Mohon tunggu...
emi el zuhry
emi el zuhry Mohon Tunggu... mahasiswa -

seorang yang masih belum bisa dan punya keinginan untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malaikat Kecilku & Gerry Pasta

2 Januari 2011   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:02 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fitri. Begitu aku memanggilnya. Kedekatanku dengannya berawal dari ketika aku merasa seorang diri dan kesepian. Masak iya aku penghuni tunggal di sini. Dari empat kamar yang ada akulah satu-satunya. Awalnya memang enak. Bisa menguasai semuanya yang ada di rumah ini, empat kamar tidur, dua kamar mandi, satu TV, setrika, radio, dll. Semuanya untuk sementara jadi milikku.

Tapi namanya manusia, tidak mungkin cukup hanya berteman dengan benda-benda mati. meskipun ada laptop dan modem yang setia menemaniku di kamar, tetap saja, keberadaan manusia amat sangat berarti. Hingga kemudian, aku mulai merasa jenuh, lama tak berkomunikasi dengan manusia membuatku bosan.

Untung aku bawa laptop dan modem. Paling gak aku bisa buka fb dan ngomentari status temen-temen. Atau paling tidak ada teman yang sedang online dan bisa chattingan. Paling tidak juga bisa buka kompas, republika, dan detik, sejenak melihat bagaimana kabar Indonesia hari ini. ‘Paling tidak’ itu membuatku bersyukur  saat ini.

Seperti biasa, pagi-pagi aku sudah asyik dengan laptopku. Membuka beberapa situs favoritku, ngobrol dengan teman-teman, termasuk ngomentari beberapa tulisan. Aku heran, hampir tiap detik ada saja status baru. sampai-sampai ada beberapa orang selalu update status tiap jamnya. Asyik kubaca-baca status, tiba-tiba...

“Mbak….” Seorang bocah cilik muncul dari luar. kepalanya menyumbul dari pintu kamar.

Sayang, waktunya kurang tepat. Aku lagi asyik baca dan gak suka diganggu. Tapi aku gak tega menyambut wajah mungil itu dengan tatapan sendu. Ya… meskipun sebenarnya lagi gak mood, aku berusaha untuk tersenyum lepas.

“Fitri… sini.” ucapku sambil menjulurkan kedua tanganku merengkuh tubuh mungil itu. Kutaruh dia di pangkuanku, kukecup pipinya. Dan, tiba-tiba mengalir hawa sejuk di benakku, rasa penatku pun berkurang. Ah, ada untungnya kamu datang, fit, batinku.

Aku tolah-toleh ke sudut ruangan. mencari apa yang bisa kuberikan pada gadis cilik ini. Itu dia, masih tersisa satu buah mangga dari rumah. Kuambil mangga itu, lalu kukupas dan kuiris sepotong buat fitri. ia mengambilnya. mulut kecilnya membuka, giginya menggigit secuil, lalu meringis, “cut.” lucu sekali. Satu kebahagiann menyelip di jiwaku. terima kasih Ya Rob. Atas malaikat kecil yang sekarang bersamaku.

Sejak hari itu aku senang ajak fitri jalan-jalan, sekadar ke lapangan dan melihat pemandangan sawah. Kebahagiaan yang begitu sederhana, bisa kudapat dimanapun dan kapanpun. terima kasih Ya Rob. Dan sosok fitri adalah salah satu kebahagiaan yang patut kusyukuri.

***

Hingga suatu hari datanglah seorang perempuan. Dari penampilan dan gaya bicara elo gue-nya, jelas dia orang Jakarta. ada firasat kurang enak, tapi aku tak bisa menjelaskan. batinku cuma bilang, “mudah-mudahan aku bisa berdampingan dengannya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun