Mohon tunggu...
Aminuddin
Aminuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis purna
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama : Aminuddin TTL : Plaju, 30 Desembe 1961 Pendidikan : S1 UIN Raden Fatah Palembang GO-PAY: +6289506920230

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tiga Sekawan (10): Andai Kupunya Sayap

25 Februari 2022   10:09 Diperbarui: 25 Februari 2022   10:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel Serial Tiga Sekawan

Tiga Sekawan (10) :  Andai Kupunya Sayap

Oleh aminuddin 

Burung terbang. Foto: riau punya. com

AKHIRNYA ketemuan juga. 

Siapa? 

Syamsir dan Bu Guru Lina. Keduanya bertemu di bawah pohon nangka yang lebar buatnya. 

Pertemuan itu terjadi berkat andil Tiga Sekawan. 

Mulanya sih Syamsir menolak. Alasannya, dia tak pernah melakukan ini sebelumnya. 

Kalau pun pernah, hanya sebatas teman, teman pria tentunya. 

Bukan wanita. 

"Tetapi Kak Syamsir harus mencobanya, " kata Baijuri. 

"Iya Kak. Kalau tidak sekarang kapan lagi. Kalau kakak tak mau Bu Guru bisa pergi," canda Komar. 

"Maksudnya Kak, Bu Guru kami diambil orang, " kata Saleh. 

Mereka pun tertawa. 

Lepas ketawanya, kecuali Syamsir, terkesan dipaksakan. Ketawa iya, tapi merah padam mukanya. 

Ketawa tak enak. 

"Baiklah. Kak Syamsir bersedia. "

Bergegas masuk rumah. Bertukar pakaian. Jika tadinya mengenakan kaos oblong dan kain sarung kotak-kotak, sekarang tampil beda. 

Kemeja putih lengan panjang dan celana hitam. Sepatunya juga berwarna hitam me ngkilat. Sejak di beli setahun lalu belum pernah dipakai. 

Heeeeemh... Wangi nian. Pakai minyak wangi. Saking wanginya bikin terheran-heran Tiga Sekawan. 

Mereka pun berbagi tugas. Saleh menemani Syamsir menuju lokasi pertemuan sementara Komar dan Baijuri ke kediaman Bu Guru Lina. 

Selama dalam perjalanan, hanya dengan berjalan kaki, Syamsir min ta saran dan pendapat dari Saleh. 

Salah satunya mengenai penampi lannya saat ini. 

"Menurut Saleh, Kak Syamsir cakep, " kata Saleh, sempat ragu-ragu dia mengatakannya. 

"Cakepnya dimana Leh? 

" Semuanya Kak. Terutama pakaian yang dikenakan kakak."

"Ah masa?!"

"Betul Kak. Kecuali... "

Saleh sengaja menunggu reaksi dari Syamsir. 

"Kecuali apa? " 

"Kakak pakai sarung tapi tidak pakai baju. "

Ha ha ha ha.. 

Ketawa berdua. 

Kurang dari lima belas menit kemudian... 

Yang ditunggu akhirnya tiga juga. Baijuri, Komar dan Bu Guru Lina tiba dengan selamat dan sejahtera.

Semua jadi lega. 

Kecuali Syamsir nya... 

Jadi salah tingkah setelah disapa lembut dan ramah Bu Guru Lina. 

Seluruh anggota badan, mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut seakan bergetar. 

Berkeringat dingin. 

Pengin terbang rasanya.

Sayang tak punya sayap. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun