultas Psikologi), melakukan penyuluhan cara ersosialisasi dengan penyandang intelektual dengan membagikan booklet kepada RT 04/ RW 05. Penyuluhan dilakukan pada Hari Sabtu 6 Agustus 2022. Penyuluhan mencakup cara penggunaan booklet. Penyuluhan ini bertujuan untuk mengenalkan masyarakat pada penyandang disabilitas intelektual dan cara berkomunikasi dengan mereka dalam rangka upaya membuat lingkungan yang inklusif Penyuluhan ini dilakukan bersamaan dengan program kerja mengenai edukasi seksual anak bagi orang tua.
Penulis: Amira Annafia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H