Tak kuat menerima cobaa. Terkadang masalah yang kecil saja kita tak mampu mengatasinya. Membuat kita pusing tujuh keliling. Apalagi masalah besar.
Kita lebih banyak bersantai. Hidup ya hidup, santai tetap jalan. Hidup ini kita anggap tempat bersantai. Malah, setelah menikah pun, kita masih bersantai.
Ironisnya, sudah santai pelit pula. Jangan kan mau berinfak ke masjid, menolong orang yang membutuhkan pertolongan saja kita tak mau.
Kita timbun harta sebanyak-banyaknya. Tidak peduli banyak saudara-saudara kita di sana yang menangis karena kelaparan. Hidup susah dan dihimpit kemelaratan.
Di banyak tempat mereka selalu berharap ada ketukan kasih sayang dan peduli dengan sesama agar tetap optimis melanjutkan hidup di hari esok.
Sifat dermawan tidak kita miliki. Kita lebih memilih kikir. Kita menganggap dermawan itu menguntungkan orang lain, kita tidak. Kita menganggap kedermawanan itu hanya menghambur-hamburkan uang dan harta.
Lebih menyakitkan lagi, kita anggap mereka sebagai biang kejorokan dan kekumuhan. Bikin onar dan terjadinya tindak kejahatan.
Mari, mulai detik ini kta bertekad untuk meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW, seperti pekerja keras, jujur, memuliakan perempuan, menyayangi anak, orangtua dan mereka yang lebih tua serta dengan suka rela mau membantu sesama.
Semoga kita menjadi umatnya yang tetap berada di jalan lurus dan diridhai-Nya.
Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H