Mohon tunggu...
Amira
Amira Mohon Tunggu... -

Aku menulis, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wowo vs Wiwi pada 100.000 SM

19 April 2015   06:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_411063" align="aligncenter" width="540" caption="Wiwi dan Gaga"][/caption]

Pagi itu Homo Sapiens kelompok Gaga yang hidup di sekitar Sungai Cikcik gempar karena air yang mengalir lewat pemukiman mereka keruh berwarna merah kehitaman. Suara mereka hiruk pikuk penuh sumpah serapah. “Ini pasti kerjaan kelompok Wowo. Mereka memandikan binatang peliharaan mereka di sungai.” Atau, “Mereka pasti menyelup jimat-jimat mereka yang kuning itu menjadi berwarna merah.” Atau, “Bocor, bocor, bocor...”

Kelompok Wowo bermukim di sekitar Sungai Cikcik juga, tapi lebih ke hulu dan di seberang sungai. Dulu kelompok Wowo ini hidup dalam satu pemukiman dengan kelompok Gaga, tapi kemudian memisahkan diri dan membentuk kelompok sendiri. Mereka merasa dikhianati setelahbersusah payah dan berdarah-darahmembantu Gaga berperang menghadapi Yeye yang sebetulnya merupakan bekas murid asuhan Gaga. Yeye memang terlalu perkasa buat Gaga dan Wowo serta kelompoknya. Namun, kini Yeye lebih sering mengurung diri setelah menemukan kesukaan barunya, bermain suling dan mengukir dinding gua. Wowo mengendus kesempatan mengusir Yeye dari tanah tersubur yang pernah mereka tahu. Tapi Gaga juga punya niat yang sama. Pertengkaran antar Gaga dan Wowo berakhir dengan pemisahan Wowo yang membawa para pengikutnya ke arah matahari terbenam. Semenjak itulah kedua kelompok yang tidak akur itu saling melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan terhadap kelompok lainnya.

Pada zaman itu, yaitu pada sekitar tahun 100.000 SM, yang bisa menjadi pemimpin haruslah yang terkuat di kelompoknya. Bila tidak, ia akan ditantang oleh yang merasa bisa mengalahkannya. Siapa yang kalah, kalau tidak mati, akan diusir dari kelompoknya. Kalau tidak ada yang mengikutinya, ia akan mengembara sendirian sampai akhirnya mati dalam tempo yang biasanya tidak lama. Kalau ia memiliki pengikut, ia akan membuat kelompok baru. Biasanya para anggota kelompok lebih memilih pemenang pertarungan daripada mengikuti pecundang bersusah-susah mencari dan membangun pemukiman baru. Dalam hal Gaga dan Wowo tidak terjadi pertarungan, hanya terjadi pemisahan. Wowo pergi membuat pemukiman baru karena ia tahu di sebelah hulu yang tempatnya lebih tinggi, akan lebih baik kalau digarap dengan rapi dan teratur. Tentu saja perlu kerja ekstra keras saat awal. Sesungguhnya, Wowo jauh lebih kuat dan lebih cerdas daripada Gaga. Jauh..., pokoknya, jauh.

Situasi itu menjadi masalah pelik bagi Gaga. Kalau Gaga dan Wowo harus bertarung satu sama lain sebelum mengambil alih dan menggarap tanah impian yang masih dikuasai Yeye, tentu Wowo akan menang semudah membalikkan telapak tangan. Wowo dalam tempo singkat saat itu telah menjadi fenomena Homo sapiens, ia nyaris tak ada yang bisa mengalahkannya. Nyaris?

Alam sering kali mengimbuhkan misteri pada jejak-jejak sejarah. Secara tak terduga, adalah seorang petarung muda dalam kelompok Gaga yang tidak punya minat menjadi kepala dari kelompok itu menggantikan Gaga yang sudah obsolet, tetapi ternyata petarung muda ini memiliki ‘mojo’ bahkan di atas Wowo. Petarung bernama Wiwi ini adalah satu-satunya Homo Sapiens yang diperhitungkan bisa menekuk lutut Wowo yang perkasa itu. Ini adalah dilema bagi Gaga, maju sendiri pasti kalah, sebaliknya kalau mengajukan Wiwi pasti menang tapi Wiwi yang berhak menjadi penguasa tertinggi dari tanah impian yang tersubur itu.

Tekanan kelompok, kewarasan, dan keselamatan diri memaksa Gaga mengambil keputusan untuk memajukan Wiwi bertarung menghadapi Wowo. Naluri dan persangkaan menjadi kenyataan. Wiwi menjadi pemenangnya. Semua berpesta. Yang menganggap dirinya berjasa minta penghargaan dan kemudahan. Yang dianggap berjasa diberi penghargaan dan kemudahan. Praktis semua berjalan lancar kecuali Gaga yang merasa paling berjasa, lebih tinggi dari Wiwi, pendapatnya paling benar, dan ingin memiliki kekuasaan seperti Wiwi, jadi sering mau mengatur, menyuruh, dan merecoki Wiwi. Wiwi terpaksa harus zig-zag dengan gangguan ekstra seperti itu. Ternyata Homo sapiens pada sekitar tahun 100.000 SM sudah harus berpolitik agar speciesnya bisa bertahan di atas permukaan kering dari planet biru ini.

---- ♦♦ ♥ Ω♥ ♦♦ ----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun