[caption id="attachment_246927" align="alignnone" width="350" caption="salah seorang korban keracunan yg di rujuk ke Makassar (Sumber foto: Rusman/Fajar)"][/caption] Naas menimpa warga Desa Pattapa, salah satu desa di kabupaten Barru Sulawesi Selatan, sedikitnya 8 orang meninggal dunia, setelah memakan kue dadar, dikala berbuka puasa. Aparat keamanan mesti, menyelidiki hal ini. Kasus ini penuh keganjilan-keganjilan. Berikut ini kisah maut selanjutnya, yang dikutip dari fajar Online edisi 02/09/2010:
==================================================================
Hari itu, Selasa 31 Agustus 2010, suasana Dusun Saloperru normal-normal saja. Tidak ada yang luar biasa. Tapi kurang 20 menit jelang waktu berbuka puasa, maut datang meneror. Delapan warga kampung di Desa Pattappa Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru, meregang nyawa gara-gara menyantap dadar. Laporan: Rusman Nazar, Barru Suasana kampung Saloperru mendadak ribut. Penyebabnya, 15 warga kampung itu dilaporkan menggelepar akibat keracunan makanan berbuka puasa. Delapan orang di antaranya tewas usai menyantap dadar di rumah Ambo Tang, 45. Sedang tujuh lainnya, dilarikan ke rumah sakit, termasuk pemilik rumah.
Hajatan buka puasa bersama keluarga ini juga sekaligus pertemuan keluarga dalam rangka rencana keberangkatan putri Ambo Tang, Syamsidar, 20, ke negeri Jiran Malaysia. Juga untuk membicarakan persiapan pernikahan Hasni, putri sulung Ambo Tang, pertengahan Oktober nanti.
Malam sebelum hari nahas itu tiba, barang-barang persiapan keberangkatan Syamsidar sudah dikemas rapi. Harusnya, Syamsidar berangkat ke Malaysia, Rabu 1 September kemarin, melalui pelabuhan Cappa Ujung Parepare. Tapi maut lebih dulu menjemputnya sebelum hari pemberangkatannya tiba.
Lela, 35, tetangga yang juga masih kerabat dekat Ambo Tang berinisiatif membuat kue dadar, dibantu Hasni, kakak kandung Syamsidar. Bahan-bahanpun dihimpun dari para tetangga. Entah apa yang salah, kue buatan mereka justru menjadi biang petaka.
Seperti hari-hari sebelumnya, rumah Ambo Tang menjadi tempat berkumpul keluarga serumpun di kampung itu. Maklum, di kampung itu, hanya Ambo seorang yang memiliki pesawat televisi. Maka, mulai anak-anak hingga orang tua, berkumpul nonton di rumah itu.
Sore nahas itu, seperti biasa, puluhan orang berkumpul di rumah Ambo. Selain berkumpul untuk bercengkerama jelang keberangkatan Syamsidar ke Malaysia dan membahas pernikahan Hasni, juga tentu saja menikmati acara televisi.
Nah, jelang buka puasa, Lela dibantu Syamsidar dan Hasni, membawa kue buatan mereka ke rumahnya. Karena beberapa perempuan dan anak-anak tidak berpuasa, mereka pun dipersilakan mencicipi terlebih dahulu dadar tersebut.
Satu dua tiga menit berlalu, tidak ada masalah. Semuanya masih normal saja. Tapi saat azan Magrib berkumandang, tiba-tiba Rehan, anak balita bersama beberapa anak lainnya yang mencicipi lebih awal dadar tersebut, mulai mual dan muntah. Menyusul kemudian Syamsidar dan Hasni.
Tak sadar bahwa penyebab mual dan muntahnya Rehan, Syamsidar dan Hasni akibat menyantap dadar, Ambo Tang, Lawaleng, 70; Lapasau, 65 ; Mami; Sami, 60; Juheni sang tuan rumah; Tuwo, 25; Akbar, 12; Yusri, 30; dan Masni (lima tahun), tetap memakan dadar buatan Lela.
Hanya hitungan 30 menit, seluruh isi rumah mulai merasakan hal sama. Salah seorang di antaranya, mulai merasa ada yang janggal dengan dadar yang mereka makan. Maka, Hasni pun berupaya mencari pertolongan di rumah tetangga. Namun belum sempat ia berbuat banyak, calon pengantin inipun terjungkal. Dia tewas di dekat pagar tetangganya.
Inaping, 30, tetangga korban yang datang ke lokasi kejadian masih sempat mendapati belasan korban dalam kondisi payah. Lantai rumah panggung tersebut sudah dipenuhi muntah dan bau menyengat. Seluruh korban tak sadarkan diri dan tergeletak seadanya di beberapa tempat di atas rumah Ambo tersebut.
Lawaleng sendiri, menurut keterangan warga, sudah tewas dengan mulut berbusa di depan tungku dapur. Sementara Juheni dan Syamsidar, mengerang kesakitan di atas ranjang. Mereka tewas sebelum mendapat pertolongan medis. Korban lainnya, Lapasau juga tewas seketika di depan televisi.
Camat Pujananting, Syamsir, mengaku kaget. Dia pun langsung bergegas ke lokasi yang jaraknya sembilan kilometer dari rumah dinas kecamatan. Di TKP, mantan Lurah Kiru-Kiru, Kecamatan Soppeng Riaja ini sudah menemukan empat mayat di tempat berbeda.
Belum sempat naik ke rumah, ia mencium bau menyengat dari muntahan korban yang mengalir hingga tangga. Bahkan dua ekor anjing ikut menggelepar dan tewas akibat menjilat bekas muntah para korban.
Sami, lelaki tua yang ditemukan masih tersengal-sengal, segera dilarikan ke Puskesmas Lisu, Kecamatan Tanete Riaja. Namun baru beberapa menit berada di Puskesmas tersebut, Sami menyusul empat korban tewas sebelumnya. Sementara Juheni, Rehan bersama enam korban yang masih hidup lainnya, segera dilarikan ke RSU Type C Kabupaten Barru.
Namun, Rehan gagal diselamatkan. Satu jam berselang, Juheni menyusul dua putrinya yang tewas di TKP. Korban musibah kue dadar maut ini pun menjadi delapan orang. ==================================================================
Indonesia benar-benar berduka, di Barru rakyat meninggal akibat makan kue dadar, di Buol rakyat meninggal karena peluru. Dan musibah Sinabung masih berlangsung. Apakah ini sebagai suatu peringatan, agar kita bangsa Indonesia lebih berserah diri kepada Tuhan. Sekiranya selama ini, kami rakyatmu terlalu congkak dan tinggi hati, maafkanlah kami Ya Tuhan. Ampunilah dosa-dosa kami.
Komposianer sekalian marilah tundukkan kepala sejenak untuk mendoakan rakyat Indonesia yang telah mendahului kita semua. Semoga arwah mereka diterima di sisi Tuhan, Amien……!!!! (AM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H