Kepada orang tua dan orang yang lebih tua beliau sangat hormat. Diperlakukan secara secara baik dan benar. Tak pernah beliau berkata kasar dan menyakitkan. Apalagi sampai menghardik dan mengusir mereka.
Tidak berbanding lurus seperti sekarang ini. Banyak dari kita tidak lagi menghormati orangtua. Terhadap orang yang lebih tua apalagi. Kita anggap mereka sudah ada pada dunia dan  dimensi lain.
Yang lebih menyedihkan lagi banyak dari kita yang belum memiliki sifat jujur. Kejujuran adalah sesuatu yang langka.
Salah satu contohnya adalah berdagang. Kita masih banyak menemukan pedagang yang tidak jujur. Barang bekas dikatakan bagus. Bahkan kita menjualnya dengan harga yang tinggi.
Belum lagi 'perang' antar pedagang. Pedagang besar 'menghantam' pedagang kecil. Akibatnya banyak dari pedagang kecil gulung tikar.
Kejujuran hanya sebatas di mulut saja. Tidak lebih. Di mana-mana kita mengaku jujur seperti halnya Rasulullah SAW yang memiliki sifat jujur.
Kita katakan salah satu kunci sukses beliau berdagang adalah jujur.
Kenyataannya kita sendiri masih jauh dari jujur. Di berbagai kesempatan, jika ada peluang untuk tidak jujur, kita sering melakukannya dan menjadi hobi dan gaya hidup tersendiri.
Rasulullah SAW dikenal sebagai pekerja keras. Semasa muda beliau sudah terbiasa menggembalakan kambing dan itu dilakukan dengan penuh rasa ikhlas.
Sementara kita, sampai detik ini, lebih banyak 'bermalas-malasan' dan berkeluh kesah. Saling salah menyalahkan dan ujung-ujungnya berantem dan bikin gaduh.
Kita tak punya mental baja. Ulet dan mandiri. Yang kita punya justru mental tempe dan serba ketergantungan.