Mohon tunggu...
Ami Prayogo
Ami Prayogo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan Pendidikan Khusus, Penulis

Pegiat sosial yang suka sharing. Konsultan pendidikan luar biasa / pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Bekerja menjadi pendidik di salah satu universitas swasta di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Tinggal di Negara Sering Bencana Alam, Sudahkah Anak Kita Kenal Mitigasi Bencana Sejak Dini?

15 Januari 2023   01:24 Diperbarui: 17 Januari 2023   04:46 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster kegiatan pengabdian edukasi mitigasi bencana alam. (Kolase - Dok. Pribadi)

"Generasi Indonesia sudah seharusnya tidak hanya mengenal  potensi sumber daya, tetapi juga potensi bencana alam di lingkungan mereka tinggal masing-masing."

Indonesia, terletak di wilayah ring of fire menjadikan berkah dengan adanya berbagai potensi alam dan pariwisata. Di balik itu, resiko tinggi sering terjadi bencana alam seperti gunung meletus dan gempa bumi mengintai penduduk Indonesia. 

Ditambah lagi, sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, jika terjadi gempa bawah laut bisa saja terjadi tsunami. 

Demografi Indonesia yang di keliling pertemuan tiga lempeng bumi, yakni lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australi, dan lempeng Pasifik, menjadikan Indonesia rawan gempa bumi akibat pergeseran lempeng tersebut. Belum lagi ditambah bencana alam banjir dan tanah longsor. 

Generasi Indonesia sudah seharusnya tidak hanya mengenal  potensi sumber daya, tetapi juga potensi bencana alam di lingkungan mereka tinggal masing-masing. 

Itu termasuk mengenali resiko apa yang akan terjadi jika mereka tinggal di kawasan pegunungan yang terdapat hutan, terdapat gunung berapi aktif, di daerah pantai, dekat bantaran sungai, dan di perkotaan yang padat penduduk. 

Sehingga, mereka tidak hanya familiar dengan lingkungan mereka, tapi juga memiliki kesadaran bagaimana menjaga kelestarian alam tempat tinggal mereka  dan tau apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. 

Bencana alam sangat mungkin terjadi tidak hanya karena faktor kondisi geografis Indonesia, tapi juga karena pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bijaksana. 

Anak-anak perlu dibekali dengan kemampuan literasi tentang lingkungannya (ekologis) agar dapat  turut serta menjaga keseimbangan alam antara konsumsi masyarakat dan kemampuan alam untuk menopangnya. Literasi terhadap kelestarian alam ini disebut dengan gerakan ekoliterasi yang dicetuskan oleh Fritjof Capra (1995). 

Generasi muda yang punya kesadaran tentang kelestarian alam merupakan investasi masa depan tentang kehidupan yang keberlanjutan. Termasuk bagaimana generasi muda nanti memiliki kecakapan dalam mengelola lingkungan ketika terjadi bencana alam.

Tinggal di kawasan Gunung Merapi yang merupakan kawasan wisata namun juga beresiko terkena dampak erupsi menjadi alasan kenapa anak-anak usia sekolah dasar di Dusun Brengosan sangat perlu mempelajari mitigasi bencana. 

Program mitigasi bencana di sekolah perlu diperkuat dengan adanya peran aktif masyarakat. Seperti kegiatan yang dilakukan oleh kolaborasi tim dosen dan mahasiswa dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. 

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat mandiri, tim dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa yang terdiri dari Kristi Wardani, Dwi Susanto, Muhaimi M.P., dan Eka Ridha Nofrida serta beberapa mahasiswa.

Kegiatan ini memberikan edukasi mitigasi bencana melalui serangkaian permainan dan pembagian poster pada 15 orang anak usia sekolah dasar di kawasan RT 01 RW 07 Dusun Brengosan Donoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta pada tanggal 9 Desember 2022.  

Anak-anak mengikuti permainan mensimulasikan jika terjadi gempa bumi. (Dok. Pribadi)
Anak-anak mengikuti permainan mensimulasikan jika terjadi gempa bumi. (Dok. Pribadi)

Materi edukasi mitigasi bencana tersebut terdiri dari bencana gunung meletus dan gempa bumi. Sebagai awalan, anak-anak diajak untuk pemanasan terlebih dahulu dengan adanya yel-yel. 

Setelah itu, anak-anak diajak untuk bernyanyi dan bermain "jika ada gempa". Setelah keseruan berlari mensimulasikan melindungi diri saat gempa bumi terjadi.

Anak-anak diberikan penjelasan mengenai cara berlindung ketika erupsi gunung berapi  dengan media poster. Anak-anak terlihat sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir meskipun cuaca kurang mendukung.

Poster kegiatan pengabdian edukasi mitigasi bencana alam. (Kolase - Dok. Pribadi)
Poster kegiatan pengabdian edukasi mitigasi bencana alam. (Kolase - Dok. Pribadi)

Dari kegiatan ini dapat diketahui bahwa kegiatan edukasi mitigasi bencana tidak melulu harus diberikan dengan cara-cara formal. Justru akan mudah diterima oleh anak-anak ketika disampaikan dengan cara yang aktif dan menyenangkan. 

Semoga lebih banyak masyarakat yang berperan untuk meningkatkan ekoliterasi pada generasi Indonesia dengan cara-cara yang lebih menarik bagi anak-anak. Bagaimana proses kegiatan berlangsung, dapat dilihat dalam video dokumentasi berikut ini. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun