Mohon tunggu...
Amir Mahmud
Amir Mahmud Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger Lepas

Blogger lepas yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Bercita cita ingin mengembangkan desanya melalui sedikit keahlian menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Membuat Komposter dan Kampanye Lewat Blog, Caraku Mewujudkan Net Zero Emissions di 2050

23 Oktober 2021   12:45 Diperbarui: 23 Oktober 2021   12:46 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seragam dan topi blogger lingkungan untuk mengukuhkan bahwa kami begitu peduli dengan lingkungan. Dokpri. 

Hai teman, tahukah kalian jika suhu bumi pada awal 2030 mendatang diprediksi akan naik 1,5 derajat celcius. Dimana angka tersebut merupakan batas aman untuk mencegah timbulnya permasalahan di permukaan bumi, sesuai perjanjian Paris Agreement yang sudah disepakati oleh Negara-negara yang bergabung.  

2030-an awal bukanlah waktu yang lama, hanya tinggal 12 tahunan saja. Karena seperti kita ketahui bersama, bahwa sekarang waktu begitu cepat berlalu. Sekarang Senin, besok sudah hari Minggu saja.

Lalu, apa yang terjadi jika target perjanjian paris itu gagal, hingga kemudian suhu bumi naik sampai 1,5 derajat celcius di awal 2030?  Atau bahkan jika naik sampai 2 derajat celcius. Berikut infografisnya.  (Klik kanan open in new tab)

Infografis perubahan iklim. Sumber : WWF. 
Infografis perubahan iklim. Sumber : WWF. 

Dan berikut ini adalah penjelasan dari infografis di atas.

1. Cuaca ekstrem pada kenaikan suhu 1,5 derajat celcius akan meningkatkan resiko banjir sebesar 100%. Namun pada suhu 2 derajat celcius, meningkat menjadi 170%.

2. Pada spesies hewan, pada kenaikan suhu 1,5 derajat celcius, 6% dari serangga, 8% dari tumbuhan, dan 4% dari vertebrata akan terpengaruh. Lalu pada kenaikan suhu 2 derajat celcius, pada serangga akan terpengaruh sebanyak 18%, tumbuhan 16%,  dan 8% dari vertebrata.

3. Untuk ketersediaan air, pada kenaikan suhu 1,5 derajat celcius, 350 juta penduduk perkotaan terkena kekeringan parah pada tahun 2100. Sedangkan di suhu 2 derajat celcius, jumlahnya menjadi 410 juta. Ini seperti yang terjadi di Amerika belum lama ini dengan rekor suhu 49 derajat celcius.

Cuaca panas di Kanada. Foto : Jason Franson/The Canadian Press/AP Photo/pitcure alliance
Cuaca panas di Kanada. Foto : Jason Franson/The Canadian Press/AP Photo/pitcure alliance

4. Untuk kasus es mencair di kutub utara, pada kenaikan suhu 1,5 derajat celcius, es mencair setidaknya 100 tahun sekali. Namun menjadi 10 tahun sekali pada kenaikan suhu 2 derajat celcius.

5. Lalu untuk gelombang panas, 9% populasi dunia  atau sekitar 700 juta orang akan terhindar dari gelombang panas ekstrem setidaknya sekali setiap 20 tahun pada kenaikan suhu 1,5 derajat celcius. Namun pada kenaikan 2 derajat celcius, jumlahnya naik jadi 28% dan 2 milyar orang akan terdampak.

6. Untuk kenaikan air laut, 46 juta orang terdampak karena permukaan air laut naik 48 cm pada 2100 pada kenaikkan suhu 1,5 derajat celcius, dan bertambah menjadi 49 juta orang dan air laut naik sampai 56 cm saat suhu naik 2 derajat celcius.

7. Untuk keanekaragaman hayati, risiko yang lebih rendah terhadap keanekaragaman hayati laut, ekosistem, serta fungsi dan layanan ekologisnya pada kenaikan suhu 1,5 derajat celcius dibandingkan kenaikan suhu 2 derajat celcius.

8. Untuk terumbu karang, 70% terumbu karang di dunia akan hilang pada tahun 2100 pada kenaiakan suhu 1,5 derajat celcius dan hampir semua terumbu karang hilang pada kenaikan suhu 2 derajat celcius.

9. Untuk ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah di kenaikan suhu 2 derajat celcius daripada 1,5 derajat celcius untuk banyak negara, khususnya negara berpenghasilan rendah.

10. Untuk sektor pangan, setiap pemanasan 0,5 derajat celcius secara konsisten akan menyebabkan hasil yang lebih rendah pada pertanian, dan kandungan nutrisi yang lebih rendah pada tanaman di daerah tropis seperti di Indonesia.

Nah, dari data di atas, kita bisa tahu betapa bahayanya perubahan iklim karena sangat berpengaruh pada banyak kehidupan. Dan di masa depan nanti, apakah kita masih menjumpai hewan yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti lebah penghasil madu yang bermanfaat bagi manusia? Atau masih adakah harimau di hutan?

Semua tergantung dari apa yang kita lakukan sekarang. Jika sekarang kita berbenah dan peduli, maka di kehidupan selanjutnya akan aman dan nyaman bagi anak cucuk kita. Karena sekarang saja, kita masih dilanda pandemi. Dan jika ditelusuri, pandemi erat kaitannya dengan perubahan iklim.

Nah, beberapa bulan lalu saya mengikuti webinar tentang lingkungan dengan narasumber dokter Alvi. Beliau mengatakan jika virus HIV, awalnya berasal dari kera di Afrika yang diburu kemudian dimakan dagingnya, dan menimbulkan penyakit yang belum ada obatnya ini.

Kemudian seperti yang kita ketahui bersama, hewan kelelawar yang banyak hidup dihutan disebut-sebut sebagai penyebab utama pandemi covid-19. Karena habitat terganggu, mereka masuk ke pemukiman manusia dan menyebarkan penyakit.

Maka dari itu, menjaga lingkungan wajib hukumnya agar tetap asri dan sejuk, agar manusia bisa tetap hidup tenang dan nyaman dan terbebas dari berbagai macam bencana dan penyakit.

Berbicara tentang perubahan iklim, belakangan ini juga populer mengenai istilah Net-Zero Emissions.

Hmmmm, apa itu?

Net Zero Emissions atau nol bersih emisi adalah kondisi dimana emisi karbon yang dihasilkan oleh manusia di muka bumi diserap sepenuhnya oleh pohon, laut, dan tanah, sehingga tidak sampai ke atmosfer dan membentuk efek rumah kaca.

Karbondioksida adalah faktor utama perubahan iklim. Oleh karena itu, menekan produksi zat tersebut adalah cara tepat menjaga suhu bumi tetap dingin. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Misalnya dengan menanam pohon, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, mengurangi penggunaan kantong plastik, dsb.

Untuk saya sendiri, ada dua hal yang sudah saya lakukan sudah sejak lama. Yaitu dengan membuat komposter pengubah sampah menjadi pupuk, dan menyuarakan aksi peduli lingkungan lewat blog. Berikut ulasan lengkapnya.

1.Membuat komposter pengubah sampah jadi pupuk

Sudah sejak lama saya memanfaatkan komposter pengubah sampah jadi pupuk. Tujuannya agar lingkungan rumah tetap bersih bebas sampah.

Sampah rumah tangga seperti sisa makanan atau sisa sayuran yang tidak terpakai, saya masukkan ke dalam tong komposter ini agar tidak menumpuk jadi sampah dan menimbulkan pencemaran.

Di bagian bawah komposter ini terdapat keran untuk menampung air lindi yang bisa digunakan untuk pupuk tanaman. Dan ternyata pupuk ini sangat subur untuk tanaman. Begitu disiramkan dengan dicampur air (takaran 1 botol untuk 1 ember air), beberapa hari berikutnya tanaman langsung subur.

Komposter pengubah sampah jadi pupuk. Dokpri.
Komposter pengubah sampah jadi pupuk. Dokpri.

Komposter ini dibuat menggunakan dua buah ember cat bekas yang di lubangi dibagian dasarnya agar air lindi bisa keluar. Dan setelah sampah penuh, bisa diambil dan dicampurkan dengan tanah untuk membuat media tanam. Langkah-langkah pembuatannya bisa tonton di video ini.


Selain komposter yang dapat menghasilkan pupuk cair lindi ini, saya juga membuat komposter yang menghasilkan tanah sebagai media tanam dan hanya memerlukan 1 buah ember cat bekas. Caranya mudah sekali.

1. Siapkan ember bekas cat ukuran 18 kg
2. Lubangi sisi ember dengan bor secara menyeluruh
3. Kemudian pada bagian bawah ember, taruh tanah gembur
4. Masukkan sampah rumah tangga atau sisa makanan diatasnya
5. Timpa dengan tanah diatasnya lagi, dan timpa lagi dengan sampah sampai penuh
6. Diamkan antara 1-2 bulan hingga sampah tercampur dengan tanah dan menjadi media tanam siap dipakai

Komposter pembuat media tanam. Dokpri.
Komposter pembuat media tanam. Dokpri.

Berkat kedua alat ini, sejak sekitar Februari 2021 lalu, sekitar 75% sampah dirumah saya diubah menjadi pupuk. Sehingga tidak mencemari lingkungan.

Dan mungkin kalian sudah tahu, bahwasanya sampah merupakan salah satu penyumbang gas metana terbesar pembentuk gas rumah kaca, penyebab pemanasan global.

Saya mungkin melakukan ini sendirian, tapi jika banyak orang lain menirunya, tentu saja dampaknya akan terasa.

2. Menjadi blogger peduli linkungan yang menyuarakan aksi perubahan iklim

Saya adalah blogger yang tergabung dalam komunitas blogger lingkungan dengan nama Eco Blogger Squad, dengan anggota sekitar 30 orang lebih,  yang tugasnya menyuarakan aksi perubahan iklim seperti kebakaran hutan, lahan gambut, kepedulian lingkungan, dsb.

Setiap 2 bulan sekali, kami mengadakan webinar tentang lingkungan yang menghadirkan narasumber ahli dibidangnya. Hingga hampir 8 bulan ini sudah ada banyak tulisan saya tentang kepedulian linkungan di blog saya di https://www.kangamir.com/category/lingkungan/

Terbentuknya komunitas ini karena memang kami teratrik dengan isu lingkungan.

Seragam dan topi blogger lingkungan untuk mengukuhkan bahwa kami begitu peduli dengan lingkungan. Dokpri. 
Seragam dan topi blogger lingkungan untuk mengukuhkan bahwa kami begitu peduli dengan lingkungan. Dokpri. 

Selain blog tersebut, saya juga menuliskan beberapa artikel tentang linkungan di blog saya yang lain. Namun selain blog, saya juga menyuarakannya lewat media sosial, baik itu instagram, twiiter, atau youtube.

Saat ada challenge tentang lingkungan, saya juga seringkali ikutan karena membuat saya semakin bersemangat untuk peduli lingkungan.

Menjadi blogger yang peduli lingkungan membuat saya makin sadar bahwasanya bumi kita ini adalah tanggung jawab kita semua. Apalagi karena di awal 2030 nanti, suhu bumi diprediksi akan naik menjadi 1,5 derajat celcius dan akan berpangaruh ke banyak lini kehidupan.

Dengan menjaga bumi dari sekarang, berarti kita menjaga anak cucu kita kelak agar dapat hidup dengan lebih nyaman dan tenang. Lewat tulisan-tulisan saya di blog, saya berharap semoga semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya kelestarian bumi.

Nah, dari kedua aksi nyata diatas, bisa kalian tiru di rumah. Untuk contoh pembuatan komposter juga sangat mudah dan tidak memerlukan banyak biaya, namun nilainya lebih besar dari biaya pembuatan komposter itu sendiri. Komposter ini sangat cocok untuk yang tinggal diperkotaan yang umumnya lahannya sempit.

Sedangkan untuk kampanye blog, kalian pun bisa melakukannya jika memang suka menulis atau memang tergerak untuk melakukan aksi peduli lingkungan. Namun jika dirasa sulit, bisa juga lewat media sosial seperti instagram atau facebook.

Dan tentu saja, ada banyak cara peduli lingkungan selain kedua cara diatas. Misalnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan lampu seperlunya, menggunakan produk ramah iklim dan ramah sosial, dan sebagainya.

Ingat satu pesan ini :

Menjaga bumi itu bukan hanya tentang menyelamatkan bumi, tapi menyelematkan manusia itu sendiri. Jadi kalau kita memang masih sayang dengan orang-orang tercinta kita, orang tua, suami, istri, kakak, adek, keluarga, menjaga bumi adalah menyelematkan kita bersama.

Sumber referensi artikel 

1. https://kabar24.bisnis.com/read/20181009/19/847121/suhu-bumi-2030-sampai-2052-berpotensi-naik-15-derajat-celcius
 
2. https://www.wwf.org.uk/updates/our-warming-world-how-much-difference-will-half-degree-really-make

3. https://www.dw.com/id/keadaan-bumi-ketika-target-iklim-gagal-tercapai/a-59488249 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun