Mohon tunggu...
Aminuddin
Aminuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis purna
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama : Aminuddin TTL : Plaju, 30 Desembe 1961 Pendidikan : S1 UIN Raden Fatah Palembang GO-PAY: +6289506920230

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rakyat yang Dirugikan

25 Februari 2022   00:21 Diperbarui: 25 Februari 2022   00:27 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang pecah. Foto : kompas. com

Konflik Rusia dan Ukraina

Rakyat yang Dirugikan

Oleh aminuddin

SETIAP orang, siapa pun dia dan apa pun statusnya, tak bakalan menginginkan terjadinya perang. 

Mengapa demikian? 

Karena perang akan menimbulkan banyak kerugian.  Banyak jatuh korban jiwa dan harta. Dan ujung-ujungnya rakyat jelata lah yang menderita. 

Mereka harus rela mengungsi, yang ironisnya belum tahu ke mana mereka harus mengingsi. 

Sementara tempat tinggal mereka dulu sangat menjanjikan. Hidup aman dan tenteram tanpa sedikit pun ada permusuhan. 

Tingkat kesejahteraan semakin hari semakin meningkat. Anak-anak bisa sekolah tinggi, gizi yang cukup dan masa depan yang cerah. 

Kini semua tinggal kenangan. Harus rela angkat kaki dan itu berarti harus memulai babak baru lagi. 

Tidak mudah memulai babak kehidupan baru di tempat yang baru. Selain harus kenal dengan areal baru yang ditempati juga tidak bisa cepat. 

Ada tenggang waktu untuk berbenah. Ini pun jika situasi di tempat baru itu aman dan jauh dari konflik dan peperangan. 

Jika tidak maka yang terjadi kemudian adalah mengungsi dari satu tempat ke tempat yang lain. 

Tidak ada lagi tempat menetap. Yang ada tempat menginap. Bisa sehari, dua atau tiga hari, paling lama sebulan. 

Belum lagi harus kehilangan anggota keluarga yang dicintai seperti anak, isteri, suami, ayah, ibu dan lain sebagainya. 

Api dendam bermunculan, sumpah serapah tak henti digaungkan. Dan yang paling ditakutkan adalah hilangnya masa depan. 

Semua orang seolah tak peduli. Mereka hanya di jadikah sebatas tontonan. Rasa kasihan yang bermunculan.

Seketika dan setelah itu hilang dengan sendirinya. 

Jadi hanya sebatas itu. 

Apa pernah kita bersimpati lebih atas mereka yang terkena korban perang? 

Tidak dan belum pernah. 

Contoh nyata adalah Yaman. Apa yang te lah dilakukan oleh negara-negara kaya atas nasib mereka. 

Berubah kah? 

Tidak. 

Tak heran jika perang hanya menambah daftar panjang penderitaan dan ajang adu senjata sekaligus memasarkannya. 

Negeri yang dilanda perang tentu akan membutuhkan senjata perlengkapan perang untuk membentengi dari serangan. 

Dan tentu saja hal ini semakin me nipiskan stok finansial yang pada akhirnya menimbulkan krisis ekonomi berkepanjangan. 

Negara hanya simbol. Hutang berserak di mana-mana. Ekonomi hancur dan rakyat makan apa coba untuk bertahan hidup. 

Yang berpesta pora adalah negara super. Senjata mereka laku dijual dan ditukar dengan darah dan nyawa.

Nyawa siapa?

Nyawa rakyat yang tidak bersalah. 

Belum lagi jika negara yang bersangkutan punya aset dan potensi terpendam. 

Mereka akan kuasai itu dengan berbagai cara. Cara yang bijak menurut mereka ada lah dengan 'berpura-pura' membantu pa dahal ada udang di balik baru. 

Kini, genderang pegang sudah ditabuh. Rakyat Ukraina mulai ketakutan. Sebagian dari mereka sudah mengungsi. 

Sebentar lagi kota-kota akan hancur. Tu buh berserakan di mana-mana. Hari-hari pun menjadi amat menakutkan. 

Sangat menyeramkan. 

Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. 

Rakyat jelata lah yang akhirnya hi dup sengsara, bukan tidak mungkin untuk selama-lamanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun