Akhir tahun 2019, Pandemi COVID-19 mulai melanda seluruh wilayah dunia. Satu per satu negara mulai terdampak virus yang diakibatkan virus tersebut.
Indonesia yang awalnya belum terkena, pada awal tahun 2020, mulai timbul korban berjatuhan. Pemerintah dan masyarakat berharap ini hanya pandemi sementara, tetapi ternyata hal ini merupakan awal perubahan di semua bidang usaha manusia.
Tidak hanya bidang kesehatan saja yang terdampak. Tidak sedikit korban yang mulai berjatuhan membuat panik, ketakutan dan kecemasan yang melanda di dalam masyarakat. Banyak yang meninggal atau hanya sekedar terpapar dan sembuh.
Aktivitas sosial juga mulai banyak dibatasi, bahkan ada yang benar-benar dilarang. Berbagai kebijakan pemerintah membuat semua lini kehidupan masyarakat menjadi lumpuh. Mulai dari kesehatan, ekonomi, pendidikan dan sosial.
Dampak yang paling nyata akibat adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) adalah mulai berkurangnya interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Pasar mulai sepi, sekolah-sekolah mulai diliburkan, mal dan toko menjadi sepi. Hal ini sangat berdampak bagi wirausaha seperti saya.
Usaha Saung Mirza Event Organizer yang saya miliki, otomatis juga mengalami penurunan yang drastis. Orderan event organizer secara offline atau luring, jasa fotografi dan liputan acara menjadi sepi.
Kondisi awal diperkirakan masih bisa kami hadapi. Tidak mungkin usaha ini berhenti total. Namun, ternyata perkiraan saya salah. Dampak ekonomi yang dihadapi ternyata cukup berkepanjangan.
Kunci pertama yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah bukan mencari solusi terlebih dahulu, tetapi berusaha untuk menenangkan diri. Karena dalam ketenangan itu, sesungguhnya kita telah menemukan setengah dari solusi permasalahan itu sendiri, selebihnya baru kita fokus mencari setengah solusi lainnya.
Saya juga memikirkan bagaimana solusi dalam menghadapi pandemi yang seakan masih jauh dari kata “selesai” bahkan setelah berubah menjadi endemi.
Keterbatasan gerak dan pertemuan antar manusia yang diberlakukan pemerintah, memberikan ide bagi saya untuk menambah layanan jasa usaha yang mampu bertahan di masa pandemi.
Apabila banyak usaha yang tutup sementara atau malah gulung tikar, saya tetap harus memikirkan bagaimana cara untuk bertahan dan berkembang di masa sulit ini.
Pengusaha dituntut tetap produktif, meskipun aktivitas dibatasi agar penyebaran virus COVID-19 berkurang dan korban jiwa tidak berjatuhan lebih banyak lagi.
Celah ide bisnis datang, tatkala pembatasan juga mempengaruhi aktivitas perkantoran dan usaha-usaha yang harus berhubungan antara satu sama lain agar perekonomian tetap berjalan.
Saya mulai mencari ide bagaimana cara menghubungkan orang-orang di mana pun, kapan pun dan bagaimana pun bentuk kegiatannya. Kemampuan saya menguasai bidang IT dan Multimedia, menjadi modal dasar untuk memaksimalkan konsep ide saya agar dapat terlaksana.
Pada tahun pertama dalam mengadapi pandemi ini, saya mulai melakukan inovasi dan mengerahkan daya kreativitas yang ada.
Kemudian timbullah ide untuk membuat kegiatan online sebagai alternatif solusi pertemuan secara virtual atau daring.
Agar lebih menarik dan tidak membosankan event virtual perlu didukung oleh fasilitas media digital yang memadai dan keterampilan menggunakan perangkat multimedia di era revolusi industri 4.0.
Ide yang awalnya terasa awam untuk dilaksanakan ternyata mulai mendapatkan respon positif dari orang sekitar.
Mereka yang sebelumnya belum pernah mulai melakukan kegiatan secara daring atau bahkan tidak pernah sama sekali berhubungan dengan teknologi semacam ini, mulai belajar. Selain karena tuntutan, sistem secara daring ini juga merupakan suatu kebutuhan.
Seiring dengan kebutuhan kantor untuk tetap menjalin komunikasi dan koordinasi dengan para pegawainya, sekolah yang melakukan kegiatan belajar-mengajar secara daring, dan menjalin kerja sama dengan berbagai mitra usahanya.
Bahkan banyak kegiatan pengajian, kegiatan sosial dan juga kegiatan pendidikan mulai mengadaptasi cara berkumpul dan berkomunikasi secara virtual ini.
Pertemuan virtual ini juga merupakan salah satu bentuk dukungan kepada pemerintah dalam melakukan PSBB dengan menekan angka penyebaran COVID-19.
Ide yang dijalankan mulai banyak memperlihatkan hasilnya. Banyak instansi, kantor, kegiatan pendidikan, kegiatan sosial, dan kegiatan pengajian yang memanfaatkan jasa layanan kami untuk melakukan kegiatan virtual.
Usaha yang saya jalankan juga mulai menuju ke arah yang stabil. Sebagai seorang wirausaha, tentu hambatan dan batu sandungan semakin membuat kuat dan mampu mencari solusi dari permasalahan yang ada di masa pandemi. Pilihannya hanya tetap bergerak maju dan bangkit kembali.
Saat ini, 2 tahun sudah pandemi ini kita alami. Banyak hikmah di balilk semua ini. Pandemi juga melahirkan sistem kerja WFH (Work from Home), sehingga memberikan warna baru dalam dunia kerja.
Adaptasi dalam melakukan aktivitas WFH ini menjadi tantangan baru. Kebiasaan baru ini mulai terbentuk dan orang-orang mulai bisa menyesuaikan diri dan terbiasa melakukannya.
Banyak hal yang berubah dan mempengaruhi banyak sektor kehidupan manusia. Bahkan, saat ini kebiasaan-kebiasaan baru melakukan webinar untuk pekerjaan dan kegiatan tertentu menjadi hal yang lumrah dilakukan.
Banyak pekerjaan yang terbantu ketika melakukan pertemuan secara virtual ini. Hanya bermodalkan piranti yang memadai berupa handphone atau laptop dan didukung dengan akses internet yang cukup stabil, acara virtual sudah dapat dilakukan.
Seakan di dalam kondisi yang tidak menguntungkan, ternyata ada hikmah positif di dalamnya, yaitu kemudahan komunikasi dan mencari solusi usaha melalui kegiatan online atau daring.
Kunci penting dalam bertahan menghadapi kondisi ini adalah dengan melakukan adaptasi. Adaptasi membantu orang untuk mencari solusi di setiap permasalahan atau kendala yang dihadapi agar mampu bertahan dalam kondisi apa pun.
Satu lagi yang harus dilakukan oleh seorang wirausaha, aktif bergabung dalam berbagai komunitas. Ketika bergabung di dalamnya, seorang wirausaha akan mendapatkan dukungan moral, ide solusi, atau membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak yang bisa yang bisa saling menguntungkan. Dengan demikian akan membantu usaha tetap dapat eksis bertahan dan makin banyak dikenal orang.
Komunitas akan membawa vibe positif dalam keberlangsungan usaha yang digeluti. Para wirausaha yang tergabung dalam komunitas usaha tersebut juga merasakan imbas dari pandemi ini.
Barang produksi yang telah mereka hasilkan tentu harus dapat dijual dan menghasilkan keuntungan untuk perputaran usaha. Wirausaha harus terus bergerak, bukan?
Contohnya saja, usaha saya, Saung Mirza Creative Event Organizer, ketika bertemu dengan sesama teman pengusaha di komunitas, kami akan melakukan “barter”. Anggap saja kami saling melakukan endorse.
Saya menawarkan jasa webinar, fotografi, konsultasi IT saya, dan pelaku usaha lain akan membayar saya dengan memberikan barang hasil produksinya kepada saya. Dalam keadaan ini, kami sama-sama saling diuntungkan.
Pada saat itu, hanya itulah salah satu jalan untuk bertahan di saat job-job yang lain sepi. Lalu kami akan saling membantu promosi baik produk, jasa, maupun event di media sosial kami masing-masing dan saling memberikan testimoni pada produk kami masing-masing.
Memang pada saat pandemi perputaran uang melambat, tetapi dengan adanya kegiatan promosi di media sosial, melakukan endorsement, dan kerjasama di dalam komunitas, saat ini kondisi mulai mengarah ke kondisi yang lebih baik.
Saya selalu yakin bahwa di setiap usaha, pasti ada saja kendala yang dihadapi. Namun, dengan hambatan dan permasalahan yang ada, akan membuat usaha yang kita jalankan menjadi teruji handal dan mampu bertahan di masa-masa sulit.
Saya, Amir Hamzah, ST, selaku CEO Saung Mirza Creative Event Organizer, kalau saya saja mampu bertahan dan berkembang di tengah Pandemi Covid-19, Insya Allah Anda pun akan bisa melaluinya.
Bagaimana menurut Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H