Mohon tunggu...
Tenggang2 Lopi
Tenggang2 Lopi Mohon Tunggu... Buruh - perahu keseimbangan

lahir di desa Samaran. mungkin salah satu tanda bahwa harus berjalan dalam samar, atau samar jika sedang berjalan. entahlah. . . .

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sedih dan Merasa Kehilangan itu Ada karena Merasa Memiliki

4 Mei 2021   06:23 Diperbarui: 4 Mei 2021   08:01 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Lagu Memiliki Kehilangan-nya Letto sangat relate dari apa yang pernah saya alami. Bukan karena saya sedih karena merasa kehilangan sesuatu hal. Tapi karena saya gundah kenapa saya bisa sesedih itu.

Maka saya tarik garis ke belakang, sambil mendengarkan penjelasan Mas Sabrang sebab terciptanya lagu tersebut. Menurut Mas Sabrang lagu tersebut lahir dari kisah ketika Mas Sabrang diberi HP oleh Mbah Nun, sewaktu SMA. Mas Sabrang mengaku senang karena tidak biasanya Mas Sabrang mendapatkan suatu hal dari Mbah Nun dengan mudahnya tanpa melewati perdebatan yang cukup serius.

Pada kondisi senang itu ternyata setelah seminggu berjalan HP pemberian Mbah Nun itu ketinggalan di tempat ATM. Waktu itu Mas Sabrang merasa sedih dan takut dimarahi Mbah Nun. Di sepanjang kesedihannya itu Mas Sabrang merenungi kenapa dirinya kok sedih ya. Lha wong dari kecil sampai SMA tidak pernah pegang HP, dan baru seminggu pegang HP lantas hilang beliau merasa sedih.

Mas Sabrang merasa malu jika terus larut dalam kesedihan dan harus menemukan alasan dan jalan keluarnya.

Ternyata sedih itu menurut Mas Sabrang bukan karena kita kehilangan, tapi karena hati kita berpindah dari yang semula punya menjadi tidak punya. Dari yang semula memiliki suatu hal menjadi tidak memilikinya.

Maka dalam lirik lagu itu Mas Sabrang berpesan bahwa rasa kehilangan akan ada jika kita merasa memilikinya. 

Lirik lagu beserta penjelasan Mas Sabrang ini ngena banget pada kondisi saya. Kejadiannya sama persis dengan Mas Sabrang yang waktu itu sedang sedih dan merenungi kesedihannya. Maka berdasar cerita pengalaman Mas Sabrang itu saya mencoba menarik garis kepada diri saya sendiri.

Kenapa saya kok bisa sedih dan takut kehilangan banget?

Apakah karena saya memang terlalu gede rumongso terhadap suatu hal yang semestinya bersikap biasa-biasa saja.

Misalnya ketika saya berposisi jomblo, ketika dekat dengan salah satu cewek banyangan dan rumongso saya selalu saya bawa melayang sampai angan-angan yang tinggi, menabrak bayangan masa depan yang hitam pekat.

Hal itu ada baiknya sebagai motivasi dalam menjalani hidup. Tapi buruknya ketika kita tidak bisa menakar rumongso kita bisa jadi kita malah halu, baper dan bisa sangat sedih ketika apa yang kita bayangkan tidak sesuai faktanya.

Misalnya ceweknya hanya menganggap kita sebagai teman sebagaimana bersikap dan menganggap teman-temannya yang lain.

Mungkin harapan saya itu berasal dari yang semula jarang atau bahkan tidak pernah dekat dengan cewek, nah ketika tiba-tiba dekat dengan cewek posisi hati sudah berpindah. Dari yang semula biasa-biasa saja perasaannya bergeser kepada inginnya meluapkan semua hasrat yang selama ini terpendam ke ceweknya itu. Lebay banget ya.

Biasalah jomblo itu kan sama halnya dengan anak yang baru masuk sekolah. Perlu pengenalan lingkungan, teman, suasana dan pengalaman baru. Memang anak baru kelihatannya kayak anak goblok yang tidak punya otak. Disuruh apa aja nurut demi mendapatkan pengalaman banyak di kelas oleh temannya.

Si anak baru ini selamat jika mendapat teman yang baik dan mengarahkan, tapi anak ini menjadi masuk "jurang" jika mendapat teman yang nakal dan menjalani kehidupan “liar” di luar rumah.

Sama halnya dengan jomblo. Jomblo itu seperti anak baru yang nasibnya ke depan tergantung mendapat pasangan seperti apa. Mendapat pasangan yang baik bisa terarah. Mendapat pasangan yang buruk bisa toxic. Atau malah bisa saja tahan banting karena pernah sakit.

Sebab bangunnya orang pernah jatuh itu akan lebih waspada karena pernah merasa sakit. Beda dengan bangunnya orang tidur yang bisa saja langsung berdiri dan melakukan aktivitas sesuatu meskipun dirinya belum sadar akan melakukan apa untuk dirinya.

Surabaya, 4 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun