Memang, tidak mudah untuk menerapkan sekolah yang mengakomodasi berbagai keberagaman ini. Oleh karena itu, mewujudkan Sekolah Ramah Anak perlu adanya upaya kolaboratif sekolah-rumah (dalam hal ini orang tua / wali anak).Â
Dalam rangka mewujudkan Sekolah Ramah Anak yang dapat mengakomodasi keberagaman tumbuh kembang anak, Â PAUD Salma UPT SPNF SKB Kota Yogyakarta bersinergi dengan Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa untuk menyelenggarakan program parenting yang berjudul Peran Orang Tua dalam Menciptakan Sekolah Ramah Anak. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 6 September 2022 Â dari pukul 09.00 sampai 11.00 WIB secara tatap muka dengan 20 orang tua/wali di salah satu gedung SKB Kota Yogayakarta.Â
Materi yang disampaikan oleh Muhaimi Mughni Prayogo, M.Pd. atau sering disapa dengan Bu Ami Prayogo pada dasarnya  menggali pemahaman awal orang tua/wali  terkait sekolah ramah anak dan berbagai keberagaman yang ada di dalamnya. Setelah itu, orang tua diajar berbagi pendapat dan tanya jawab tentang peran orang tua yang suportif terhadap keberagaman potensi anak.Â
Bu Ami menjelaskan bahwa orang tua sangat penting perananannya di Sekolah Ramah Anak. Berdasarkan panduan yang telah diterbitkan oleh KPPA (2015), terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendukung terciptanya Sekolah Ramah Anak.Â
Diantaranya ialah  orang tua menyekolahkan anak dengan sekolah terdekat tempat tinggal atau tempat bekerja orang tua, menyediakan waktu rutin untuk mendengarkan atau menanggapi curahan hati anak, meberikan dukungan materi non materi untuk tumbuh kembang anak, turut serta mengawasi keamanan-keselamatan-kenyamanan peserta didik di sekolah, proaktif terhadap berbagai program sekolah dan komunikasi yang intens dengan guru.Â
Secara khusus, jika terdapat orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sekolah, orang tua perlu bersikap terbuka pada oihak sekolah dengan memberikan informasi apa adanya terkait kondisi anak di rumah.Â
Selain itu, orang tua juga perlu bersikap komunikatif terhadap pihak sekolah terkait berbagai keperluan program belajar yang inklusif.Â
Orang tua juga perlu membuka diri untuk bergabung dalam kegiatan gathering, parenting, sosialisasi, dan sebagainya yang diselenggarakan di sekolah.Â