Mohon tunggu...
Aminuddin
Aminuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis purna
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama : Aminuddin TTL : Plaju, 30 Desembe 1961 Pendidikan : S1 UIN Raden Fatah Palembang GO-PAY: +6289506920230

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bertekad Harus Ada Perubahan

13 April 2022   12:21 Diperbarui: 13 April 2022   12:38 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peradaban yang timpang. Foto: Portonews.com

Kepada orang tua dan orang yang lebih tua beliau sangat hormat. Diperlakukan secara secara baik dan benar. Tak pernah beliau berkata kasar dan menyakitkan. Apalagi sampai menghardik dan mengusir mereka.

Tidak berbanding lurus seperti sekarang ini. Banyak dari kita tidak lagi menghormati orangtua. Terhadap orang yang lebih tua apalagi. Kita anggap mereka sudah ada pada dunia dan  dimensi lain.

Yang lebih menyedihkan lagi banyak dari kita yang belum memiliki sifat jujur. Kejujuran adalah sesuatu yang langka.

Salah satu contohnya adalah berdagang. Kita masih banyak menemukan pedagang yang tidak jujur. Barang bekas dikatakan bagus. Bahkan kita menjualnya dengan harga yang tinggi.

Belum lagi 'perang' antar pedagang. Pedagang besar 'menghantam' pedagang kecil. Akibatnya banyak dari pedagang kecil gulung tikar.

Kejujuran hanya sebatas di mulut saja. Tidak lebih. Di mana-mana kita mengaku jujur seperti halnya Rasulullah SAW yang memiliki sifat jujur.

Kita katakan salah satu kunci sukses beliau berdagang adalah jujur.

Kenyataannya kita sendiri masih jauh dari jujur. Di berbagai kesempatan, jika ada peluang untuk tidak jujur, kita sering melakukannya dan menjadi hobi dan gaya hidup tersendiri.

Rasulullah SAW dikenal sebagai pekerja keras. Semasa muda beliau sudah terbiasa menggembalakan kambing dan itu dilakukan dengan penuh rasa ikhlas.

Sementara kita, sampai detik ini, lebih banyak 'bermalas-malasan' dan berkeluh kesah. Saling salah menyalahkan dan ujung-ujungnya berantem dan bikin gaduh.

Kita tak punya mental baja. Ulet dan mandiri. Yang kita punya justru mental tempe dan serba ketergantungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun