KALAU anda ingin mengetahui wajah pendidikan di Indonesia, lihatlah wajah menterinya Prof.Dr.Muh Nuh, sang lokomitif pendidikan di Indonesia.
Tampak kelelahan, suntuk dan sinarnya mulai berkurang. Bahkan 7 tahun tidak tatap muka---maklum beliau menteri super sibuk---sedangkan saya hanyalah orang kecil yang ada di pinggiran dunia pendidikan---beberapa waktu lalu saya bertemu dalam sebuah acara, tampak kesuntukan Pak Nuh makin menjadi jadi.
Senyum khas pak Nuh, nada ceria, sapaan hangat kepada banyak orang, bahkan pandangan matanya, seperti bukan M.Nuh yang saya kenal dulu. Kalau dulu pak Nuh adalah cendekiawan yang cerdas, ulama yang disegani, tutur katanya yang lembut dan sikapnya yang tegas. Muh Nuh sekarang adalah orang yang lelah.
Tampaknya, posisinya sebagai Menteri yang harus melindungi anak buahnya, bahkan melindungi atasannya (Presiden SBY), membuat kelelahan menumpuk. Puncak kelehan seseorang akan menjadikan orang tidak jernih dalam berpikir dan bertindak. Kalaupun tidak, kelelahan bisa membuat orang kurang peka, kurang tahu mana hal penting dan mendesak, mana hal yang bisa ditunda.
Dunia pendidikan Indonesia juga tampak lelah, suntuk, tidak bersinar.
Perubahan kurikulum 2013 yang hiruk pikuk dengan memeras uang rakyat lewat APBN triluyan rupiah, juga tidak mendapat sambutan hangat dan gembira warga belajar di negeri ini. Ribuan guru yang saya temui di Jambi justru merasa ini dekade baru copy paste dari system CBSA yang 20 tahun yang lalu sudah diterapkan, meskipun dengan sejumlah modifikasi dan istilah ilmiah dan teori yang menyertainya.
Ratusan guru yang mengikuti training kurikulum 2013 di Kalimantan malah mengaku kelelahan sebelum melakukan. Wajah guru guru tidak bersinar menyambut kehadiran kurikulum ini. Padahal secara konsep, saya sudah pelajari, inilah jawaban atas kebutuhan masyarakat modern Indonesia di masa depan.
Namun karena 30 tahun guru Indonesia sudah “dicuci otaknya” oleh kewajiban mengajar dengan setumpuk mata pelajaran yang kemudian menjadikan guru-guru adalah robot bagi kurikulum, begitu mereka diwajibkan kreatif dan inovatif, rasanya itu sesuatu yang tidak mudah diubah..
Dalam bahasa kami di Training MEP, selama ini guru lebih dominan berbicara KEPADA murid dibanding berbicara DENGAN murid, tiba-tiba harus diubah mendadak lewat kurikukulum 2013 murid harus aktif, dan guru menjadi “pemandu” bagi kreativitas murid, adalah sesuatu yang tidak mudah. Mungkin di kota kota besar di Indonesia bisa dilakukan dalam waktu cepat, namun untuk guru di daerah daerah itu “sesuatu” yang membutuhkan waktu lama.
Perubahan mindset tidak mungkin dilakukan secara masal sebagaimana gerakan pelatihan jutaan guru dalam waktu bersamaan. Sementara yang melatih adalah orang yang baru dilatih. Itu sesuatu yang tidak logis dan anti hukum alam. Proses yang tampak dipaksakan, demi kewibawaan pemerintah dapat mengaplikasikan dalam waktu cepat kurikulum tersebut.
Jadi, kalau mau mencerahkan dunia pendidikan, membuat bersinar kembali, saatnya kita semua yang terlibat di dunia pendidikan untuk “berwudlu”, yakni mensucikan diri dari kemungkinan “kekotaran” kepentingan politik, kepentingan rezim sebuah pemerintahan.
Apalagi kemungkinan besarnya pemerintah 2014 ganti penguasanya, maka Mendikbud Muh Nuh, juga akan diganti. Kalau penggantinya tidak sepaham dengan apa yang sudah dirintis pak Nuh, kita tinggal tunggu. Apakah dunia pendidikan Indonesia makin suram, atau justru bersinar.
Catatan Yusron Aminulloh untuk majalah Prestasi Jatim
Penulis Master Training Menebar Energi Positif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H