Tanpa harus terjebak dalam detail manajemen sebuah museum apalagi ragam regulasi yang harus dipenuhi, bincang-bincang tentang gagasan ekomuseum Batu Rotok mudah-mudahan menggelinding jauh ke dataran rendah, membesar sepanjang perjalanannya dan akhirnya meneguhkan nilai keberadaannya di masyarakat yang lebih ramai.
Apabila lontaran Ekomuseum Batu Rotok tidak bersambut di dataran lebih rendah, patutlah komunitas ini bertanya kembali masa depan masyarakat seperti apa yang akan dijanjikan ke generasi mendatang?
Siapa komunitas itu? Saya, anda dan kita yang membutuhkan pertautan keberadaan dari masa lalu ke hari ini potensial disebut komunitas, tetapi komunitas tanpa museum adalah komunitas yang hidup dalam kisah belaka. Desa Batu Rotok mulai melangkah untuk membuktikan bahwa mereka tidak hanya hidup dalam kisah tapi hidup dan menghidup kenyataan dan itu akan dibuktikan dengan Ekomuseum yang sedang mereka bangun.Â
Karena,
museum yang nyata adalah tempat di mana waktu berubah menjadi ruang
kata Orhan Pamuk, novelis sastra pasca modernis terkemuka asal Turki.
Semoga.
Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H