Mohon tunggu...
Aminuddin
Aminuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis purna
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama : Aminuddin TTL : Plaju, 30 Desembe 1961 Pendidikan : S1 UIN Raden Fatah Palembang GO-PAY: +6289506920230

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pesawat Terakhir (1): Menunggu...

4 Maret 2022   13:18 Diperbarui: 4 Maret 2022   13:26 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesawat Terakhir (1) Menunggu... 

Oleh aminuddin

MR Andi duduk sambil memainkan handphone nya di ruang tunggu bandara. 

Dia tengah menunggu kedatangan sang kekasih hati, Yulia dari luar negeri. 

Dia sendirian menunggu pesawat terakhir yang direncanakan tiba dan mendarat pu kul sebelas malam hari ini. 

Dia berharap Yulia ada di pesawat terakhir. 

Meski tak memastikan akan tiba malam ini, beberapa kali di telepon Mr Andi, tak ada jawaban dan balasan. 

Ternyata dugaan Mr Andi benar. Dia ke cewa juga sih pada awalnya. Tapi tak seberapa kecewa. 

Sampai semua penumpang turun, wajah sang kekasih hati tak juga tampak. 

Sambil tersenyum sendiri, dia bergegas menuju mobilnya yang di parkir di pelataran bandara. 

Sejenak dia menelepon koleganya, Tina di kediamannya. Menanyakan kabar karena hampir seminggu terakhir tak bersama-sama lagi menjalankan tugas keseharian. 

"Hati-hati Di," pesan Tina sebelum menutup telepon rumahnya. 

Mr Andi kemudian memasuki mobil. Tak seberapa lama, mobil melaju lambat menuju pintu keluar bandara. 

Berjarak 20 meter dari pintu gerbang bandara, sebuah mobil mengikuti dari belakang. 

Semula tak begitu dekat. Tapi lama kela maan mendekat dan memepet terus mobil yang dikemudikan Mr Andi. 

Saat memasuki jalan yang mulai sepi, terdengar letusan senjata api. 

Dooor... dooor... dooor

Pecah kaca mobil belakang. Peluru mele set. Melenceng dari sasaran. 

Mr Andi menzig-zug mobilnya. Melesat sangat cepat. Kejar- kejaran pun tak terelakkan. 

Ketika salah seorang yang ada di dalam mobil itu kembali melepaskan tembakan, Mr Andi membanting setir ke kanan. 

Lalu? 

Terdengar benturan lumayan keras. Mobil penguntit masuk parit. 

Mr Andi menoleh sejenak ke belakang. Tak mau ambil resiko, dia ogah turun, lebih memilih memacu mobilnya agar aman dari kejaran. 

Tak jauh dari SPBU dia menepikan mobilnya. 

Ada apa ya? 

Mr Andi menelepon kembali koleganya. Yulia yang baru saja akan 'bobok' dengan malas mengangkat telepon yang masuk itu. 

Wajahnya berubah tegang ketika yang menelepon justru Mr Andi dan menceritakan secara singkat kejadian yang baru dialaminya. 

"Kamu sendiri sekarang dimana Di? " Tanya Tina, sambil membetulkan letak kancing baju tidurnya.

"Dekat SPBU. "

"Oke. Sekarang apa yang aku bisa bantu buatmu say..?"

Hik hik hik hik.. 

Keceplosan ngomong say.. Sayang maksudnya. 

"Pastikan rumahmu aman, oke? "

"Oke. Kamu takut ya, aku kenapa-kenapa?"

"Enggak."

"Lah tadi bilang ke aku barusan. 'Pastikan rumahmu aman-aman saja'. Betul kan? "

"Betul sekali. Maksudnya, mana tahu mereka menyasar ke rumah kamu. Gitu dong say .. "

Hik hik hik hik.. 

Keceplosan pula ngomong say... sayaaang. 

Hik hik hik hik... 

Giliran Tina ketawa. Lucu bercampur geli. 

"Draw ya Di."

Mr Andi tak menjawab. Dia tutup telepon selulernya. Lalu menyalakan mesin mobil nya setelah mobil penguntit tadi melintas dekat mobilnya. 

Sempat mengisi bensin di SPBU sebentar. Sebelum melaju cepat entah menuju kemana. 

Riiiiing. Riiiiing. Riiiiing... 

"Gue balas lu. Tadi telepon langsung dimatiin. Sekarang telepon lagi. Iccch amit-amit.. "

Tina membalikkan badannya miring ke kanan. Menutup wajahnya dengan selimut. 

Berharap tak ada lagi telepon yang masuk sehingga dia bisa tidur dengan pulas malam ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun