Mohon tunggu...
Ami Prayogo
Ami Prayogo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan Pendidikan Khusus, Penulis

Pegiat sosial yang suka sharing. Konsultan pendidikan luar biasa / pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Bekerja menjadi pendidik di salah satu universitas swasta di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Terkoneksi Kembali Pasca Pandemi dengan Permainan Tradisional untuk Anak

27 Oktober 2022   06:01 Diperbarui: 27 Oktober 2022   08:08 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar dari rumah dan pembatasan aktivitas sosial di lingkungan karena Covid-19 di Indonesia membuat anak-anak mengalami "isolasi" sosial.   Selama dua tahun masa hiruk-pikuk kasus Covid-19 di Indonesia memaksa anak-anak untuk lebih dekat dengan perangkat teknologi, tapi justru jauh dengan teman sebaya. 

Sebagai dampaknya, tidak jarang ditemukan kasus-kasus interaksi sosial yang dialami oleh anak-anak. Padahal, melalui interaksi sosial anak dapat belajar untuk mengembangkan pribadi dan nilai-nilai di masyarakat. 

Secara khusus yang dapat penulis amati, dampak pembatasan aktivitas karena  Covid-19 itu nampak pada anak-anak usia sekolah dasar di  lingkungan RT 01 Dusun Brengosan Sleman Yogyakarta. 

Anak-anak di dusun tersebut cenderung pasif dalam berinteraksi ketika mengikuti kegiatan pendampingan literasi oleh  tim dosen PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. 

Mereka tidak langsung berkomunikasi dengan sesama peserta kegiatan literasi. Masing-masing anak duduk di dekat orang tua mereka. Tampak malu-malu dan berbisik pada orang tua mereka  jika menginginkan sesuatu. Terdapat beberapa anak yang bermain gadget dan tidak memperhatikan ketika diajak berkomunikasi. 

Bahkan orang tua mereka juga mengeluhkan anaknya sulit  melakukan kegiatan lain ketika sudah asik dengan gadget. Terdapat juga anak yang hanya mau bergaul dengan anak tertentu saja. Anak-anak tersebut harus diberi instruksi terlebih dahulu untuk berkegiatan dalam kelompok. Dalam kegiatan berkelompok, hanya sebagian kecil anak yang terlihat memiliki inisiatif untuk memulai komunikasi dengan teman satu tim. 

Sementara anak-anak yang lain lebih pasif seperti tidak berbicara jika tidak didahului dan berbicara dengan suara pelan ketika diberi pertanyaan oleh tim pendaming kegiatan. Kondisi ini tentu saja membuat orang tua resah. 

Sayangnya tidak banyak orang tua yang mudah mengatasi masalah interaksi sosial tersebut karena kurangnya pehamanan mereka. Maklum saja, kebanyakan warga di kampung tersebut ialah pekerja dan latar belakang pendidikannya pun mayoritas hanya sebatas pendidikan menengah. 

Merasa prihatin dan dekat dengan lingkungan tersebut, tim dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) yang terdiri dari Muhami Mughni Prayogo, Dwi Susanto, Eka Ridha Nofrida, beserta beberapa mahasiswanya melakukan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk membantu orang tua dalam meningkatkan keterampilan sosial anak-anak usia sekolah dasar di sana. 

Kegiatan yang dipilih ialah mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional gobag sodor dan engklek. Ternyata anak-anak di dusun itu pun sudah jarang sekali memainkan kedua permainan tradisional tersebut. 

Secara fisik, permaian tradisional sudah tentu baik bagi perkembangan motorik anak. Anak harus menggerakkan anggota tubuh mereka dalam bermain sehingga koordinasi tubuh mereka terstimulasi. Hal yang lebih menarik adalah permainan tradisional ini harus dimainkan secara bersama-sama sehingga interaksi sosial  anak juga terlatih. 

Sementara itu, memainkan permainan tradisional bersama dengan teman sebaya dapat membantu anak untuk mengekspresikan dan mengelola emosi emosi. Anak dapat merasakan berbagai emosi ketika bermain seperti merasa senang dan bersemangat  ketika menang, bersenda gurau dengan teman, atau ketika melihat tingkah polah teman yang lucu. Anak juga dapat merasakan emosi lainnya seperti sedih, takut, gugup, kecewa, atau bahkan marah ketika permainan tidak sesuai dengan harapan. 

Gobag sodor adalah permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok atau grup yang terdiri dari 3-5 orang. Aturan mainnya ialah menghadang lawan main agar tidak dapat melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik. 

Manfaat dari bermain gobak sodor diungkap dalam beberapa penelitian bahwa permainan gobag sodor dapat memunculkan karakter jujur, kerja sama, tanggung jawab, kepemimpinan, toleransi, bersahabat/komunikatif, dan sportif.  

Sementara itu, permainan engklek merupakan permainan tradisional yang dilakukan dengan melemparkan gacuk (terbuat dari potongan keramik atau pecahan genting) pada tanah yang sudah digambar petak-petak membentuk suatu pola. 

Anak harus melompat dengan cara melompati petak yang ada gacuknya dan lombat ke petak selanjutnya untuk mengelilingi setiap kotak tanpa menginjak garis. Permainan engklek sendiri memiliki baik untuk mengajarkan anak tentang urutan, sikap sabar, toleransi, problem solving, dan keseimbangan tubuh. 

Pelaksanaan kegiatan bermain permainan tradisional gobag sodor dan engklek ini dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2022 pukul 14.00 sampai 16.00 WIB di Joglo Emge yang terletak di Dusun Brengosan Donoharjo Ngaglik Sleman. 

Kegiatan yang diikuti oleh 15 oranag anak berusia sekolah dasar ini berlangsung meriah. Kegiatan dilangsungkan dengan tahapan persiapan, pelaksanaan, dan penutupan. 

Anak-anak pelakukan pemanasan sebelum bermain/dok pribadi
Anak-anak pelakukan pemanasan sebelum bermain/dok pribadi
Pada tahap persiapan, tim pengabdian masyarakat UST mengajak anak-anak melakukan pemanasan.  Setelah itu, anak-anak memilih permaianan yang ingin mereka ikuti. 10 anak yang duduk di kelas 3-5 SD membentuk dua tim untuk memainkan gobag sodor. Sementara 5 anak lainnya yang rata-rata duduk di kelas 2-3 memilih untuk bermain engklek. 

Permainan berlangsung selama kurang lebih 75 menit dengan jeda 10 menit. Setelah bermain, tim yang kalah dalam permainan gobag sodor menggendong tim yang menang. Hal ini menjadikan anak-anak merasa senang. 

Setelah bermain, kegiatan diakhiri dengan membagikan bingkisan dan kesan pesan terhadap kegiatan. Beberapa anak ditanyai pendapat mereka tentang permainan tradisional yang telah dimainkan. 

Menurut seorang anak perempuan yang memainkan engklek, bermain engklek tidak susah dan menyenangkan. bermain engklek juga harus dimainkan bersama dengan teman supaya lebih asyik. 

Manfaat yang diperoleh dari permainan gobag sodor dan engklek yang telah dimainkan ini diantaranya  ialah anak-anak usia SD di Dusun Brengosan dapat lebih akrab dan kompak dengan teman-temannya. Hal ini terlihat dari pengamatan saat permainan gobag sodor, satu tim berkumpul untuk membuat strategi bermain untuk dapat menang. 

Anak -anak belajar untuk bekerja sama. mereka yang bermain gobag sodor menunjukkan sikap mendukung bagi temannya. Hal ini nampak dari 2 orang anak yang mengingatkan teman satu tim untuk bermain semampunya, tidak usah dipaksa.  Dengan bermain gobag sodor anak belajar untuk mengatur strategi agar dapat menang.  Sedangkan anak-anak yang bermain engklek belajar tentang urutan bermain.

Anak-anak dapat membaur dengan semua teman setelah permainan selesai. Mereka  mengekspresikan diri melalui teriakan, gerakan, argumen saat bermain bersama. 

Selain itu, kegiatan main bersama yang difasilitasi oleh tim dosen dan mahasiswa UST ini juga mengurangi kelekatan anak pada gadget yang terlihat dari perilaku anak yang membawa smartphone ke lokasi permainan yang akhirnya tidak lagi bermain smartphone. Bahkan ketika peserta pulang, smartphone anak tersebut tertinggal di lokasi.  

Anak-anak juga dapat mengenal kembali permainan tradisional yang dewasa ini jarang dimainkan oleh anak-anak seumuran. 

Dok pribadi
Dok pribadi

Memainkan permainan tradisional memang memiliki banyak manfaat bagi anak, khususnya untuk perkembangan emosi dan sosial anak. Permainan tradisional  dewasa ini perlu dikenalkan kembali pada generasi muda agar mereka tetap mengenal budayanya sehingga tumbuh rasa cinta tanah air. Akhir kata, permainan tradisional apakah yang sudah anda kenalkan pada anak anda?  

Bagaimana kegiatan pengabdian permainan tradisional untuk keterampilan sosial ini selengkapnya dapat dilihat dalam video berikut.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun