Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

NTB=Nusa Tempatnya Balap

7 Februari 2022   13:25 Diperbarui: 7 Februari 2022   17:30 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pebalap tim Pata Yamaha With Brixx WorldSBK Toprak Razgatlioglu (kiri) melaju paling depan saat balapan pertama (race 1) WSBK seri Indonesia 2021 di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (21/11/2021). Toprak Razgatlioglu berhasil menjadi juara dunia WSBK 2021. Foto: Antara Foto/Andika Wahyu via Kompas.com

Gaung balap motor sedang berhembus kencang di Nusa Tenggara Barat. Setelah perhelatan World Super Bike (WSBK) akhir tahun 2021 silam di Sirkuit Mandalika, saat ini warga provinsi di bagian timur Indonesia ini sedang bersiap menatap event balap motor dengan gengsi lebih tinggi yaitu MotoGP Mandalika yang dijadwalkan di Bulan Februari 2022 ini di sirkuit yang sama.

Dan di penghujung tahun 2022 kelak, kembali World Super Bike akan digelar di sirkuit yang sama tepatnya pada bulan November sebagaimana dikutip dari laman gridoto.com.

Tiga event balap internasional dalam satu tahun tentu sesuatu yang luarbiasa apalagi digelar di Indonesia Timur.

Sudah cukup?

Ternyata ada lagi event yang sedang disiapkan, masih terkait dengan otomotif. Event tersebut adalah balap motocross yaitu MXGP sebagaimana ditampilkan dalam jadwal resmi yang dikeluarkan oleh INFRONT MOTO RACING selaku penyelenggara. Dalam jadwal tersebut tercantum 2 (dua) seri akan diselenggarakan di Indonesia yaitu 26 Juni MXGP of Indonesia di SAMOTA dan 03 Juli MXGP of Jakarta.

Jakarta semua orang sudah tahu, tapi SAMOTA?

Anda tidak akan menemukan nama SAMOTA sebagai nama geografis di peta karena nama tersebut merupakan akronim dar Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Gunung Tambora. SAMOTA adalah singkatan dari SALEH, MOYO dan TAMBORA.

Kalau Tambora dunia sudah mengenalnya lewat letusan dahsyatnya di tahun 1815, Pulau Moyo mungkin publik tidak banyak yang tahu bahwa ini merupakan sebuah pulau yang menjadi destinasi pariwisata eksklusif yang pernah dikunjungi Putri Diana, Maria Sharapova dan beberapa pesohor mancanegara lainya. 

Kedua obyek tersebut. Moyo dan Tambora, dihubungkan oleh sebuah teluk yang juga menjadi habitat hiu paus (whale shark) yaitu Teluk Saleh dan pertemuan The 31st Session of The Man and The Biosphere (MAB) Programme International Coordinating Council di Paris, Prancis, Rabu, 19 Juni 2019 menetapkan SAMOTA sebagai Cagar Biosfir Dunia.

Apa hubungannya semua itu dengan balap?

Hubungan paling dekat tentu saja pariwisata. Potensi alam SAMOTA menjanjikan sebagai wisata minat khusus, namun siapa atau berapa banyak yang kenal nama tersebut atau Sumbawa dibanding Bali atau Lombok misalnya?

Maka upaya mendorong pariwisata membutuhkan pemantik melalui event buatan yang diharapkan akan menarik orang untuk datang, lalu mengenal dan mudah-mudahan memperoleh pengalaman berwisata yang tak terlupakan. Event balap motor, sebagimana dilakukan di Mandalika-Lombok dan SAMOTA-Sumbawa dipercaya akan menjadi pemantik besar mewujudkan harapan tersebut.

Di luar perbincangan masalah pariwisata, pertanyaan yang mungkin muncul adalah kenapa Sumbawa untuk MXGP dan Lombok untuk MotoGP/WSBK? 

Nusa Tenggara Barat yang wilayahnya dibentuk oleh kedua pulau tersebut punya rekam jejak apa dalam menyelenggarakan event balap motor?

MXGP-Samota (Gambar: www.mxgp.com)
MXGP-Samota (Gambar: www.mxgp.com)

Tentu saja kalau acuannya adalah pengalaman sebelumnya, provinsi tetangga Bali ini, yang dulunya sering dipelesetkan kepanjangannya menjadi Nasib Tergantung Bali, belumlah memiliki pengalaman panjang menyelenggarakan event kejuaraan berskala nasional apalagi internasional.

Tapi kalau pengalaman selalu dijadikan acuan melaksanakan suatu kegiatan berikutnya, maka bagi yang baru akan muncul tentu saja akan berangkat dari pengalaman nihil. Dengan kata lain tidak akan pernah memiliki pengalaman selamanya.

Mirip dengan joke pada masa Orde Baru dulu, untuk menjadi presiden Indonesia harus yang sudah berpengalaman jadi presiden maka serahkan kepada yang sudah menjadi presiden sebelumnya alias tidak akan pernah terjadi pergantian presiden.

Nyatanya? Setelah Orde Baru berlalu, kita sudah punya sekian banyak mantan presiden dengan prestasinya masing-masing.

Menggelar balapan di NTB apalagi dengan skala internasional tentu saja merupakan terobosan dan sekaligus peluang menimba pengalaman bagi daerah baru yang nantinya akan memperkaya referensi di masa depan.

Terlepas dari balap motor, Provinsi ini sebenarnya memiliki akar budaya yang dekat dengan tema-tema balap. Tentu saja kalau pendekatan budaya yang digunakan maka wahana balap yang terekam dalam warisan budaya adalah wahana yang tersedia dengan karakteristik alamnya.

Pulau Sumbawa yang alamnya berbukit-bukit dengan dominasi savana merupakan ekosistem yang akrab dengan kuda. Kuda menjadi teman para petani terutama sebagai alat angkutan. Ketika kendaraan bermotor masih jarang, maka mengendarai kuda adalah cara bergerak dari tempat ke tempat lain. 

Kepemilikan kuda karenanya menjadi salah satu ciri orang berada pada masa lalu. Di masa modern, kepemilikan kuda meski tidak semasif jaman dahulu, juga menjadi tanda seseorang memiliki kelimpahan harta, karena memelihara kuda kini menjadi gengsi apalagi kalau kuda tersebut mampu bersaing di ajang pacuan kuda.

Pacuan kuda adalah atraksi masyarakat yang sudah menjadi warisan turun-temurun. Festival pacuan kuda digerakkan, diselenggarakan dan dirawat oleh masyarakat, bahkan pegiatnya tidak terlalu peduli ada atau tidak bantuan dari pemerintah. Selama masyarakat ada waktu luang di sela aktifitas utama bertani, maka pacuan kuda diagendakan di seantero wilayah dengan waktu yang disepakati bersama. 

Selain kuda, ternaik lain yang juga menjadi kebanggaan tradisional masyarakat Pulau Sumbawa adalah kerbau. Mulanya kerbau dijadikan sebagai sumber tenaga untuk membajak sawah. Ketika aktifitas membajak di sawah untuk keperluan menanam padi belum dimulai, masyarakat Sumbawa terbiasa menggelar pacuan kerbau atau dalam bahasa setempat disebut BARAPAN KEBO.

Barapan Kebo di Sumbawa (koleksi pribadi)
Barapan Kebo di Sumbawa (koleksi pribadi)

Sebagaimana pacuan kuda digerakkan oleh komunitas, Barapan Kebo juga digerakkan oleh komunitas. Seantero wilayah akan ikut dalam barapan kebo yang jadwalnya pun disepakati secara musyawarah. Saat-saat jelang musim tanam, ketika petak-petak sawah sudah mulai digenangi air menjadi musim saat barapan kebo digelar.

Pasangan kerbau berpacu menuju Saka' (Koleksi pribadi) 
Pasangan kerbau berpacu menuju Saka' (Koleksi pribadi) 

Silih berganti desa demi desa menggelar pacuan kerbau ini. Silih berganti pula para pemilik kerbau mengunjungi setiap arena penyelengaraan. Sepanjang pemilik kerbau masih dapat menjangkau lokasi, maka sejauh itu pula sebaran peserta yang akan datang.

Kalau pacuan kuda pemenangnya ditentukan oleh kuda yang paling cepat mencapai finish, maka dalam barapan kebo  pemenangnya ditentukan selain oleh kecepatan pasangan kerbau, juga kemampuan pasangan kerbau yang dipandu joki untuk mencapai tonggak sasaran yang ditentukan.

Masih belum cukup?

Masyarakat pesisir Sumbawa yang kesehariannya lekat dengan aktifitas di laut juga memiliki permainan rakyat sendiri yaitu BALAP SAMPAN. Sampan yang pada hari-hari biasa dijadikan wahana untuk menangkap ikan, pada musim-musim tertentu akan disulap menjadi sampan balap.

Kegiatan Balap Sampan (Boat Race) juga digerakkan oleh komunitas yang menyepakati desa pesisir mana yang akan menggelar balap sampan di tanggal dan bulan berapa. Dalam satu tahun, paling tidak ada 4 (empat) lokasi yang masyarakatnya siap menyelenggarakan ajang komunitas ini mulai dari bulan Maret sampai Agustus. Sebagaimana kegiatan masyarakat pada umumnya, kepastian tanggal penyelenggaraannya di setiap seri juga ditentukan berdasarkan musyawarah para pelaku.

Ragam balap yang digerakkan oleh masyarakat di atas menunjukkan bahwa spirit balap sudah tumbuh mengakar di masyarakat. Melalui kegiatan balap, persaudaraan warga direkat dan teguhkan kembali di sela waktu mereka sibuk dengan urusan mata pencahariannya masing-masing.

Nah, ketika balap motor hadir yang perlu dilakukan sebenarnya hanya memindahkan kesiapan masyarakat dari yang sebelumnya terbiasa dengan wahana yang lekat dengan keseharian dalam aktifitas penghidupan menjadi wahana modern yang didatangkan dari belahan lain di dunia ini yaitu kendaraan bermotor.

Motor balap, motor cross dan kendaraan off road lainnya hanya mengganti tunggangan dari yang memanfaatkan alat mata pencaharian ke alat yang semata untuk hiburan.

Gemuruh emosi balap sejatinya sudah ada dalam masyarakat Sumbawa, dan Nusa Tenggara Barat pada umumnya, maka menjadi tugas pemerintahlah untuk memanfaatkan spirit itu ke dalam penyelenggaraan even dengan perspektif pariwisata dan cakupan global. 

Peran pemangku kepentingan lainnya seperti dunia perhotelan dan pelaku usaha pariwisata diperlukan agar kebiasaan yang sebelumnya berfokus kepada kepuasan para peserta balap tradisional tersebut dapat ditingkatkan dengan memperhatikankepuasan pengunjung.  

Kelak ketika semua agenda balap motor internasional di atas sudah rampung dan sukses, maka saatnya ungkapan sinis selama ini bahwa NTB identik dengan Nasib Tergantung Bali atau Nanti Tuhan Bantu diganti menjadi Nusa Tempatnya Balap.

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun