Cinta adalah cakrawala yang di dalamnya terdapat banyak dimensi, ruang, gelombang, pengalaman---yang di dalam kehidupan manusia diarungi bersama waktu. Pada ruang kehidupan manusia, waktu mengajak kita mengembara untuk berkenalan cinta untuk saling tahu, paham dan mengerti maksud, makna dan sejatinya.
Pada saat kita masih kanak-kanak cinta kita ekspresikan kepada sesuatu yang baru kita temuia di setiap waktu. Anak kecil suka sekali kepada sesuatu yang baru.Â
Mainan baru yang didapatkannya dari orang tua selalu menjadi bentuk kegembiraannya, sehingga selalu diceritakannya kepada teman seusianya sebab kegembiraan yang dialaminya.
Pada saat remaja cinta mulai meluas ketika kita mulai berkenalan kepada lawan jenis.Â
Laki-laki bertemu perempuan, perempuan bertemu laki-laki. Pada momen ini rasa remaja mulai tumbuh rasa senang jika bertemu pada perempuan yang menurut definisi pemahamannya sesuai dan pantas untuk dicintainya. Ekspresi cintanya kepingin selalu bertemu, bersama dan saling memberi.
Bagi remaja yang mengalami masa percintaan seperti ini bisa menjadikan proses belajar dan hidupnya menjadi lecutan semangat menuju kesuksesan, atau bisa menjadi boomerang yang akan menghancurkan proses menuju tangga kesuksesan, sekolahnya akan putus di tengah jalan.Â
Yang pasti cinta selalu menghadiahkan kegembiraan---yang bersamaan dengan itu ditemani oleh kekecewaan dan kebencian bagi yang sudah tak menemui keutuhan cinta dari pasangan.
Pada saat dewasa ini manusia baru bisa terbuka pemahaman dan pengertian cintanya, bahwa cinta itu bukan soal hal yang baru ditemui ketika masih kecil, bukan soal rasa memiliki dan saling memberi.Â
Cinta pada usia dewasa menyuguhkan kedewasaan untuk tidak lebay pada ekspresi cinta merasa saling memiliki, sebab pada usia dewasa hanya membutuhkan cinta yang serius, komitmen bersama tanpa mengekang, kepercayaan tanpa ada rasa curiga dan kebebasan tanpa ada batasan ego. Sebab cintanya mulai tumbuh utuh.
Baru pada usia tua manusia mulai mendalami bahwa cinta itu juga soal kesabaran, keikhlasan untuk setia menjalani hidup sebagai bentuk syukur kita kepada anugerah Allah.Â
Cinta usia tua menyuguhkan rasa tidak tega hati untuk tidak menolong orang yang lagi kesusahan di setiap yang ditemuinya. Cinta orang tua lebih mengutamakan kesuksesan dan karier hidup orang lain, walaupun diongkosi jerih payahnya sendiri demi menjaga nilai kemaslahatan bersama. Cinta orang tua itu bersedia lapar demi anak-anaknya supaya kenyang.Â
Cinta orang tua tak menumpuk harta untuk simpanan keluarga, cinta orang dewasa mengalirkan harta pemberian Tuhan untuk dialirkan kepada setiap manusia yang membutuhkan.Â
Cinta orang tua itu bersikap peduli kepada orang kecil dan busung dada kepada penguasa yang semena-mena.
Cinta orang tua itu memilih jalan sunyi untuk menyatakan cintanya melalui laku kesetiaan, kesabaran, dan totalitas hidupnya untuk sebisa mungkin saling mengamankan dan menyelamatkan sesama manusia dan seluruh alam---meskipun tak pernah dipersaksikan oleh satu manusia pun.
Cinta orang tua itu lebih utuh. Maka tak ada alasan bagi kita untuk sesekali belajar cinta kepada orang tua dan tidak ada alasan untuk tidak mencintainya.
Surabaya, 29 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H